Share

Bagian 68

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-06 18:43:30

Rasti hanya memainkan sendok pada daging yang ada di hadapan. Danang berusaha keras membujuk Raline yang sudah terlanjur ngambek.

“Kenapa Papa pergi ngajak Yasmin? Apa Papa mau jadi papanya Yasmin?” Raline masih terus protes.

“Sayang, tadi itu, Yasmin minta makan. Bundanya gak bisa naik mobil ….” Danang memberikan alasan.

“Kenapa Papa tidak mengejar kami? Kenapa Papa biarkan kami jalan kaki dan Mama kelelahan gendong aku?” Raline terus meracau.

“Sayang, jangan keras-keras. Malu dilihat banyak orang nanti,” ujar Danang membujuk. “Maafkan Papa ya, tadi Papa masih ikut acara ulang tahunnya Eyang,” sambungnya lagi.

Nadine melakukan hal yang sama dengan Rasti. Memainkan daging di depannya.

“Ras ….” Panggil Danang lembut. Terselip rasa bersalah yang begitu besar, mendengar penuturan si Bungsu. “Maaf, ya?” lanjutnya lagi.

Rasti masih diam. Ia tidak mungkin menjawab di hadapan kedua anaknya. “Sudah selesai? Kalau sudah, ayo, kita pulang,” ajaknya tanpa mempedulikan keberadaan Danang.

“Aku mal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
lebih jijik sama Danang siiih
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
Danang pecundaaaang....ganti aja kemejamu dg daster. bener2 ya.... anak & istrinya dicuekin aja. boro2 dibelain, eeeh sikapnya malah nambah sakit hati anak & istrinya.
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
kok jdi menitik ya air mata saya membacanya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MADU SATU MERTUA   Bagian 69

    Mobil telah kembali memasuki halaman rumah. Tanpa mempedulikan Firna yang terlihat kerepotan menggendong Yasmin yang tidur, Danang segera keluar mobil dan berlari masuk ke dalam rumah. Dilihatnya kedua orang tuda yang tengah berbahagia, bernyanyi menggunakan mic dengan melihat teks yang terpampang di layar lebar. Tidak peduli waktu menjelang Maghrib, kedua pasang suami istri yang sudah berumur itu judtru terlihat menikmati alunan musik.Tanpa ijin dari Wening maupun Hartono, Danang mematikan televisi.“Danang kenapa sih?” protes Wening tidak terima.“Kenapa Ibu membuatkan seragam yang berbeda untuk mereka?” tanya Danang tanpa basa-basi.Wening menarik napas, dan merubah posisi duduk, lalu berkata, “Danang, jujur saja, ibu sudah lama mengenal orang tua Rasti, jauh sebelum membawa Rasti ke sini. Ada banyak hal yang membuat kami tidak cocok. Termasuk bapakmu sebagai rekan bisnis. Kamu tahu, bukan? Bila sebuah perasaan itu tidak dipaksakan? Tidak semua orang seperti Firna, yang bisa memaa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-06
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 70

    “Kenapa matamu sembab?” tanya Danang menyelidik saat Rasti baru pulang dari mengantar anaknya ke sekolah. Ia memang tidak berangkat bekerja, karena akan membahas keadaan rumah tangganya dengan Rasti. Pagi hari, istrinya terdengar melakukan panggilan telepon dengan atasan dan membahas tentang toko yang diliburkan.“Tidak apa-apa. Kenapa kamu belum berangkat?” tanya Rasti balik. Meskipun terdengar dingin, tapi Danang sangat bahagia mendengar sang istri berbicara setelah beberapa hari saling diam.“Aku sengaja menunggumu. Aku ingin bicara sama kamu. Aku, aku rindu sama kamu,” aku Danang lirih.“Oh …,” sahut Rasti datar. Ia lalu memasuki kamar, hendak mengambil baju santai.“Jangan seperti ini terus. Aku tidak tahan. Kembalilah seperti dulu. Aku, aku sangat mencintai kalian,” ucap Danang sambil memeluk tubuh Rasti dari belakang.“Keadaan sudah lain, Mas. Semuanya telah berubah, dan kamu sudah memiliki Firna,” lirih Rasti.“Berhentilah membahas dia saat kita bersama. Agar kamu merasa, hany

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 71

    Betapa terkejutnya Danang, setelah mengetahui kalau mereka sedang mencari sertifikat showroom.“Kenapa bisa gak ada?” tanya Danang ikut heran.“Ya, ibu tidak tahu, Danang. Ibu taruh di sana. Lagian, siapa yang berani masuk kamar ini dan mengambil benda itu? Itu sertifikat ada di balik map yang sudah usang. Tidak berharga sama sekali,” ujar Wening dengan masih meneliti baju yang ada di lantai satu per satu.Danang menggigit bibir bawahnya. Ia mencoba mengingat-ingat sesuatu hal, kemudian menghubungkan dengan pertanyaan rasti tadi pagi. Ia lalu berbalik dan menuju kamarnya.“Apa mungkin, Rasti mengambil sertifikat itu? Makanya dia tadi tanya tentang orang tuanya?” gumam Danang setelah duduk di tepi ranjang. Ia terlihat berpikir keras.Merasa tidak tenang, dirinya bangkit dan berjalan mondar-mandir di dalam kamar.Sebuah ketukan di pintu membuatnya berhenti. Saat ia membukanya, Hartono berada di sana. “Apa ada yang masuk kamar, saat kamu di rumah dan bapak ibu tidak ada di rumah?” tanyan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-09
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 72

    Hartono memandang wening lekat. “kita ke rumah Danang,” ajaknya.“Kenapa ke sana? Ibu malas ke sana,” tolak Wening.“Karena bapak tahu, siapa yang ambil sertifikat kita,” jawabnya tegas.Meskipun dalam keadaan bingung, Wening akhirnya menurut saja. Ia segera berdandan dan bersiap ke rumah menantu yang tidak diinginkannya.Wanita yang umurnya sudah tidak muda lagi itu, memang selalu menjaga penampilannya, agar terlihat berkelas. Wening akan selalu mempertahankan trah ningrat supaya di mata siapapun, ia akan dipandang sebagai bangsawan.Celana panjang warna abu-abu, dipadukan dengan blouse lengan tiga perempat motif bunga dan riasan yang sempurna serta rambut sepanjang leher yang disisir rapi, membuat tampilannya terlihat mewah dan elegan.Hartono mengendarai mobil dengan masih diam. Pun dengan Wening. Ia sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Karena pikiran dan hatinya sibuk dengan perasaan enggan untuk bertemu dengan Rasti.Halaman rumah Danang tidak cukup untuk parkir kenda

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 73

    “Bapak!” Danang berteriak. Seolah ingin menghentikan ayahnya untuk menyakiti Rasti.“Diam di sana, atau istrimu bapak celakai.” Ancaman Hartono terdengar tidak main-main.“Cepat tunjukan!” teriak Hartono saat mereka sudah ada di kamar.Danang mengikuti keduanya, tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Hanya sorot mata yang menatap Rasti dengan iba.Satu tangan hartono mencekal lengan Rasti. Sementara tangan yang lain, membuka lemari pakaian dengan paksa.Rasti terlihat kesakitan dan meronta, berusaha melepaskan diri. Namun, tenaga ayah mertuanya lebih besar, sehingga usahanya sia-sia.Dengan beringas, Hartono mengobrak-abrik seluruh isi lemari. Rasti yang berada dalam cekalan, berkali-kali jatuh, mengikuti gerakan ayah Danang.“Lepaskan, Pak Hartono, tanganku sakit,” rengek Rasti.Karena tidak mendapati benda yang diinginkan, Hartono terlihat murka. Ia menatap bengis pada menantu pertamanya. Tangan yang kosong berpindah menjambak rambut Rasti seraya berkata, “dimana kamu sembunyikan sert

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 74

    “Rasti, kamu mau ke mana?” tanya Danang ketakutan, saat melihat istri yang bibirnya sudah membesar keluar kamar dalam keadaan rapi.Alih-alih mendapatkan jawaban, Danang justru diabaikan. Rasti berjalan begitu saja melewati sang suami yang memandangnya dengan iba.“Aku antar, kamu mau ke mana?” Danang menghalangi langkah Rasti.“Minggir! Jangan campuri urusan aku lagi!” lirih Rasti. Namun, dengan nada yang tegas. Sorot matanya memperlihatkan kalau ia sangat marah.“Rasti! Kamu dalam keadaan tidak baik-baik saja. Kamu mau kemana, katakan! Mau berobat? Mau jemput anak-anak? Biar aku yang melakukan,” bujuk Danang.“Sadar kamu, Tuan Danang, kalau aku saat ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja?” ucap Rasti dengan sinis. “Dari tadi kamu kemana saja? Aku dalam keadaan tidak baik-baik saja saat bapak kamu datang. Melakukan kekerasan yang mungkin saja, dia membunuhku. Dimana kamu? Apa kamu tidak bisa melihat tadi? Kenapa kamu tidak mau menolong? Saat ini, aku sudah lolos dari cengkeram

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 75

    “Sayang, nanti kita nginep di losmen, ya? Soalnya, tadi itu mama kejar-kejar tikus, ada banyak. Mama bunuh itu, dan saat membersihkan rumah, mama jatuh. Rumahnya kacau. Mama mau suruh tukang bersih-bersih. Jadi, sementara kita menginap di sana, ya?”“Tapi, Ma ….” Hendak menolak, perkataan Raline langsung dipotong oleh kakaknya.“Iya, Ma. Gak papa. Kita sekalian refreshing, ya? Daripada suntuk di rumah terus,” ucap Nadine.“Uluh-uluh, anak mama tahu dari mana itu kata refreshing?” goda Rasti. Nadine hanya tersipu malu.“Tapi, baju kita?” tanya Raline. Ia masih terlihat enggan bila diajak menginap.“Nanti kita beli, ya?”Setelah Raline setuju, Rasti mengajak kedua anaknya pergi ke sebuah losmen. Ia memilih tempat yang paling bersih di tengah kota. Tidak lupa, meletakkan tas sekolah di kamar tempat mereka akan menginap, sebelum ketiganya mengunjungi salah satu toko pakaian.Mereka pun kembali dengan membawa beberapa potong baju, juga makanan.“Mama, kita apa akan menginap di sini lama?

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-12
  • MADU SATU MERTUA   Bagian 76

    Menunggu gilirannya untuk masuk ruang poli, Rasti iseng berjalan mengelilingi rumah sakit. Beberapa pasang mata mengamatinya karena di bibirnya terlihat bengkak parah. Namun, perempuan beranak dua itu tidak peduli.Mata Rasti tertuju pada satu bangunan yang terpisah dengan bangunan utama rumah sakit. Di atas bangunan tersebut, terdapat sebuah kubah kecil. Sejenak, ia berdiri mematung. Ada sebuah getar yang memanggilnya untuk segera berjalan ke sana.Dengan pelan dan tatapan tanpa kedip, Rasti terus melangkah, mendekati tempat ibadah orang muslim yang sengaja disediakan rumah sakit. Langkahnya langsung menuju tempat air wudhu. Dan ia tersadar, jika sedari Dzuhur, dirinya belum menunaikan ibadah wajibPerih ia rasa, saat air ia usapkan ke bagian wajah dan mengenai bibir.Rasti duduk bersimpuh setelah selesai sholat. Nyaman ia rasakan, saat menunaikan kewajibannya dengan perasaan pasrah sepenuhnya pada Sang Pemilik hidup.Mulanya ia hanya menitikkan air mata. Namun, lambat laun, isak tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-14

Bab terbaru

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 4

    Melihat hal itu, tentu saja Rasti merasa lega. Karena ia tidak akan menghabiskan waktu berdua saja dengan Huda di kamar rumah sakit.“Makan dulu, ya? Nanti minum obat,” ucap Huda seolah memberi kesan bahwa ia adalah orang yang menjaga Rasti.“Jangan sentuh makanan itu! Biar aku yang nyuapi mama,” kata Nadine sewot.“Baiklah,” ucap Huda mengalah.Beberapa jam, Danang terpaksa duduk memperhatikan segala gerak-gerik Huda yang begitu perhatian terhadap mantan istrinya. Meski berkali-kali Nadine menunjukkan ketidaksukaannya pada Huda, tapi lelaki itu seolah tidak peduli.Rasti hanya terbaring dalam posisi lemah dengan perasaan yang cemas. Takut, bila terjadi sebuah pertengkaran di saat ia tengah sakit.Danang hanya duduk diam di kursi, merasa dirinya hanya datang untuk menemani Nadine, dan tidak ada hak lagi atas Rasti.“Dari mana kamu tahu aku sakit?” tanya Rasti setelah didudukkan oleh Nadine pandangan matanya tertuju pada Huda. Saat itu, Nadine tengah keluar untuk membeli minuman. Hanya

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 3

    Mentari pagi terasa hangat menyentuh kulit tangan Rasti yang tengah terampil memetik cabai di kebun. Kesehatan sang nenek sudah memburuk akibat usia yang sudah senja. Ia merasa takut kehilangan Watri, setelah sebelumnya Priono disusul Muryani menghadap Sang Pencipta. Kini, ia lebih memilih fokus merawat ibu dari ayahnya itu.Sebuah suara mobil terdengar memasuki halaman rumah watri. Rasti berhenti dari aktivitasnya, gegas berjalan menuju halaman yang posisinya berada di atas kebun. Ia memicingkan mata, melihat kode plat mobil yang menandakan area Jogjakarta. Tangannya masih memegang sebuah baskom plastic kecil berisi cabai.“Tante!” Sebuah sapaan lembut terucap dari mulut gadis yang baru saja turun dari mobile.“Alea!” Reflex, mulut Rasti menyebut nama seorang gadis yang terlihat kurus.“Tante ….” Alea kembali memanggil Rasti dengan mata berkaca-kaca.“Maaf, menyusul kamu ke sini.” Hanung yang baru saja turun dari mobil langsung menyahut.“Mama, siapa yang datang?” tanya Nadine yang b

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PASRT 2

    “Akhirnya kamu datang, Mbak. Dan baru kali ini kita bertemu,” ucap Huda.Rasti yang kini telah berbalik sedikit mundur.“Jangan takut, Mbak! Aku tidak akan melukai Mbak Rasti lagi. Aku datang untuk minta maaf. Maaf, aku telah berpesan pada tetangga Mbak Rasti untuk menghubungiku saat Mbak datang.”Rasti masih belum percaya apa yang dikatakan Huda. “Untuk apa?” tanyanya ketus.“Aku ingin minta maaf, Mbak. Duduklah sebentar denganku,” ajak Huda.Dengan ragu-ragu, Rasti mengikuti Huda yang duduk di tepi teras. Lantai masih terlihat bersih karena setiap pagi dibersihkan oleh karyawan.“Aku sudah bercerai dari Maryam. Aku benar-benar telah menyakiti hatinya. Tapi, aku tidak berbohong jika rasa cintaku hilang terhadap dia saat Mbak Rasti datang kembali dalam hidupku dulu kala. Dan sampai saat ini, aku masih memendam rasa itu.” Huda berhenti sebentar lalu memandang Rasti dengan posisi kepala menoleh. “Aku masih mencintaimu. Maaf, aku telah berusaha mendapatkanmu dengan cara yang salah. Maaf,

  • MADU SATU MERTUA   EKSTRA PART 1

    “Saya terima nikah dan kawinnya Rasti Efrianti binti Rusdi dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai ….”Ucapan sah menggelegar di ruang tamu rumah Rasti yang ada di kampung. Senyum Nadine dan Raline mengembang dengan sumringah.Rasti yang memakai hijab syari dengan riasan sederhana mencium takzim tangan lelaki yang kini telah sah menjadi suaminya. Mereka lalu saling tatap dan mengurai senyuman.Setitik air mata jatuh dari pria yang memakai kemeja berwarna putih.***Rasti memperhatikan orang yang dibayar untuk memotong rumput yang sudah meninggi di rumahnya yang di Jogja. Anak-anaknya tidak ikut serta karena mereka tidak mau. Setelah pekerjaan orang suruhannya selesai, ia bersiap untuk kembali masuk rumah.“Rasti ….” Sebuah suara membuatrnya urung masuk.Mata Rasti menatap pria yang baru datang tanpa berkedip. “Pak Hanung,” sapanya dingin.“Akhirnya kamu kembali,” sahut Hanung. “Aku sering datang ke sini untuk menunggumu pulang. Dan hari ini, aku bertemu denganmu.”“Unt

  • MADU SATU MERTUA   ENDING

    Mereka basa-basi sebentar, saling menceritakan hidup yang dialami masing-masing. Setelah lama berbincang, Firna menyampaikan maksud kedatangannya menemui Rasti. “Aku minta maaf atas semuanya, Mbak. Aku telah bersalah sama Mbak Rasti. Aku sudah egois dalam mencintai Mas Danang. Dan pada akhirnya aku sadar, aku hanyalah pelampiasan baginya. Cinta Mas Danang sepenuhnya untuk Mbak Rasti. Aku menikah dengan seorang pria yang hidupnya di jalan, tapi mengajarkanku banyak hal. Kami memulai semua dari bawah. Dia tahu semua kisah hidupku dan perlahan mengubah sifat egoisku. Dia juga pria yang sangat baik. Melindungi dan menyayangi Yasmin seperti anaknya sendiri. Bahkan, saat aku marah sama Yasmin, Mas Dion tak segan memarahiku bali. Aku merasa beruntung. Ini bukan hal yang penting bagi Mbak Rasti. Tapi, perlu aku ceritakan agar Mbak tahu bagaimana aku saat ini,” ucapnya lalu berhenti. Memandang Danang dengan ragu, kemudian mengeluarkan sebuah kotak. Rasti tertunduk. Hampir saja ia berpikir buru

  • MADU SATU MERTUA   ENDING

    Part 93 Semua sibuk dan larut dengan perasaan masing-masing. Nadine dn Raline yang bahagia bertemu ayahnya. Firna yang terlihat malu-malu pada Rasti. Dan Rasti yang sibuk menenangkan hati. ‘Aku sudah bercerai sama Mas Danang. Aku harus bersikap biasa saja melihat mereka,’ tekan Rasti dalam hati. “Mbak, apa kabar?” tanya Firna sopan. Seyogyanya seorang tamu dipersilahkan masuk, tapi yang terjadi justru tamu Rasti yang menyapa lebih dulu. “Ba-baik. Kamu apa kabar?” tanya Rasti kaku. “Baik, Mbak. Alhamdulillah,” jawab Firna. Rasti mengamati penampilan sederhana dari mantan madunya. Anak Firna menangis merengek di dalam gendongan. “Yas, tolongin Bunda, pegangin adek. Bunda pengen ke belakang,” pinta Firna pada anaknya yang terlihat lemas. “Aku pusing dan mual, Bunda. Ayah saja dipanggil,” tolak Yasmin. Entah mengapa, Rasti serasa tidak kuat melihat pemandangan keharmonisan keluarga Firan dan Danang. Ia mencoba menahan segala rasa yang berkecamuk agak tidak terlihat. “Ayah, ini p

  • MADU SATU MERTUA   MENUJU ENDING

    “Kalau ketemu lagi, namaku Dion,” ucap preman itu kemudian melangkah cepat.“Jangan mengemis lagi. Bentar lagi Bunda akan bisa beli mesin cuci. Bunda mau buka laundry saja. Biar bisa bekerja di rumah. Nanti, Bunda akan pasang iklan,” ucap Firna.Hari setelah itu, pria yang mengaku bernama Dion sering datang ke kontrakan. Lama kelamaan, Yasmin menjadi terbiasa dan akrab. Dibalik tubuhnya yang kekar dan sangar, ia ternyata memiliki sebuah kepedulian. Sikap Firna masih cuek. Namun, berkali-kali pria itu datang membawakan setumpuk cucian kotor. Lalu memaksa Firna untuk memberikan cucian yang sudah bersih dan mengantarkannya ke pelanggan.Terkadang Dion datang di pagi hari, membawa cucian kotor, lalu mengantarkan yang bersih sambil mengantar Yasmin ke sekolah. Lalu ia akan pergi dan kembali lagi keesokan harinya. Seolah hal seperti itu adalah rutinitas Dion saat ini.Di dalam sel tahanan, Danang mengenal seorang narapidana yang sangat taat beragama. Hal itu membuat ayah Nadine dan Raline s

  • MADU SATU MERTUA   MENUJU ENDING

    Part 91 Gadis kecil memakai seragam itu berlari menuju rumahnya. Segera berganti baju setelah sampai. Berlalu kembali dengan membawa plastic bungkus permen yang sudah using. Ia menengadahkan tangan ada setiap motor dan mobil yang berhenti di perempatan lampu merah. Setelah dirasa cukup, ia lalu bersiap pulang. “Ayo, setoran!” hardik seorang preman membuatnya ketakutan. “Jangan ambil, Om. Aku butuh uang ini,” pinta Yasmin memelas. “Hanya kamu pengemis yang tidak pernah setor. Mau kamu, aku bawakan satpol PP buat menangkap kamu biar masuk penjara?” Yasmin menggeleng. “Tapi aku butuh uang ini,” ucapnya dengan bibir bergetar. “Ibu kamu kemana?” “Bunda mengamen, mau buat beli mesin cuci biar bisa kerja di rumah,” jawab Yasmin jujur. Di saat bersamaan, serombongan satpol PP bergerak menertibkan pengemis yang dirasa semakin banyak. Biasanya akan ada pembinaan dan pelatihan kerja bagi orang dewasa. Preman yang menghardik Yasmin dengan cepat mengangkat tubuh anak kecil dan membawanya

  • MADU SATU MERTUA   MENUJU ENDING

    “Aku belum memikirkan itu,” sahut Rasti. “Kamu harus memikirkannya. Kamu harus menikah lagi dan mempunyai seseorang yang menemani dan melindungi kamu. Kamu tidak bisa hidup seorang diri selamanya. Usia kamu masih muda.” “Jangan membahas hal itu, Mas.” Rasti merasa sedih dengan perkataan mantan suaminya. Ada ruang hampa yang seketika hadir dalam hati. “Rasti. aku serius. Anak-anak butuh figur ayah penggantiku. Dengan siapapun, aku akan merestui. Aku yakin sekali, kamu bisa memilih orang yang tepat. Doakan aku, bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi. Tinggalkan alamat. Setelah aku bebas, aku akan mencari Nadine dan Raline. Semoga mereka masih mengingatku.” Danang tersenyum getir. Berusaha keras menahan tangisnya untuk tidak keluar. “Iya. Aku berdoa semoga kamu juga bisa menjadi suami dan ayah yang baik buat Firna dan Yasmin. Salam buat mereka.” Danang tertawa. Namun, saat tawa itu keluar, tangisnya juga pecah. “Aku sudah menceraikannya. Aku tidak mencintainya. Itu hanya akan meny

DMCA.com Protection Status