Share

Bab 23

Author: Evie Yuzuma
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Selamat sore! Benar dengan Bu Jingga Nirmala?” tanyanya, merdu dan lembut.

“Benar, saya sendiri. Maaf … ini dengan siapa, ya?” tanyaku pada pemilik suara di seberang sana.

“Perkenalkan, saya Nirina dari daeler sepeda motor. Pada saat ini, Mbak Jingga terpilih random sebagai salah satu pemenang dari undian berhadiah yang kami selenggarakan!”

"Undian? Berhadiah?” Aku semakin gagal paham. Aku tak pernah mengikuti kuis-kuis seperti itu. Jadi, wajar aku heran.

“Betul, Mbak. Jadi Mbak Jingga berhak atas satu unit sepeda motor snoopy prestige white secara cuma-cuma. Boleh minta alamat lengkapnya?”

Aku menggaruk kepala. Sepertinya sore-sore dikerjain orang iseng. Aku saja tak pernah ikut-ikutan undian dan semacamnya, eh tiba-tiba menang.

“Mbak gak usah bercanda! Saya gak pernah ikutan undian-undian kayak gitu! Mbak salah orang mungkin!” elakku.

“Ahm, maaf, Mbak Jingga. Kami tidak sedang bercanda. Apakah alamatnya masih sama seperti yang tertera di data kami?” Dia pun menyebutkan alama
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fatma Ika
di belikan pak Bayu.... ahhh so sweet
goodnovel comment avatar
siti fauziah
apakah ini kerjaannya Bayu
goodnovel comment avatar
Anna Heryanimulyaningrat
sukaaaaa pake banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 24

    “Maaf, Mas. Saya beneran gak paham. Saya gak pernah ikut undian!” Aku menatap lelaki itu. Bukan tak senang, tapi siapa juga yang tak takut. Tiba-tiba orang ngirim sepeda motor ke rumah. Kemarin iseng saja padahal kuberi alamat biar panggilan cepat selesai. Itu pun kukasih alamatnya tidak lengkap. Harusnya berhenti di perempatan saja. “Waduh, Mbak! Kalau itu, coba telepon saja ke kantor. Saya tugasnya cuma nganter.” Petugas dealer itu tampak kebingungan. “Lagian, Mas. Saya kan ngasih alamatnya gak lengkap. Kok bisa ketemu, sih?” telisikku heran. “Tadi kami pun nyasar. Telepon ke nomor Mbaknya gak diangkat. Tapi tadi nanya orang yang punya rumahnya deket perempatan, jadi ngasih tahu ke rumah ini.” Dia menjelaskan. Aku bergeming. Bingung. Kugaruk kepala yang terbungkus kerudung segi empat ini. Tiba-tiba kurasa seseorang berdiri di sampingku. “Butuh tanda tangan di mana, Mas?” Suara Pak Banyu terdengar. “Di sini, Pak!” tukasnya sopan.Tanpa babibu, Pak Banyu maen tanda tangan saja.

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 25

    Aku terduduk sambil menatap dua buah sepeda motor yang kini memenuhi ruang tengahku. Satu sepeda motorku, satu lagi yang baru. Pak Banyu tak menjelaskan apapun. Tadi sehabis membeli jam tangan langsung membeli satu set perhiasan dan juga cincin. Bukan buat aku. Untung tadi tak sok-sokan menolak. Satu set perhiasan itu dibawanya pulang, katanya pesanan Bu Fera. “Bu, tadi Pak Banyu bilangnya apa?” Aku menoleh pada Ibu yang baru saja keluar dari kamar. Ruang tengah ini masih menyisakkan tempat duduk, hanya makin sempit saja. “Gak bilang apa-apa. Cuma bilang ini motor kamu.” Aku menghela napas kasar. Dia tak juga mau menceritakan. Hanya sedikit candaan tentang mahar yang membuatku menerka, jika sepeda motor itu darinya. Sepulangnya dari test drive tadi. Aku ke dalam untuk membuatkannya minum. Sudah perjalanan jauh, takutnya haus. Namun, pas keluar, dia sudah pulang. “Orang aneh.”Aku menggeleng kepala. Entah, apa yang ada dalam benaknya Pak Banyu. Suka-suka datang, suka-suka pergi. Ng

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 26

    “Kalau begitu … silakan Bu Vamela pulang saja. Bukan saya ngusir, ya, maaf-maaf. Hanya saja … rasanya Bu Vamela yang luar biasa ini, tak pantas berada di pernikahan yang serba biasa.” Ibu terdengar tegas.“Maaf, Bu Nilam. Saya masih harus di sini sampai akad selesai. Setidaknya saya yakin, kalau Bu Nilam tak mengada-ada.” “Baiklah, silakan saja … tapi maaf jika jamuan kami tak memuaskan.” Ibu terdengar tenang dan tak terlihat terintimidasi. Aku memutar tubuh sebelum Ibu melihatku. Sengaja tak mau menunjukkan wajahku di depan Tante Vamela. Kasihan, takut dia tertular oleh kehidupanku yang serba biasa.Imelda masih di tempatnya ketika aku kembali. Aku duduk pada kursi yang tersedia, tak mungkin duduk lesehan karena kebaya yang aku kenakan. “Selfie dulu, yuk, Bestieku!” Imelda bangun. Tanpa babibu, dia langsung mendekat dan mengarahkan kamera ke arah kami.“Jangan posting dulu di SW, ya! Dari sekolah gak ada yang diundang soalnya. Gak enak.” Aku bicara padanya. “Aish, iya, lupa. Yahhh

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 27

    Keramaian yang terjadi hanyalah sampai sore. Usai Pak Panghulu pergi dan tim MUA selesai mencobot semua riasanku. Para tetangga yang tak banyak itu pun berangsur pulang. Setelah itu, aku sibuk membantu Ibu membereskan sisa semua kekacauan hari ini. Piring, gelas dan semua panci kotor yang berserakan sibuk kami bereskan. Imelda, sudah sejak sore pulang. Mana mau dia membantu urusan seperti ini. Tangannya terlalu berharga untuk berkenalan dengan sabun pencuci piring.Bu Fera pun sudah pulang bersama Aluna dan rombongan. Meski tadi ada sedikit drama, Aluna mau di sini bareng Papanya. Namun Bu Fera membisiki entah apa, hingga Aluna bersemangat pulang. Kini hanya tertinggal satu lelaki asing di sini yang semenjak akad nikah tadi, lebih banyak diam. Mungkinkah dia menyesal? Entahlah … aku tak bisa menebak isi hatinya.“Jingga, sudah … ini biar Ibu saja. Kamu temani suami kamu.” Ibu bicara sambil menata piring-piring yang sudah bersih pada rak piring. Hanya untuk ditiriskan seaat pastinya.

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 28

    Aku mulai menyuap dan berkenalan dengan sensasi rasa baru yang kurasa cukup unik ini. Namun, keindahan dan kedamaian ini tak berlangsung lama karena sebuah keributan yang tiba-tiba terjadi di meja pojokan. Aku dan Pak Banyu menoleh ke asal suara. Mencari tahu apa yang sedang terjadi di sana.“Fu*k kamu, Mas! Jadi ini yang kamu bilang ada side job!” Histeris terdengar suara seorang perempuan. “Sayang, dengerin dulu penjelasanku!” Suara seorang lelaki yang membela diri. Plak!“Mbak, kamu berani nampar aku?!” Terdengar suara perempuan lainnya. “Kamu! Lont*! Jal*ng! Aku pecat kamu sekarang!” Aku dan Pak Banyu saling lempar pandang. Karena beberapa pegawai hotel berkerumun untuk memisahkan, jadinya tak terlihat jelas wajah para pelaku yang terlibat keributan.“Jangan gitu dong, Sayang! Dia itu manager aku.”“Pokoknya! Aku gak mau tahu! Kamu pecat dia, Mas! Kamu itu tunangan aku sekarang! Dia itu cuma manager kamu!” Suara itu terdengar histeris. Beradu dengan suara para pegawai restoran

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 29

    “Shalat dulu.” Aku kembali hendak beringsut pergi. Sepasang matanya terbuka lalu menatapku dengan sayu. “Maaf untuk sore tadi. Apa kamu marah?” Aku bergeming. Kukira dia tak sadar akan perubahan sikapku. Rupanya dia pun tahu. Namun aku ingin mendengar versi lengkapnya.“Maaf untuk apa?” tanyaku sok polos dengan memasang wajah tanpa dosa. Namun bukannya jawaban yang kuterima, tapi sebuah kecupan yang dia labuhkan pada keningku dengan pelukan yang kian erat. “P--Pak, saya engap.” Aku berusaha mendorong dada bidangnya. Dia terkekeh lalu melepas bibirnya yang sejak tadi menempel lama pada keningku. “Maaf.”Hanya itu kata yang dia ucapkan sebelum akhirnya pelukannya perlahan dia urai. Aku pun segera menarik diri. Jujur, senyum tak bisa kusembunyikan. Rasanya perlakuannya barusan benar-benar membuatku merasa bahagia. Sayangnya, dia tak seperti Bara yang ekspresif. “Ah … Bara lagi. Buat apa pula pandai mengungkapkan kata-kata cinta dengan ucapan, kalau faktanya menyakitkan. Heyyy, move o

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 30

    Aku melongo dibuatnya. Tak menyangka kalau dia datang ke sini hanya untuk mendukung aku kembali dengan Bara. Lalu, dia sebahagia itu mendengar adik sepupunya mau bercerai? Kakak macam apa sebetulnya dia? “Terima kasih atas perhatiannya, Bu Misye. Cukup kaget juga, saya kira Bu Misye sedih kalau sepupunya berpisah, rupanya malah mendukung saya dengan orang yang sedang saya lupakan. Hmmm ... apa ada lagi yang ingin dibicarakan, saya buru-buru soalnya.” Aku sudah berdiri ketika mengucapkan kalimat itu. Semoga dia paham membaca gesture tubuh. Aku tak ingin berlama-lama dengannya. Namun dia malah bicara lagi. "Saya hanya kasihan dengan Rani saja. Dia hanya memiliki raga suaminya, tapi hatinya milik mantannya."Aku tertegun sejenak. Gak nyangka dia akan bicara seperti itu."Setiap orang punya masa lalu, tapi hidup tak berjalan mundur. Sebaiknya semua orang bertanggungjawab atas pilihan hidupnya masing-masing. Termasuk, Bara, Rani, Bu Misye dan Saya. Hmmm, saya buru-buru, permisi."Hanya

    Last Updated : 2024-10-29
  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 31

    “Astagaaa!” Aku yang sadar kalau hanya mengenakan lilitan handuk, hendak masuk kembali ke kamar mandi. Namun, suaranya menghentikkan langkahku. “Jingga … s--saya ….” Suaranya menggantung, membuatku menoleh kembali dan menatap wajahnya. Dia berjalan mendekat dengan tatapan mata yang membuatku berdebar hebat. “Nanti saja bicaranya, Pak. Saya dingin, belum pake baju.” Aku hendak menarik pintu kamar mandi ketika dia menahanku. “Jingga, bolehkah?” Suaranya kudengar sedikit parau. Kulihat dia tak berkedip menatapku dengan napas yang sedikit memburu.Glek!Aku menelan saliva. Aku bukan orang yang begitu polos sehingga tak paham arti tatapannya saat ini. Namun, logikaku menolak. Jangan-jangan dia hanya menginginkannya karena tak kesampaian dengan mantannya itu. Mereka kan habis pergi bareng tadi. Hanya saja, belum sempat aku mengatakan apa-apa. Jarak sudah terpangkas habis. Bibir itu terasa lembut menyentuh kulit polosku.“P--Pak, t--tolong, jangan sekarang.” Aku berusaha memberontak. Namu

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 120

    “Oke, satu kali lagi bersiap! Tiga, dia, sat-”“Mbak!” pekikkan Cakra membuat semua terkaget. Tubuh Aluna akhirnya ambruk juga karena kelelahan. Untung Cakra dan Adrian yang berada di sisi kanan kirinya sigap menangkap sang pengantin. Suasana sedikit kacau. Untung saja, Aluna tak sampai kehilangan kesadaran. Hanya pusing dan berkunang-kunang saja. Adrian yang cemas, meminta Aluna untuk istirahat sebentar. Meskipun demikian beberapa tamu undangan yang kebetulan baru datang bertanya-tanya tentang keberadaan pengantin perempuan. Salah satunya Jenny---sahabat lama Unda Jingga. Seorang psikolog yang dulu menjadi tempat konsultasi saat penyembuhan trauma Aluna.“Loh pengantinnya mana?” Jenny bersama suami dan anaknya menyalami Unda Jingga.“Kecapekan, Jen. Makasih ya sudah datang!” Unda Jingga menerima uluran tangan Jenny. “Oalah, kok bisa? Jangan-jangan diajak lembur terus tiap malam,” kekeh Jennya sambil melirik Adrian. Dalam hatinya mengakui jika Adrian memang lebih tampan dari pada ad

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 119

    Aluna keluar dari kamar mandi dengan ekspresi datar. Oma Fera yang menunggu tak sabar langsung memburunya dan bertanya, “Gimana hasilnya, Una?” Aluna tersenyum masam, sambil menggeleng, membuat harapan Oma Fera yang sudah meninggi tadi perlahan meredup dengan sendiri. “Ya sudah, gak apa. Masih baru juga. Semangat pokoknya!” Oma Fera mengedipkan mata dan menepuk bahu cucunya dengan senyuman lembut. “Iya, Oma.” Aluna tersenyum. Dia pun kembali meneruskan kegiatannya yang tadi yaitu rebahan.Oma Fera pun mulai mengeluarkan wejangan-wejangan khas orang tua, mulai dari makanan apa saja yang harus dimakan, suplemen, bahkan sampai posisi yang katanya agar bisa hamil. Aluna tak menggubrisnya, tubuh yang lemas membuatnya tak banyak merespon ucapan Oma Fera. Hanya iya-iya dan mengangguk saja.Hari-hari berlalu, semua kesibukkan menjelang resepsi semakin membuat jadwal mereka kian padat. Meskipun dibantu EO, tapi tetap mereka harus terlibat untuk memutuskan ini dan itu. Tak ada hal yang lebih

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 118

    “Ini rumah siapa, Bang?” Aluna menatap heran. Tiba-tiba Adrian mengajak ke tempat ini. Hanya berbeda beberapa rumah dari tempat Oma Fera.“Kita bulan madu lagi, Dek!” bisik Adrian diselingi kekehan yang membuat Aluna semakin tak paham. Reflek Aluna mencubit pinggang Adrian, tapi tangan Adrian sigap menangkap sang pengganggu dan menggenggamnya. Jemari kokoh Adrian hampir menenggelamkan jari-jari lentik milik Aluna. Keduanya berjalan melewati pekarangan yang masih terhampar pasir dan sisa-sisa paving blok di mana-mana. Setelah berdiri di depan pintu yang dicat pernis itu Adrian mengeluarkan kunci dari dalam saku. Perlahan dia memasukkan anak kunci itu dan membaca basmallah. Daun pintu yang bebentuk model kupu-kupu itu dibuka lebar. Aluna tertegun ketika melihat funiture lengkap sudah memenuhi ruangan yang ada di depannya. Bagian dalam rumah dicat putih membuat kesan yang semakin luas pada ruangan. Tirai-tirai yang terkesan mahal dan elegan menjuntai di sepanjang jendela kaca yang tin

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 117

    MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD! (117)Adzan ashar berkumandang ketika keduanya baru saja selesai berpetualang. Aluna memberengut di tepi tempat tidur, malu mau keluar. Siang-siang rambutnya basah pula. “Ayo, Dek! Kita jalan-jalan sore!” Adrian tampak cuek dan tak merasa bersalah. Dia bicara sambil menyeka rambutnya yang sama-sama masih basah. “Ck, malu lah, Bang!” Aluna mengisyaratkan pada rambutnya yang masih basah. Adrian terkekeh, wajahnya mendekat. Jiwa jahilnya yang dulu seringkali keluar ketika berdebat dengan Alisha, kini mulai terlihat. Belum semua, Aluna belum tahu semua aslinya Adrian seperti apa. Baru sehari mereka menuai madu manis pernikahan dan sedang manis-manisnya. Semua terpampang masih yang baik-baik saja. “Jadi mau di sini saja? Kita ulangi sampai Isya?” godanya seraya mengangkat alisnya ke atas. Wajahnya tampak cerah seperti langit setelah hujan. Cubitan dari Aluna membuat Adrian terkekeh, lalu dia menarik lengan sang istri perlahan. “Ayolah, bisa jalan ‘kan?” ke

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 116

    Aluna melingkarkan tangan ke pinggang Adrian. Kepalanya bersandar pada dada bidang yang membuanya nyaman. Mobil yang dikemudikan Mang Parmin mengantar mereka hendak kembali ke kediaman Oma Fera. Satu tangan Adrian merangkul sang istri yang sejak tadi bergelayut tak mau melepasnya. Sesekali satu tangan lainnya mengusap pucuk kepala Aluna.Senyum pada dua sejoli itu terkembang sempurna. Seperti dua orang musafir gurun yang menemukan oase. Seolah mendapat siraman rasa sejuk yang memadamkan gundah yang berkepanjangan. “Mau beli makan gak?” bisik Adrian. Hembusan napasnya bahkan terasa hangat di dahi Aluna. Sesekali kecupan singkat dilabuhkan pada pucuk kepala gadis yang bersandar di dadanya. “Oma gak masak?” tanya Aluna tanpa mengubah posisinya. “Hmmm … masak.” Adrian menjawab singkat. Otaknya sudah tak bisa konsen karena jarak tubuh yang nyaris tanpa celah.“Aku kangen masakan di rumah Oma.” Aluna bicara lagi.“Oh, ya sudah. Kita makan di sana, ya!” Adrian berbicara setenang mungkin.

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 115

    Sepeninggalnya Vina, Misye sudah terhanyut dalam halusinasinya. Moodnya akan membaik dengan cepat ketika dia bertemu dengan obat-obatan terlarang tersebut. Dia keluar dari kamar apartemen dan membuka pintu. “Vin! Vina!” Tok Tok Tok!Bersamaan dengan itu, pintu diketuk dari arah luar. Otaknya yang sudah setengah tak sadar, tak bisa berpikir kalau itu bukan Vina. “Ngapain kamu ketuk-ketuk pintu, Vin!” omel Misye sambil membuka daun pintu. Namun seketika netranya melihat beberapa orang yang mengarahkan kamera kepadanya. “Bu Misye, ada waktu sebentar!” “Siapa kamu, ya!” “Maaf, saya selebgram lambe-lambean, Bu! Ini kita lagi di acara ngegap aktris! Boleh kami wawancara sebentar terkait kasus yang lagi viral sekarang! Bagaimana tentang menantu Ibu, kok bisa, Ibu gak tahu kalau putri Ibu nikah dengan anak pengusaha?” Pemburu berita itu seperti tebal muka. Dia langsung saja mencecar Misya dengan pertanyaan. Semua itu tak lain dan tak bukan karena gagalnya para wartwan televisi yang men

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 114

    Misye pontang-panting mencari cara untuk bertemu dengan Pak Dirga. Hanya saja, laki-laki itu sudah menutup semua aksesnya. Bahkan laporan pada kepolisian sudah dilayangkan dengan tuduhan pencemaran nama baik. Karena sejauh ini, pergerakan Misye yang diminta untuk memberikan klarifikasi dan permohonan maaf, tak ada pergerakan. “Mbak Misye, sepertinya lebih aman kalau bikin klarifikasi lagi ke wartawan!” “Vina, kamu gila. Itu sama saja menghancurkan reputasiku. Aku yakin, semua yang awalnya masih ragu, jadinya mereka nanti malah membullyku nanti. Image aku sebagai super mama bisa langsung anjlok!"Keduanya lalu terdiam lagi. Kepala Misye berdenyut nyeri memikirkan semua itu. Vina sudah berulang kali membujuk Misye untuk membuat klarifikasi, tapi tak berhasil. “Minta barangnya, Vin!” “Jangan, Mbak! Kita lagi disorot sekarang!” “Ck, mereka menyorot hal yang beda! Penakut kamu!” tukas Misye seraya merebut tas selempang yang tergeletak di meja kecil, lalu mengambil sebuah kunci dari sa

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 113

    Usai memberi pernyataan pada media. Misye tersenyum senang. Dia sangat yakin, kalau menantu miskin yang sakit-sakitan itu akan segera hengkang. Misye yakin laki-laki itu akan minder dan kena mental lalu mundur dengan sendirinya. “Ah, Misye memang hebat! Tak percuma punya otak cemerlang,” kekehnya memuji diri sendiri. Dia pun segera pulang ke apartemen yang masa sewanya sudah hampir habis itu. Pastinya setelah menyapa beberapa rekan wartawan yang sengaja dihubunginya tadi. Bagaimanapun dia harus berusaha mendapatkan pekerjaan lagi. Uang untuk kehidupan mewahnya sudah hampir habis.Setibanya di apartemen dia langsung merebahkan diri di atas kasur empuknya. Dia pun segera memantau sosial media, berharap para wartawan itu langsung bergerak cepat sesuai rencananya. Sudah ada postingan yang muncul, meskipun belum ada gambar penyerta. “Start yang bagus.” Misye bicara sendirian. Lalu dia menghubungi managernya yang sama-sama sepi job juga. Misye minta managernya segera memberikan alamat ru

  • MAAF, ANAK IBU CUMA GURU SD!   Bab 112

    “Abang gak usah dengerin!” tukas Aluna seolah paham. “Tidak, Dek! Kali ini Abang minta izin untuk melawan! Hanya saja Abang minta satu hal. Jangan pernah terpikir untuk mengorbankan rumah tangga kita apapun yang terjadi setelah ini, janji?” Adrian menatap tajam sepasang mata Aluna yang menatapnya penuh rasa bersalah. “Ngomongnyo gitu mulu, sih?” gerutu Aluna samar. “Apa?!” Adrian yang tak mendengar jelas karena volume televisi yang cukup keras menoleh.“Iya,” tukas Aluna malas menjelaskan. “Iya apa?” Adrian menatap Aluna. Satu bulan ini hubungannya sudah lumayan membaik. Hanya saja, Adrian tetap khawatir jika Aluna tiba-tiba pergi karena merasa dibohongi. “Iya, janji!” tukas Aluna sambil mengerucutkan bibirnya dan bicara dalam hati, “Dia itu kenapa, sih? Bahas-bahas ginian melulu. Dia kira aku ini main-main sama pernikahan?” Adrian yang melihat raut wajah Aluna merengutpun menjadi sangsi, “Wajahnya kayak kesal, apa sebenarnya dia merasa tersiksa dengan pernikahan ini, ya?”“Semo

DMCA.com Protection Status