"Sudah baikan, hmm?"
Arjuna mengusap pipi sang kekasih. Tatapan iba ia layangkan ketika melihat Renata yang masih shock setelah kejadian di rumah orang tuanya. Sungguh, Juna tidak pernah menyangka Larissa akan berani bersikap seperti itu di hadapan papa dan mamanya. Ia pikir, Larissa bisa bersikap sopan, tetapi nyatanya malah memperkeruh keadaan.Juna menyesal telah membujuk mamanya untuk mengundang Larissa. Hal itu ia lakukan agar hubungan keduanya membaik. Entahlah, semenjak melihat kerapuhan Larissa malam itu, hatinya sedikit tersentuh. Ia ingin Larissa diterima dengan baik oleh keluarganya, meski pada kenyataannya ia sendiri sering mengabaikan sang istri."Mas.""Ya?" Lamunan Arjuna buyar mendengar panggilan dari kekasihnya."Aku ... aku ingin pernikahan kita dipercepat. Aku ingin segera menjadi istrimu. Aku tidak mau selamanya hanya menjadi kekasih gelapmu," desak Renata. Kejadian di rumah Arjuna membuatnya merasa direndahkan oleh Larissa. Ia ingin statusnya diperjelas. Ia dan Arjuna saling mencintai. Ia yang lebih berhak memiliki pria ini, bukan kakak tirinya.Arjuna tertegun. Seharusnya ia senang mendengar permintaan kekasihnya karena hal itulah yang ia inginkan sejak dulu. Namun, entah mengapa Arjuna meragu. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Renata juga istrinya, dan ia harus mencari tahu."Mas!" Renata mengguncang lengan kekasihnya. Melihat Arjuna yang tidak merespon membuatnya takut. Jangan sampai kekasihnya itu mulai berubah pikiran dan menggagalkan rencana pernikahan mereka."Kita bicarakan lagi nanti, ya. Mas harus bicara dulu dengan Larissa.""Buat apa? Buat minta izin?" Renata menatap tak suka."Bukan. Walau bagaimanapun dia itu istri sah Mas. Tentu harus ada persetujuan darinya agar kita bisa menikah secara negara," terang Arjuna."Apa Mas tidak berniat untuk menceraikan dia?"Arjuna menoleh karena terkejut."Jangan bilang Mas sudah mulai ada rasa sama dia.""Tidak, bukan karena itu," kilahnya. "Ini tentang Alkana. Mas sangat menyayanginya dan tidak ingin dia tumbuh di tengah-tengah keluarga yang tidak lengkap."Arjuna mengingat perjanjian yang telah ia sepakati dengan Larissa. Wanita itu mengancam akan membawa Alkana pergi jauh jika ia memilih bercerai. Arjuna tidak ingin kehilangan Alkana, dan karena itulah, ia terpaksa menyetujui perjanjian tersebut."Terserah Mas saja. Aku hanya ingin kita menikah secepatnya dan posisiku setara dengan istrimu. Aku tidak mau terus menjadi bahan gunjingan karena menjalin hubungan dengan pria beristri. Padahal kalau saja mereka tahu cerita yang sebenarnya, mereka pasti akan menyesal telah mengataiku pelakor," geram Renata. Meski di depannya orang-orang itu bersikap baik, tetapi ia tahu bahwa mereka sering menggunjingnya di belakang."Atau ... kalau Mas masih saja mengulur waktu, lebih baik kita sudahi saja hubungan ini," tandasnya setengah mengancam. Tidak ada pilihan lain karena ia sudah sangat ingin menikah dengan pria yang dicintainya tersebut.๐๐๐"Tanda tangani ini.""Ini ... Apa?" Larissa menerima kertas yang disodorkan Arjuna."Surat persetujuan. Aku akan segera menikahi Renata."Larissa tertegun. Dipandanginya kertas itu dengan nanar. Ternyata perkataan Arjuna hari itu tidak main-main. Pria itu akan segera menikahi kekasih yang dicintainya.Tidak dapat dipungkiri rasa sakit itu timbul dalam hati Larissa. Salah dirinya yang begitu mudah jatuh dalam pesona Arjuna, padahal ia tahu bahwa suaminya tersebut tidak pernah bersikap baik padanya, kecuali ketika di depan putra mereka.Namun, tidak ada yang bisa menolak datangnya perasaan itu secara tiba-tiba. Wajar jika ia sampai jatuh hati karena memang seorang Arjuna sesempurna itu."Cepat tanda tangani. Aku tidak punya banyak waktu hanya untuk menunggumu berpikir."Larissa menghela napas. Matanya menatap Arjuna lekat, sebelum akhirnya melakukan sesuatu yang membuat pria itu terperangah.Surat di tangan Larissa sudah robek menjadi beberapa bagian. Siapa lagi pelakunya kalau bukan wanita itu."Apa yang kamu lakukan!" geram Arjuna."Seperti yang kamu lihat." Larissa menjawab santai. Sama sekali tidak terpengaruh oleh tatapan nyalang pria itu. "Aku memang mengizinkanmu menikahi Renata. Tapi hanya sebatas nikah siri.""Jangan main-main denganku, Larissa!""Siapa yang main-main? Aku serius, kok." Larissa berdiri. Sedikit mendongak agar bisa mengimbangi tatapan nyalang suaminya. "Kalian boleh menikah, tapi hanya sebatas nikah siri. Jika kalian menolak maka jangan salahkan aku jika kabar perselingkuhan kalian aku sebar luaskan. Kamu tidak ingin nama baik keluarga dan kekasihmu tercoreng, kan?"Arjuna makin geram. Hampir saja ia melayangkan tamparan jika tidak mengingat bahwa yang sedang ia hadapi adalah seorang perempuan."Baiklah kalau itu maumu, aku akan menikahi Renata secara siri. Tapi kamu jangan senang dulu. Kamu boleh merasa bangga karena menyandang status sebagai istri sahku. Tapi kamu jangan lupa kalau hati dan ragaku hanya milik Renata. Jika bukan karena Alkana, sudah kupastikan kamu akan aku buang dari kehidupanku!" tandas Arjuna sebelum akhirnya pergi meninggalkan Larissa.Harusnya ia merasa senang. Untuk yang kesekian kalinya Arjuna tidak bisa berkutik karena ancamannya. Namun, entah mengapa hatinya masih saja terasa sakit. Arjuna begitu mencintai Renata hingga rela melakukan apa saja untuk wanita itu. Larissa ingin dicintai dan diperlakukan sama. Ia ingin merasakan bagaimana indahnya diperjuangkan setelah orang-orang yang disayangi meninggalkannya. Namun sayangnya, hal seperti itu hanya ada dalam angan semata. Pada kenyataannya memang tidak ada yang mau memperjuangkan dirinya."Apa aku tidak pantas dicintai?" gumamnya pada diri sendiri, disertai tawa getir.๐๐๐Pernikahan Arjuna dan Renata akhirnya dilaksanakan secara siri. Wanita yang hari ini berperan sebagai pengantin itu harus puas dengan status yang disandangnya saat ini.Tidak ada pernikahan mewah yang diidamkannya selama ini. Hanya pernikahan sederhana yang dihadiri beberapa kerabat dekat dirinya dan Arjuna. Namun meski begitu, Renata senang karena kini ia mempunyai hak yang sama dengan Larissa. Ia tidak akan mengalah lagi karena status mereka sama-sama istri Arjuna Wiratama. Perlahan namun pasti, ia akan menyingkirkan Larissa dan menjadi istri satu-satunya.Larissa turut hadir di pernyataan kedua suaminya sebagai tanda bahwa ia telah memberikan izin kepada Arjuna untuk menikahi kekasihnya. Wanita yang hari ini nampak cantik dengan kebaya modern warna ungu itu mengabaikan tatapan iba dari sebagian orang yang mengetahui siapa dirinya. Termasuk, tatapan dari seorang pria yang sejak acara dimulai tak lepas dari dirinya.Pramudya.Pria itu nampak terkejut setelah mengetahui istri dari Arjuna adalah putrinya sendiri. Pria yang masih nampak gagah di usianya yang sudah berkepala lima itu memandang sendu ke arah sang putri yang jika dilihat dari luar, nampak biasa-biasa saja.Namun, Pramudya tahu betul bagaimana perasaan Larissa yang sesungguhnya. Sang putri pasti tengah merasakan sakit yang luar biasa karena diduakan oleh suaminya.Apakah ini yang dinamakan karma? Sang putri harus mengalami hal yang sama dengan ibunya yang juga telah pria itu duakan?Sebagai seorang Ayah, Pram tidak rela putrinya dipoligami oleh suaminya. Akan tetapi, ia tidak bisa berbuat banyak mengingat tidak ada yang tahu hubungan mereka sebenarnya.Pramudya menyaksikan bagaimana tegarnya sang putri saat mengucapkan selamat kepada kedua mempelai. Larissa tak henti menebar senyum yang ia tahu adalah senyum palsu.Tak tahan, ia menyusul Larissa saat melihat putrinya tersebut berjalan menuju toilet. Pramudya menunggu dengan sabar setelah cukup lama Larissa berada di dalam. Entah apa yang sedang dilakukan putrinya tersebut. Pram menebak, sepertinya Larissa tengah menangis di dalam sana karena tidak ingin orang-orang melihat kesakitannya.Akhirnya pintu itu pun terbuka. Larissa terkejut melihat siapa yang sedang berdiri di depan pintu toilet. Mendengkus, Larissa mengabaikan orang itu dan memilih berlalu dari sana."Tunggu, Nak!"Langkah Larissa terhenti."Kenapa kamu tidak pernah bilang kalau suamimu adalah Arjuna?" Pram bertanya dengan suara sedikit bergetar. Menahan tangis yang ingin keluar setelah melihat mata putrinya yang sembab."Memangnya apa peduli Anda?""Papa tidak rela kamu dipoligami. Andai papa tahu suamimu adalah Arjuna, Papa pasti akan berbuat sesuatu agar pernikahan ini tidak terjadi."Larissa ingin tertawa mendengar perkataan ayahnya. Berbuat sesuatu? Memangnya apa yang bisa pria itu lakukan untuknya?"Tidak usah sok perhatian dan mengasihani saya. Anda tidak sadar kalau bisa saja apa yang terjadi pada saya ada hubungannya dengan Anda? Urus saja keluarga baru Anda. Tidak usah mengurusi saya yang jelas-jelas sudah Anda buang!""Nak--"Pramudya tercekat."Apa yang saya rasakan tidak ada seberapa jika dibandingkan dengan apa yang Mama rasakan dulu. Anda tahu, Tuan Pramudya yang terhormat? Mama saya bahkan nyaris gila akibat ulah Anda. Kami dibuang layaknya sampah sampai saya lupa bahwa saya pernah memiliki seorang Ayah. Jadi, jangan pernah ikut campur kehidupan saya. Silakan nikmati kebahagiaan yang Anda dapat di atas penderitaan kami."Larissa mengusap air mata yang hampir saja menerobos keluar. Ia tidak ingin menangis di hadapan Pramudya. Larissa tidak suka dikasihani apalagi oleh orang yang telah menorehkan luka begitu dalam untuknya.Namun, langkah wanita bertubuh sintal itu terhenti saat melihat seseorang yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tak terbaca. Larissa terkejut, pun dengan Pramudya yang berdiri di belakangnya."Bisa kalian jelaskan apa yang kalian sembunyikan dariku?"**Bersambung.Arjuna termenung di sofa kamar dengan pandangan kosong. Pikirannya melayang ke kejadian tadi siang ketika ia memergoki Larissa dengan Pramudya. Arjuna mendengar jelas setiap percakapan mereka. Ia pun melihat tangis keduanya meski Larissa berusaha menutupinya. Sorot kebencian dari sang istri untuk Pramudya makin tergambar jelas. Menambah rasa penasaran tentang hubungan yang terjalin di antara keduanya. Pramudya adalah ayah kandung Larissa.Pengakuan yang meluncur dari mulut pria itu sangat mencengangkan baginya. Selama ini Larissa tidak pernah bercerita tentang keluarga wanita itu, ah ... lebih tepatnya Arjuna sendiri yang tidak pernah bertanya atau mencaritahu. Kebenciannya kepada sang istri telah membutakan hatinya hingga ia menutup mata tentang semua masa lalu wanita itu. Ia ingin menemui Larissa dan meminta penjelasan langsung dari istrinya karena tadi siang, wanita itu pergi begitu saja tanpa mempedulikan pertanyaan darinya. Justru Pramudya-lah yang bercerita bahwa pria itu aya
Larissa menghela napas lega. Akhirnya Wanda pergi dan urung membuat kekacauan lebih jauh di tempat usahanya. Walau bagaimanapun, ia takut pelanggannya merasa terganggu atas kejadian barusan. Meski tidak dipungkiri ada rasa senang karena secara tidak langsung, Wanda telah membenarkan gosip yang beredar tentang dirinya dan Renata, tetap saja Larissa harus menjaga kenyamanan para pelanggannya. Pria yang tadi menyelamatkannya dari tamparan Wanda masih berdiri seperti mencari seseorang. Larissa mendekat untuk mengucapkan terima kasih sekaligus menawarkan bantuan. "Terima kasih Anda sudah menolong saya. Apa ada yang bisa saya bantu?" tawarnya sopan. "Sama-sama. Saya hanya tidak suka ada kekerasan apalagi di tempat umum seperti ini. Saya sedang menunggu Mama yang minta dijemput," terangnya. "Kalau boleh tahu, siapa nama Mama Anda?""Mama saya--""Regan!"Perkataan pria itu terhenti ketika seorang wanita memanggil namanya. Keduanya sontak menoleh ke asal suara. "Itu Mama saya," tunjuknya
"Mamaku berakhir di rumah sakit jiwa!"Kalimat terakhir yang diucapkan Larissa sebelum wanita itu pergi, masih terngiang di telinga Arjuna. Sungguh, kenyataan paling mencengangkan dari semua fakta yang ia dengar dari mulut sang istri. Larissa menanggung bebannya sendirian.Larissa menyembunyikan lukanya dari setiap orang.Larissa membutuhkan dukungan dari seseorang dan ia sebagai suami tidak pernah peduli akan hal itu. Arjuna mendesah. Selama ini ia terlalu sibuk memupuk kebencian kepada istrinya tersebut hingga lupa untuk mencari tahu alasan Larissa menjebaknya. Ia masih ingat kala pagi itu terbangun di kamar hotel dengan seorang perempuan yang berbaring di sebelahnya. Keadaan mereka sama-sama polos. Cukup meyakinkan Arjuna bahwa semalam telah terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Arjuna mengira ia seperti itu karena pengaruh alkohol yang ia minum bersama teman-temannya. Awalnya Arjuna mengira Larissa adalah korban atas kekhilafan dirinya. Apalagi setelah melihat tangis wanita i
"Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas?"Arjuna menoleh. Pria itu paham jika Larissa terkesan curiga atas kehadirannya di tempat itu. Namun, ia mengabaikan pertanyaan sang istri dan kembali fokus pada ibu mertuanya yang tengah menatapnya bingung. "Maaf, saya baru sempat menjenguk Mama. Tapi saya janji akan sesering mungkin berkunjung ke sini bersama Larissa."Arumi menitikkan air mata. Dengan sigap Larissa menghapus lelehan bening itu di pipi sang Mama. "Mama kok nangis?"Arjuna memperhatikan sang istri yang kini berpindah duduk di samping mamanya. Menyaksikan bagaimana telatennya Larissa menenangkan sang mama dan membisikkan kata-kata penyemangat.Hati Arjuna menghangat saat melihat sisi lain dari istrinya. Larissa tidak seburuk yang ia pikirkan selama ini. Wanita itu begitu menyayangi mamanya meski sang mama belum bisa mengenali Larissa sepenuhnya. Hanya karena dendam dan rasa sakit yang membuat Larissa menjelma menjadi wanita tidak berperasaan. Melakukan segala cara demi membalas
Larissa mengabaikan keberadaan Arjuna yang entah kenapa tiba-tiba datang ke klinik miliknya. Pria itu bahkan berpura-pura bersikap manis padanya di depan Regan persis seperti orang yang tengah cemburu. Tidak. Larissa tidak ingin menjelaskan apa pun tentang Regan pada Arjuna. Toh, pertemuannya dengan putra Nyonya Marta tersebut memang hanya sebuah kebetulan. Mobil miliknya tiba-tiba mogok dan kebetulan Regan lewat di sana. Pria itu menawarkan bantuan dengan memberi tumpangan dan menelepon pihak bengkel untuk membawa mobil miliknya. Larissa tidak menolak karena memang ia harus segera tiba di klinik. Ada beberapa pembukuan yang harus ia selesaikan menjelang akhir bulan dan gajian para karyawannya. Larissa ingin pulang lebih awal agar bisa bermain dengan Alkana. Kegiatan yang akhir-akhir ini tidak sempat ia lakukan karena terlalu sibuk dengan pekerjaan. "Kamu sudah kenal lama sama pria itu? Kelihatannya kalian akrab banget."Arjuna yang duduk di depan Larissa merasa gatal ingin bertan
Arjuna tidak pernah merasa se-marah dan se-kecewa ini. Wanita yang selama ini ia cintai sepenuh hati telah membuatnya malu di depan Larissa. Video semalam. Permainan panasnya dengan Renata disaksikan Larissa, wanita yang berstatus istrinya juga. Entah apa maksud Renata hingga melakukan tindakan menjijikkan seperti itu. Arjuna ingin marah. Namun mengingat mereka sedang berada di tempat umum, ia mencoba menahan sekuat tenaga agar tidak hilang kendali dan berakhir dengan tindakan kekerasan. Ia seorang pria yang pantang berbuat kasar apalagi menyakiti fisik seorang wanita. Akan tetapi perbuatan Renata sudah di luar batas dan kemarahan Arjuna sangat sulit dikendalikan. Alhasil, pria itu meminta istri keduanya pergi dari tempat tersebut. "Pergilah. Aku tidak ingin sampai hilang kendali dan berakhir menyakitimu," perintahnya terdengar dingin. "Mas--""Pergi, Renata!""Mas, tolong dengar dulu penjelasanku!""Pergi atau aku akan menyeretmu sampai ke parkiran!"Nada suara Arjuna terdengar m
Larissa mendudukkan Arumi di depan cermin yang cukup besar. Ia tatap wajah sang Mama yang berubah sendu. Larissa sadar bahwa mamanya belum sepenuhnya melupakan pengkhianatan Pramudya dan ia pun memakluminya. Arumi berpura-pura tegar di hadapan Pramudya dan Wanda agar kedua orang itu tidak merasa bangga karena telah berhasil meluluh lantakkan hatinya. Ia tidak ingin mereka merasa senang karena telah berbahagia di atas penderitaannya. Akan Arumi tunjukkan ia baik-baik saja meski sebenarnya rasa sakit itu belum sepenuhnya hilang. "Ma ...."Usapan lembut Arumi rasakan di bahunya. "Ya, Sayang?""Mama masih sedih?"Arumi memaksakan senyum. "Enggak. Ayo, katanya mau bikin Mama cantik," kilahnya mengalihkan pembicaraan."Oke, tunggu sebentar."Larissa meninggalkan sang Mama untuk mengambil peralatan. Diam-diam ia menghapus air mata yang hampir jatuh di kedua pipinya. Larissa tidak kuat melihat mamanya kembali merasakan kesakitan itu. Pertemuan mendadak dengan Pramudya tidak pernah terpikir
Renata terlalu percaya diri jika ia berpikir Larissa akan takut karena kehadirannya. Wanita itu justru makin menegaskan bahwa di sini Larissa-lah istri sah Arjuna Wiratama.Lihatlah bagaimana cara mereka memperlihatkan kemesraan di depan umum. Larissa tak hentinya menempel pada Arjuna, pun dengan tangan pria itu yang melingkar di pinggang istri pertamanya. Selama acara berlangsung, senyum bahagia terus terukir di bibir keduanya. Mereka bak keluarga bahagia yang mengundang rasa iri dari para tamu undangan di sana. Siapa yang tidak mengenal Arjuna Wiratama? Putra sulung dari keluarga Wiratama yang sekarang menjadi direktur utama perusahaan Pertamina terbesar di Indonesia. Selain parasnya yang tampan, kekayaan yang berlimpah tentu menjadi penambah daya tarik pria tersebut. Larissa adalah wanita beruntung yang dipersunting Arjuna, setidaknya begitulah anggapan orang-orang di luar sana. Namun tidak dengan Renata. Wanita yang jelas tahu bagaimana kondisi pernikahan mereka yang sebenarnya
Regan menatap mamanya bingung. Pasalnya, sang Mama terus tersenyum setelah ia menceritakan tentang kejadian kemarin sore di rumah Alin dan Raka. Bahkan, sang Mama menggodanya dengan mengatakan bahwa apa yang dikatakan Raka benar. Alin pasti tidak akan menolak kalau ia melamar gadis yatim piatu tersebut. Ah, ada-ada saja.Memang, Regan akui Alin cukup cantik meski gadis itu tidak memakai make up, malah terkesan polos. Namun, ia tidak pernah sekalipun berpikiran sampai ke sana. Perasaannya murni hanya karena kasihan dan ingin melindungi kakak beradik itu dari orang-orang yang ingin mengganggu mereka, seperti pria bernama Awan. Regan mempunyai pikiran buruk tentang pria itu. Sepertinya Awan tidak akan menyerah begitu saja meski Alin sudah jelas-jelas menolaknya. Regan takut Awan akan berbuat nekat dengan menyakiti Alin jika sampai keinginannya tidak kesampaian. "Nanti sore kamu mampir ke toko kue itu lagi ya, Gan. Mama mau pesan lagi buat acara arisan lusa," ucap Marta membuyarkan la
Melihat wanita yang dicintai bahagia, Regan pun turut berbahagia. Pria itu memutuskan untuk berhenti menjaga Larissa dan kembali fokus pada pekerjaannya dan kehidupannya. Patah hati tidak lantas membuatnya kehilangan semangat. Hidup harus terus berjalan karena masih ada orang tua yang mempunyai harapan besar padanya. Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore ketika Regan menyudahi pekerjaan dan ingin secepatnya pulang ke rumah. Namun sebelum itu, Regan harus mampir ke toko kue untuk mengambil pesanan sang Mama. Meski sebenarnya ia sudah sangat lelah, tetapi tentu saja Regan tidak berani membantah. Maka, disinilah pria itu sekarang. Di sebuah toko kue yang ternyata adalah tempat Alin, gadis yang beberapa hari lalu adiknya hampir ia tabrak, bekerja. Awalnya Regan tidak menyadari bahwa Alin bekerja di sana. Namun ketika ia tak sengaja mendengar obrolan dua orang pegawai di sana, Regan tidak bisa untuk berpura-pura tidak peduli. "Coba si Alin gak izin. Kita gak bakal kerepotan seperti
Keinginan Larissa akhirnya terkabul. Di kehamilan yang kedua ini, Arjuna sangat memanjakannya. Apa pun yang ia minta pasti pria itu turuti, sekalipun Arjuna tengah disibukkan oleh pekerjaan. Memenuhi permintaan sang istri yang sedang ngidam menjadi kesenangan tersendiri bagi pria itu. Arjuna tidak ingin melewatkan moment di mana ia menjadi suami siaga yang siap kapan saja jika sang istri sedang membutuhkannya.Arjuna berubah menjadi suami yang over protektif. Melarang Larissa mengerjakan apa pun, termasuk jika sang istri ingin menyiapkan sarapan untuknya. Terkadang Larissa merasa kesal menghadapi sikap Arjuna yang seperti itu. Namun, jika suaminya sudah berkata demi kesehatan calon bayi mereka, maka Larissa tidak bisa berkutik.Memasuki trimester ke tiga, Larissa makin kewalahan dengan perutnya yang makin membesar. Arjuna sering kali memijat kaki sang istri yang sedikit bengkak, sambil mengusap perut Larissa untuk merasakan pergerakan di dalam sana."Wow, nendangnya kenceng banget, Sa
Arjuna menatap haru ke arah sepasang ayah dan anak yang sedang berpelukan. Ia tidak pernah menduga ternyata Larissa bersedia memenuhi permintaan Pramudya. Keduanya sama-sama menangis, saling meminta maaf dan diakhiri dengan kalimat Larissa yang mengatakan sebenarnya ia sangat menyayangi ayahnya. Ya, kekecewaan yang dirasakan istri Arjuna telah menutupi rasa sayang itu. Larissa menanamkan pada dirinya sendiri agar bisa membenci Pramudya ketika pria itu lebih memilih wanita lain ketimbang mamanya. Rasa benci berubah menjadi dendam, hingga akhirnya memaksa Larissa untuk melampiaskan dendam tersebut kepada sang ayah juga Wanita selingkuhannya. Namun, kini semuanya telah berakhir. Masing-masing telah menerima hukuman atas apa yang mereka perbuat, meski pada akhirnya tidak ada yang merasa puas karena semuanya terjadi di luar dugaan. "Terima kasih, Nak. Kamu masih mau mengabulkan permintaan Papa," lirih Pramudya setelah pelukan mereka terlepas. "Ya, Pa." Larissa mengangguk dan tersenyu
Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Larissa diperbolehkan pulang oleh Dokter yang menanganinya selama ia dirawat. Arjuna tidak pernah beranjak sedikit pun dari sisi Larissa saat sang istri sedang dalam masa pemulihan, kecuali untuk ke kamar mandi. Bahkan, Arjuna sampai membawa pekerjaannya ke rumah agar bisa memperhatikan sekaligus membantu istrinya jika membutuhkan sesuatu. Kejadian yang menimpa mereka membuat keduanya makin sadar jika mereka tidak bisa kehilangan satu sama lain. Larissa seakan kehilangan gairah hidup saat Arjuna menghilang, pun dengan Arjuna ketika Larissa terbaring lemah di rumah sakit dan belum sadarkan diri. Rasa cinta keduanya makin menguat setelah badai cobaan beberapa kali menerpa rumah tangga sepasang suami istri tersebut. "Sudah bangun?" Arjuna yang baru keluar dari kamar mandi, menghampiri sang istri yang sudah duduk di atas ranjang.Larissa tersenyum manis. "Sudah.""Mau makan sesuatu? Nanti Mas bawakan ke sini.""Enggak. Cuma mau dip
"Saya meminta maaf atas apa yang telah dilakukan Renata. Sebagai seorang Ayah, saya tidak bisa mendidik putri saya dengan baik hingga dia berani berbuat sampai sejauh ini."Semua yang berada di sana terdiam mendengar permintaan maaf dari Kris. Saat ini mereka masih shock atas apa yang terjadi hingga mengakibatkan Larissa harus dilarikan ke rumah sakit akibat luka tembak di bagian punggungnya.Tidak ada yang menduga Renata akan melakukan tindakan nekat seperti itu. Meski kini wanita itu sudah ditahan di kantor polisi, Arjuna tetap tidak merasa puas. Ia akan menuntut agar Renata dihukum seberat-beratnya, kalau perlu sampai seumur hidup.Rasa cinta yang dulu pernah ia rasakan untuk mantan istrinya itu kini telah sirna sepenuhnya, berganti dengan rasa benci yang menjalar ke seluruh nadi. Arjuna tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada kondisi Larissa, bahkan yang lebih parah jika sang istri sampai meninggalkannya untuk selamanya.Rasanya ... A
Dugaan Pramudya ternyata benar. Renata adalah dalang di balik menghilangnya Arjuna beberapa hari ini. Menurut cerita dari Pak Arman, dalam perjalanan menuju Bandara, mobil yang ia dan Arjuna tumpangi tiba-tiba saja dihadang oleh beberapa pria berbadan besar hingga mereka sempat melakukan perlawanan, tetapi berakhir gagal karena jumlah lawan yang tidak seimbang. Ia dan Arjuna dibuat tak sadarkan diri hingga berakhir dibawa ke tempat yang beberapa hari ini dijadikan untuk menyekap Arjuna. Namun, fakta mencengangkan pun terjadi ketika Pak Arman mengatakan jika justru ayah dari Renata-lah yang membantunya kabur. Entah bagaimana isi pikiran pria itu karena ternyata Kris telah mengkhianati putrinya sendiri. "Sepertinya ayahnya Renata bukan orang jahat. Dia hanya terjebak rasa bersalah karena telah meninggalkan putrinya begitu saja hingga untuk menebusnya, Kris terpaksa menuruti keinginan putrinya," tutur Pak Arman sebagai penutup cerita. Semua yang mendengar cerita Pak Arman saling tata
"Lihat, Mas. Aku membelikan baju ganti untukmu."Renata mengeluarkan isi paper bag yang ia bawa. Baju yang ia beli untuk Arjuna ia perlihatkan satu per satu di depan mantan suaminya. Namun, Renata mendesah kecewa ketika Arjuna justru tak bereaksi apa pun. Pria itu diam dengan tatapan datar yang membuat Renata makin yakin, tidak ada lagi cinta dari Arjuna untuknya. Akan tetapi, Renata tidak peduli. Ia yakin akan bisa meraih hati Arjuna kembali setelah mereka menikah lagi dan pergi jauh dari kota ini, memisahkan Arjuna dengan Larissa yang telah merebut pria itu darinya. "Model dan warnanya kesukaan kamu semua. Kamu pasti suka." Renata tidak ingin menyerah. Ia terus mengajak Arjuna berbicara meski sang pria tetap tidak memberikan respon. "Kamu tahu, Mas? Aku senang kita bisa berdua lagi seperti ini. Aku melakukan semua ini karena aku mencintai kamu melebihi apa pun.""Itu bukan cinta, Renata. Tapi obsesi." Untuk pertama kalinya, Arjuna mengeluarkan suara dan Renata tersenyum senang k
Hartawan menggebrak meja hingga tiga wanita yang duduk satu ruangan dengannya terperanjat karena kaget. Setelah mendengar perkataan Arumi yang menceritakan tentang dugaan Pramudya, ayah dari Arjuna tersebut merasa geram luar biasa. Renata. Andai benar wanita itu yang telah menyebabkan putranya menghilang, Hartawan tidak akan pernah memaafkan. Akan ia pastikan, Renata mendekam di penjara menyusul Wanda. "Mama gak nyangka dia sampai senekat itu," gumam Rita lirih, tetapi masih terdengar di telinga ketiga orang di sana. "Sepertinya apa yang Renata rasakan untuk Mas Juna bukan lagi cinta, tapi obsesi. Dia tidak terima karena Mas Juna lebih memilih aku dan Alkana ketimbang dirinya," timpal Larissa yang juga sangat terkejut atas apa yang mamanya katakan. Pramudya.Entah apa maksud dari ayahnya tersebut hingga memberitahu tentang hal ini karena yang ia tahu, Pramudya sangat menyayangi Renata dan seharusnya pria itu mendukung rencana putri tirinya. "Papa akan membicarakan hal ini dengan