"Iya, kenapa? Aku cemburu dan aku tidak suka kamu terus berada di dekatnya. Apa sekarang kamu menyadarinya, hah? Apa kamu pernah berpikir bagaimana perasaanku saat kamu memperhatikan orang lain?"
Kaisar terdiam. kedua matanya menyala tidak suka melihat Mira yang seperti itu. Dia merasa sudah tidak mengenal wanita yang berada di depannya ini. Mira seperti sosok wanita yang sangat berbeda saat ini.
"Kau tidak bisa menajwab, 'kan? Aku bahkan pernah berharap kalau aku tidak pernah kenal Anya agar aku tidak selalu tersakiti saat melihatnya."
"Sepertinya duagaanku benar. Kamu alasan menghilangnya dia." Kaisar mencekram rahang Mira, dia mengangkat kepala gadis itu hingga mendongak menatapnya. "Kalau kamu masih tidak mau mengaku, aku tidak aka segan menyeretmu ke ranah hukum."
"Sekarang aku yakin, kau tidak pernah punya perasaan padaku. Setelah kamu lebih mengutamakan dia, sekarang kau
Anya tetap bersikukuh untuk berakting secakap mungkin. Kalau bisa, dia akan mengeluarkan suara-suara aneh, hingga pria yang di sebelahnya ini mengira kalau dia kelewat tertidur. Saat dia masih dengan kepura-puraannya, dia merasakan tangan kasar yang meraih tangan kanannya. Rupanya, dia sedang melepas ikatannya sekarang.Anya membuka matanya perlahan, dan yang dia lihat pertama kali itu wajah pria yang tepat sekali berada di atasnya, membuat dia tersentak kaget dan refleks menarik kepalanya.“Hai, sudah bangun, ‘kan?” Pria itu terlihat ramah dan tersenyum padanya.“Siapa kamu?”“Aku Sandi,” jawabnya dengan melepas semua ikatan di tubuh Anya. “Lupa denganku?”Anya mengernyit, pria di depannya ini sama sekali tidak terlihat berniat jahat padanya. Namun setelah lama dia terdiam, nama Sandi seolah familiar di telinganya. Wajahnya pun terlihat tidak asing baginya, tapi sayangnya dia tidak bisa menging
“Aku sudah mencobanya, tapi tidak ada jawaban. Aku takut terjadi apa-apa denganmu, jadi aku memutuskan untuk menjemputmu sendiri. Naiklah cepat! Sebelum mereka menemukanmu.”Karena memang takut tertangkap kembali, apalagi Sandi sudah melakukan bagiannya dengan sempurna, Anya naik ke atas motor Mira dengan secepatnya. Pakaiannya yang hanya menggunakan dress mini membuat dia sedikit kesulitan untuk naik ke atas motor dan duduk dengan posisi menyimpang.Mira segera melajukan motornya dengan cepat, membelah malam dan menuju ke sebuah jalan untuk kembali. Namun Anya sedikit mengernyit saat Mira justru memilih jalan yang sepi. “Mir, kenapa lewat sini? Ini sudah malam, pasti sangat sepi sekali di sini.”“Aku sengaja memilih yang sepi agar aku bisa melaju dengan cepat. Aku khawatir Kaisar akan mencarimu nanti.”“Tapi di sini berbahaya! Sebaiknya kita putar balik dan lewat di jalan yang lebih ramai. Tidak apa-apa lama, kem
Ini bukan untuk pertama kalinya bagi Rendi, tapi ini untuk pertama kalinya dia tidak ingin berakhir di rumah sakit untuk kali ini saja. Dia merasakan semua rasa sakit yang begitu menyiksa, memejamkan kepalanya meskipun saat ini dia tengah mati-matian menahan itu agar tidak sampai menjerit.Rendi mulai mengontrol emosinya, namun sayangnya setiap dia mencoba baik-baik saja, semakin sakit pula kepalanya. Seperti dihantam dengan batu besar berulang kali tanpa ampun. Kedua matanya sudah tidak senormal lagi, dan sebelum dia kehilangan kesadaran, pria itu meraih ponsel dan menghubungi Dokter Rahmat untuk menjemputya di sana.Jarak antara rumah sakitnya memang tidak jauh, tapi Rendi sudah tidak tahan lagi hingga kedua hidungnya mengalirkan darah. Wajahnya terlihat sangat pucat sekali, dan semakin lama pandangannya semakin kabur dan tidak bisa melihat apa pun dengan jelas.“Ren, bertahanlah!”Dia hanya mendengar ada suara yang memanggilnya, dan merasa
“Tunggu!” sergah Dinda dengan menahan tangan Kaisar saat dia hendak menekan knop pintu. Hanya sesaat, dan dia menariknya kembali setelah Kaisar melirik ke arah tangan gadis itu. “Maaf, maksud saya, teman saya itu masih sedang dalam pemeriksaan.”“Aku hanya melihat, bukan membuat keributan.”“Tidak bisa. Anda tidak bisa melihatnya. Maksud saya ... teman saya sedang perawatan intens dan butuh banyak istirahat.”Semakin Kaisar ditentang, semakin keras pula keinginannya. Dia menatap Dinda semakin curiga, dan tetap ingin membuka pintu itu. Saat Kaisar kembali menekannya, ponsel yang berada di dalam sakunya berdering nyaring.Akbar menghubunginya, Kaisar segera melangkah pergi dan berlalu begitu saja tanpa melihat siapa yang berada di dalam kamar itu. Padahal, pintu itu sudah terbuka sedikit, dan itu membuat jantung Dinda berdegup lebih keras.Setelah merasa Kaisar pergi jauh, dia kembali masuk
“Saya sudah merekap perjalanan Lyan dan mereka menuju ke Pondok Mutiara. Setelah saya selidiki, pondok itu ternyata adalah miliknya yang sudah dibeli beberapa saat yang lalu. Kemudian jika dicocokkan dengan riwayat perjalanan Mira, maka mereka punya tujuan yang sama.”Kaisar tersenyum miring. Dia tidak menyangka, kalau Mira sampai berbuat jauh seperti itu. Hanya karena memenuhi hasrat irinya saja. “Kita bergerak sekarang.”Semua mobil segera bersiap siaga. Mereka hanya menunggu Kaisar yang memimpin dan semua anak buahnya akan mengikuti. Tidak ada ampunan lagi jika sampai dia menemukan kalau mereka lah yang menyekapnya, bahkan tidak terkecuali dengan Mira.Perasaannya pada gadis itu sudah berubah sekarang. Jika dengan perlakuannya pada Anya sudah membuat dia gila seperti ini, itu berarti dia yang salah karena terlalu memujinya dulu.***Tidak adanya Anya di dalam kamar itu sampai ke telinga Lyan. Dia segera pulang
Seolah hanya mimpi, Mira mendengar suara jari yang diketuk-ketukkan berulag kali di meja dengan ritme teratur. Semakin lama, suara itu semakin jelas dan itu mengganggu tidurnya. Mata hitam itu mengerjap berulang kali untuk memperjelas bayangan seseorang yang samar-samar tengah berdiri di depannya.“Kai,” ucapnya lirih setelah banyangan seseorang itu cukup jelas untuk dia lihat. Kaisar datang ke kamarnya? Apa dia berniat menjenguknya?Tidak, dia meragukan itu. Pasti ada yang tidak beres dengan kedatangan Kaisar sepagi ini. Dia terlihat berantakan, kusut dan sepertinya dia telah melewatkan malam tanpa istirahat dan jelas Mira tahu apa yang dia pikirkan. Tentu saja Anya.Dia saja tidak mengharapkan kedatangan pria itu untuk menjenguknya kemarin. Jika sekarang dia datang menemuinya, pasti itu tidak lain hanya untuk menyudutkannya.“Jika kamu ke sini hanya untuk menyalahkan aku atas hilangnya Anya, maka lebih baik aku tidak melihat wajahmu.&r
Kaisar menjelaskannya dari awal dia menjemput Anya sampai berakhir dengan mendatangi ruang inap Mira dan mengatakan semuanya. Regan mendengarkannya tanpa melihat ke arah Kasiar, dia sedang berdiri menatap ke luar jendela ruang kerjanya dengan kedua tangan yang dia lipat di dada.Mendengar pengakuan Kaisar kalau Mira ada di balik ini semua, dia tersenyum miris dan menoleh ke belakang. “Kai, selama ini aku tidak pernah meragukan perkataanmu. Jika memang dia terlibat, aku ingin bertanya padamu.”Kaisar diam, di dalam hatinya dia menerima apa pun perkataan Regan nanti.“Apa yang akan kamu lakukan padanya?”“Saya akan memberikannya hukuman yang setimpal, karena saat ini saya sudah memutus hubungan dan menerima apa pun keputusan yang anda ambil nanti.”“Aku memegang kata-katamu. Sekarang, seret Lyan dan Raisa ke hadapanku bagaimanapun kondisinya.”Kaisar mengangguk, dia sangat bersemangat sekali jika
Raisa menarik napas panjang. Regan bukanlah orang yang bisa dibohongi dengan mudah. Jika dia tidak turun, maka itu akan semakin menyulitkan posisinya. Bisa-bisa mereka menerjang masuk dan menyeretnya seperti binatang nanti.Lebih baik untuk sekarang dia menyelamatkan dirinya terlebih dulu. Seperti tidak punya dosa apa pun, dia turun dengan patuh dan terlihat biasa saja meskipun dalam hatinya sudah menjerit ingin berlari sejauh mungkin untuk menghindari Regan.Di bawah, Atmaja sudah berdiri menunggunya bersama Sarah. Mereka berdua mengernyit, melihat Raisa yang entah ada angin apa tiba-tiba berurusan dengan pengawal perusahaan Regan.“Raisa, ada apa ini? Apa ada masalah dengan Anya?” tanya Atmaja. Pria itu memang belum mendengar apa-apa, karena baru saja pulang dari perjalanan bisnis.Sedangkan Sarah yang memang sudah mendengar desas-desusnya hanya diam saja, karena merasa itu adalah kabar terbaik yang pernah dia dengar. Namun dengan kedatangan
Seiring waktu, semua permasalahan yang mereka lalui terlupakan. Kehidupan terus berjalan dan seolah memberikan dunia baru untuk mereka. Tiba di saat hari yang mereka tunggu, Anya melahirkan dan dia melakukannya secara normal.Regan tidak pernah meninggalkan istrinya, bahkan dia yang menangis saat Anya mengeluh sakit yang luar biasa. Namun, menit kemudian, tangisnya berubah senyum lebar mendengar suara tangisan bayi.“Pak Regan, anak anda laki-laki.” Dokter itu memberikan anak mereka padanya. Dia sangat tampan, tapi wajah Anya mendominasi hingga dia terlihat tampan sekaligus imut di waktu yang sama.Anya menangis bahagia setelah beberapa jam menangis kesakitan. Setelah dibersihkan, mereka pindah ke ruang inap dan bayi itu tidak juga turun dari gendongan Regan. Kaisar yang ingin menggendongnya pun tidak memiliki kesempatan.Di saat itu, pintu ruangan terbuka, Sarah masuk dengan wajah memelas. Sejak dia mendengar jika Anya akan melahirkan, dia se
Jihan membeku, dia merasa sangat kecil di sana. Perlahan, hinaan dari Padmana yang selama ini hanya dia telan bulat-bulat, seolah doa yang menjadi kenyataan. Dia merasa senang sekaligus menangisi dirinya sendri. Bahkan dia tidak pernah merasakan kasih sayang yang seperti itu.Kaisar hanya memandangnya, semakin dilihat Jihan semakin menyedihkan. Jihan memang tidak mengatakan apa pun, tapi kedua mata yang menyorotkan kekosongan di hatinya itu terlihat sangat jelas. Kaisar menjadi gelisah, entah karena apa.Pria itu menyahut botol minum dan meskipun dia menegaknya hingga tersisa setengah, perasaannya masih gelisah. Tubuhnya tergerak untuk mendekat, lalu tiba-tiba mencium bibir Jihan dengan cepat hingga membuat wanita itu terkejut dengan responnya.“Kau hanya membuatku takut dengan ekspresimu yang diam saja. Makanlah, aku akan menyusul Tuan Regan.”Jihan tercengang, sampai Kaisar keluar dari ruangan pun dia masih tidak berkedip.“Kamu
“Aku tidak akan pergi dan aku akan tidur di sini.” Jihan melengos dan masuk ke kamar mandinya. Selesai mandi, dia terlihat sangat segar dengan rambut yang masih basah.Kemeja yang dia pakai pun sangat longgar dan kebesaran, tapi panjangnya hanya sampai paha dan itu sangat minim. Jika dia mengangkat kedua tangan, maka dia akan mengekspose pahanya yang mulus itu membuat Kaisar berkali-kali memalingkan pandangan.“Kau hanya boleh tidur di sofa.”“Tidak masalah, selagi aku tidak sendri.”Kaisar melempar selimut ke arahnya, dan dia memejamkan mata terlebih dulu. Saat dia pikir Jihan pun sudah mulai tertidur, mendadak kasur yang berada di sisinya tenggelam seperti ada seseorang yang meniduri.“Mau apa kau?” teriak Kaisar, yang mendapati Jihan merayap di sisinya.“Tidakkah kau merasa di sini seram? Mira pasti pernah tinggal di sini. Aku tidak berani di sofa sendirian. Kalau kau tidak menahanku p
“Si- siapa ini?”“Kaisar. Mulai saat ini, jika kau berani mendekati Jihan lagi, aku tidak akan ragu untuk mematahkan semua tulangmu.”“Jihan adalah tunanganku dan apa yang aku perbuat padanya, sama sekali tidak ada hubungan apa pun denganmu.”“Dia bukan milikmu lagi dan sebaiknya kau enyah dari kota ini sebelum aku menyeretmu ke lubang kuburmu sendiri.”Setelah mengatakan itu, Kaisar memutus sambungan dan menyerahkan ponsel ke Jihan dengan entengnya. Jihan tidak mendengar apa jawaban Padmana, tapi yang jelas pria itu pasti ketakutan. Satu-satunya hal yang ditatuti pria itu adalah dia yang kembali dengan Kaisar karena dia tahu jika dia tidak akan mampu melawan pria itu.“Anda membuatku dalam masalah besar.”“Aku sudah menyelamatkanmu dan kau mengatakan aku membawa masalah besar?”“Anda tidak tahu, saya berhutang padanya untuk biaya pengobatan ibu saya di kamp
Anya menyandar di pundak Regan, rasanya sangat nyaman dan tenang. Malam ini, Wira mengendara dengan santai, dan sesekali kedua matanya melirik ke arah spion. Melihat Regan yang memejamkan mata dengan Anya yang memeluknya, hatinya pun ikut bahagia.Sayang sekali, hanya dia yang tersiksa karena sudah melajang cukup lama. Namun, melihat Regan, keinginan untuk memiliki satu wanita dalam hidupnya muncul begitu kuat. Wira sudah lama bekerja dengan Kaisar, menjadi pengawal Regan dan mengikuti dia ke mana pun.Selama hidupnya, dia telah menyaksikan sendiri jika Regan tidak pernah bermain-main dengan wanita. Ada pun Manda, tapi saat itu jusru sang wanitalah yang menjebaknya. Dalam arti, Regan tidak pernah berniat untuk bermain-main dengan istrinya.Wira juga masih mengingat dengan jelas, di mana saat itu Regan kehilangan istrinya selama beberapa bulan dan melihat betapa kacaunya dia. Regan memang sangat arogan waktu itu, pemarah dan terlihat bukan pria yang banyak memili
Mengorbankan dua nyawa? Regan tertegun sejenak dan pikirannya jatuh pada Manda dan juga anaknya. Dia yang mendesak Manda agar mengatakan semua tentang Lyan, dan apakah itu maksudnya Lyan akan membunuh mereka?Regan menendang tubuh Lyan, hingga dia menggelinding beberapa kali. “Patahkan semua tulangnya hingga dia mati dan buang mayatnya ke laut.”“Baik.” Wira mengeksekusi Lyan dan menyelesaikan tugas Regan dengan sangat ganas.Di samping itu, dia mengambil istrinya dari Kaisar dan membawanya di atas kedua tangan lalu pergi dari gedung itu. Namun, Regan tidak pergi begitu saja. Dia hanya meletakkan Anya di dalam mobil dan kembali keluar untuk menghubungi Sandi.Seharusnya Sandi masih menangani masalah cafe, tapi dalam beberapa sambungan dia juga tidak mendapatkan jawaban atas panggilannya. Regan mengumpat, dan melayangkan pukulan ke udara. Dia sudah meletakkan bodyguard untuk melindungi Manda, tapi Lyan itu sangat licik! Kemungkinan
Mobil yang membawa Anya bergerak dengan cepat sekali, tapi Wira sudah menyambungkan dengan sistem navigasi di mobil dan mereka tidak perlu untuk mencarinya. Mereka pikir Lyan akan membawanya keluar dari Jakarta, tapi ternyata tidak. Mobil mereka berbelok dan menuju ke suatu tempat.Melihat itu, Regan semakin menambah kecepatan, hingga Jihan kehilangan jejak mereka. Kaisar dengan cepat melacak mobil Regan, dan mengikuti rute mereka meskipun sudah tertinggal jauh.Saat Regan tiba di sana, tempat itu merupakan gedung kosong dengan bangunan terbengkalai. Semuanya gelap dan tidak terlihat cahaya apa pun. Meskipun begitu, Regan tidak merasa ragu sama sekali untuk meneruskan langkahnya. Ada Anya yang menunggu untuk diselamatkan di dalam sana.Mereka masuk dengan waspada, berbekal hanya lampu senter di ponsel dan mengarahkan itu segela arah. Awalnya tidak ada yang aneh, hanya saja tepat saat mereka masuk lebih dalam lagi, terlihat Lyan yang berdiri dengan me
“Benar, tampar aku! Tampar!” teriak Mira sekencang-kencangnya. Entah saat ini dia memang sedang menangis menyesal atau masih dengan kepura-puraannya, kedua mata wanita itu mengalirkan air mata. “Aku iri denganmu, aku benci melihat kehidupanmu yang sempurna sedangkan banyak orang yang menderita di bawahmu. Aku benci!”“Jadi kau menyalahkan semua orang yang menderita itu padaku? Apa kau tidak pernah berpikir, jika sikapmu sendiri yang membuat semua orang menjauhimu?”“Kau yang sudah merebut perhatian Kaisar! Kau merebut kasih sayangnya, hingga aku tidak akan pernah menjadi yang pertama baginya. Kau sudah memiliki Regan, dan kau masih serakah dengan merebut perhatian Kaisar! Aku membencimu!”PLAKKSekarang, bukan hanya Anya yang menampar dia, melainkan Akbar yang melakukan itu. “Salah Apa Nona Anya padamu hingga kau berulang kali ingin melenyapkan nyawanya, hah? Apa dia mencoba untuk membunuhmu? Hanya kar
Baru juga mereka masuk, pelayan lelaki itu itu berdiri dan menghadang. “Maaf, Pak, untuk malam ini cafe tidak bisa dipesan karena sudah ada seseorang yang memesan untuk acara penting.”“Tenang saja, aku ke sini tidak untuk menyewa tempat ini. Aku hanya ingin sedikit melakukan renovasi.”“Mungkin kamu lebih butuh ini.” Kaisar menyodorkan pemukul itu ke arah Sandi dan dia dengan senang hati menerimanya.Sekali ayunan, dia memecahkan etalase kaca hingga membuat semua pengunjung ketakutan dan termasuk pelayan juga di dalamnya.“Maaf untuk ketidak nyamanannya, tapi kalian semua bisa pergi dari sini sekarang juga dan tidak perlu membayar makanan yang sudah kalian pesan.” Kaisar berteriak ke arah mereka semua dan di saat itu mereka berlarian sendiri-sendiri.“Pak, apa yang anda lakukan?” teriak salah satu dari pelayannya. Semuanya tampak panik, tapi hanya Kila yang sudah tidak terkejut sama sekal