“Anya apakah kamu mendengarkan apa yang aku jelaskan?” tanya Trevor membuat Anya gelagapan karena untuk beberapa detik, dia malah sibuk memperhatikan ketampanan pria itu.“Ma-maafkan aku, sepertinya aku butuh secangkir kopi dan istirahat sebentar,” jawab Anya menyembunyikan kecerobohannya.Tanpa rasa curiga, Trevor mengangguk mempersilakan Anya untuk mengambil waktu istirahat. Dia tahu jika Anya sudah bekerja keras hari ini.Di dapur, Anya mengipasi wajahnya yang terasa panas dan memerah. Baru kali ini dia merasa salah tingkah di depan pria.“Jangan sampai aku tertarik pada pria arogan itu,” gumamnya pelan sambil meredakan detak jantung yang berdetak aneh.“Baru tadi pagi dia melecehkanku, bagaimana mungkin sekarang aku mengaguminya,” lanjutnya.“Apakah kamu sudah selesai membuat kopimu?” suara Trevor mengagetkan Anya membuat gelas yang dipegang terlepas begitu saja.“Auuwww …” teriak Anya saat kakinya terkena air panas yang tumpah di lantai.Dengan sigap, Trevor menariknya menjauh da
Anya merenggangkan tubuh lalu membuka mata, tidurnya sangat nyenyak sehingga tubuhnya terasa segar. Baru saja dia ingin menikmati matahari pagi yang menyapu kulitnya, tubuhnya menegang menyadari dia tidak sendiri di ranjang asing tempatnya berbaring.Dengan jantung berdebar, dia menegakkan wajah untuk melihat dengan siapa dia tidur di ranjang tersebut. Matanya melebar menemukan Trevor tidur di sampingnya dengan hembusan nafas yang menyapu puncak kepalanya.Ingatan akan dulu saat mereka bersama, terlintas di kepala. Dia segera mengintip ke balik selimut berharap dia masih berpakaian lengkap karena yang dia ingat semalam dia sama sekali tidak mabuk. Bahkan masih sangat sadar karena harus menyelesaikan bahan presentasi yang seharusnya diselesaikan sebulan lebih.Anya bernafas lega saat melihat pakaiannya masih menempel lengkap di tubuh, itu artinya tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan atasannya.Tidak ingin membuat Trevor terbangun, Anya berusaha bangun tanpa menimbulkan suara. Namun
Selama presentasi, Trevor banyak diam sambil mengamati kecerdasan Anya dan ide-ide kreatifnya, dalam hati berdecak kagum karena baru kali ini menemui orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata.Dia yakin Anya akan berhasil menarik banyak investor dari presentasi yang dibawakan.Tak sampai satu jam, Anya telah selesai menjelaskan seluruh idenya. Tepuk tangan meriah bergemuruh, sebagai tanda jika keberhasilan mengintip di depan mata. Banyak pertanyaan yang harus dijawab setelahnya dan dia bisa memberi jawaban tepat dan memuaskan.Setelah turun dari panggung, beberapa investor langsung mengerubunginya, mengajukan diri untuk bergabung dalam pembangunan proyek yang akan segera direalisasikan. Dari sekian banyak investor, ada satu yang begitu menonjol bernama Peter.“Aku sangat tertarik dengan idemu,” ucap Peter pada Anya.“Terima kasih Tuan …” Anya terdiam sejenak karena tidak begitu mengenal orang tersebut.“… Peter,” sambung Trevor yang tiba-tiba sudah berada di samping Anya untuk
“Karena kamu sudah berhasil mendapatkan kontrak dengan nilai fantastis, kenapa kita tidak merayakannya,” jawab Trevor.Anya menatap Trevor penuh selidik, perayaan yang dikatakan pria itu identik dengan minuman alkohol yang bisa membuatnya melakukan kesalahan fatal seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.“Bagaimana jika kita bertemu lagi untuk makan malam nanti? Sekarang aku akan ke kamarku dan menikmati fasilitas yang ada di sana,” Anya memutuskan untuk menghindar dari pesona Trevor.Raut wajah Trevor berubah kecewa, tetapi dia tetap menghormati keputusan Anya dan mengizinkannya ke kamar.Dengan langkah cepat, Anya pergi menjauh dari Trevor sebelum pikirannya berubah dan tak terkendali. Sesampainya di kamar, dia melemparkan diri ke ranjang yang besar dan empuk menatap atap kamar mengingat semua kejadian antara dirinya dan Trevor.“Aku sungguh gila,” gumamnya sambil menyentuh dada, merasakan denyut jantung yang berdenyut cepat setiap kali bayangan Trevor mampir di pikiran.“Kena
Untuk mengembalikan gairah Anya yang sempat meredup, Trevor menurunkan kepala dan membenamkan ke belahan dada wanita itu, memberikan tanda kepemilikannya di sana dan menjelajahi lereng serta puncaknya.Anya melingkarkan tangan ke leher Trevor, menelusupkan jari-jari ke sela rambut pria itu dan mengacaknya. Lidah lembab dan panas yang terus bergerak di dadanya, membuatnya meremas rambut Trevor dan menekan belakang kepala pria itu agar mengecapnya lebih banyak lagi.Rasa panas mulai menyengat inti miliknya dan Trevor menyadari jika gairahnya telah kembali. Usapan lembut diberikan untuk memastikan jika dirinya siap menerima hidangan utama yang Trevor katakan.Tangannya meremas lengan kokoh pria itu saat sesuatu menelusup masuk di dalamnya.“Trevor,” pekik Anya sambil menatap nanar manik mata pria itu.“Milikmu sudah sangat basah, kamu sudah siap untuk menerimaku,” ucap Trevor sambil terus menggerakkan jarinya di dalamnya.Anya menunggu dengan jantung berdetak kencang, gumaman kecewa lolo
“Aku ingin bertemu Trevor,” ujar Remy pada Adam.“Tuan Smith sedang pergi ke luar kota untuk tujuan bisnis,” terang Adam.Remy menyipit tidak percaya. “Jika dia pergi untuk tujuan bisnis, kenapa kamu tidak ikut dengannya?”“Ada beberapa urusan di kantor yang tidak bisa diwakilkan sehingga Tuan Smith memintaku untuk mengurusnya,” Adam membuat alasan.“Kapan dia kembali?” selidik Remy.“Akhir minggu ini,” kata Adam.“Akhir minggu? Itu terlalu lama,” protes Remy menahan rasa kesal.“Hanya itu yang aku tahu, jadi sekarang kamu bisa pergi dari sini,” usir Adam yang memang tidak begitu suka dengan wanita itu.“Aku ingin ke kamar mandi sebelum pergi,” ujar Remy lalu melangkah mendekati ruang kerja Trevor, tetapi Adam segera berlari dan menghalanginya.“Kamu bisa menggunakan kamar mandi di luar,” ujar Adam.“Aku tidak suka berbagi kamar mandi dengan para karyawan. Minggir!” tegas Remy sambil menyingkirkan Adam dari jalannya.Dia masuk ke ruang kerja Trevor dan pergi ke kamar mandi pribadi Tre
“Apa yang kamu lakukan? lepaskan aku!” berontak Anya di dekapan Trevor.“Jangan pernah mengabaikanku atau akan aku akan membuatmu tak bisa menolak,” ancam Trevor dengan seringai tampan yang tak bisa Anya abaikan.“Aku tidak ingin ada gosip tentang kita di kantor.”Anya mencoba menjaga nama baik karena tidak ingin kerja kerasnya tercoreng dengan berita tidak benar seperti yang terjadi saat dia masih menyandang nama Jackson.“Kenapa kamu mempedulikan hal remeh seperti itu? Yang tahu tentang kita adalah kita berdua, jadi kamu tidak perlu mendengarkan perkataan tidak benar dari orang lain,” kata Trevor yang tidak tahu apa yang Anya takutkan dan apa yang pernah terjadi dalam hidupnya.“Aku tidak ingin hasil kerja kerasku disepelekan karena menjalin hubungan dengan orang yang tidak seharusnya. Aku tidak ingin dianggap mendapatkan proyek darimu karena aku merayumu.” Anya memasang dinding yang membuat Trevor tidak suka.“Bukan kamu yang merayuku, aku yang lebih dulu menginginkanmu dan aku aka
“Gejalamu menunjukkan jika kamu sedang hamil, jadi lakukan test terlebih dahulu, jika benar kamu hamil, aku akan memberikan rujukan ke dokter kandungan untuk diperiksa lebih lanjut,” terang dokter yang memeriksa Anya.Seketika Anya memucat mendengar hal tersebut, dia baru menyadari jika beberapa bulan ini dirinya terlambat datang bulan. Dia pikir hal tersebut terjadi karena dia terlalu stress bekerja, tapi ternyata …Anya menggelengkan kepala cepat mengusir segala kemungkinan yang terjadi, dia berharap diagnosa dokter tersebut salah.Mengikuti perkataan dokter, dia melakukan tes kehamilan dan hasilnya begitu mengejutkan, tangannya gemetar melihat garis dua di alat yang dipegang.Air mata lolos dari pelupuk matanya dan jatuh membasahi pipi, mengingat kembali apa yang dirinya dan Trevor lakukan saat mereka mabuk beberapa bulan lalu. Mereka melakukannya tanpa pengaman dan selama ini dia tidak menyadari jika hal tersebut akan berakibat fatal.Untuk sejenak, Anya bersembunyi di kamar mand
“Auuuw …” rintih Trevor saat Anya mengobati lukanya.Anya melirik selintas menatap wajah pria itu lalu kembali berkonsentrasi dengan luka yang sedang dia obati.“Katanya tergores sedikit, kenapa sekarang jadi manja dan meringis kesakitan,” gumam Anya seolah sedang bicara pada dirinya sendiri.Trevor tersenyum masam menanggapi sindiran Anya. “Jika kamu bersikap sedikit lebih lembut, aku tidak akan merasa kesakitan.”Bukannya bersikap lembut, Anya malah sengaja menekan luka Trevor hingga pria itu berteriak kesakitan, menarik tangannya lalu menghindari Anya.“Ini sangat menyakitkan, aku tahu kamu sengaja melakukannya,” gerutunya tanpa rasa marah.Anya kembali menarik tangan pria itu lalu kini benar-benar mengobatinya dengan hati-hati. “Ini bukan luka ringan dengan sedikit goresan seperti yang kamu katakan. Lukamu cukup parah dan terus mengeluarkan darah, besok kamu harus periksa ke rumah sakit.”Trevor terdiam sambil memperhatikan Anya yang sedang mengobati lukanya. Sebenarnya dokter sud
“Sudah cukup, aku tidak mampu memakan semua ini,” kata Anya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil mengusap perutnya yang kekenyangan, mengabaikan sopan santun di hadapan Trevor.“Kamu harus makan banyak, aku melihatmu terlihat sangat kurus dan kantung matamu tidak bisa kamu sembunyikan dari make up tebal,” ujar Trevor seakan tahu kondisi Anya.Anya kembali menegakkan tubuh dan mengusap wajahnya. “Sekarang kita bisa membahas pekerjaan,” ujarnya lalu mengeluarkan dokumen untuk menghindari Trevor banyak bicara.“Kenapa buru-buru, aku masih ingin bersamamu.”“Cukup, Trevor! Bersikaplah profesional. Kita di sini untuk urusan pekerjaan dan aku tidak ingin terlibat denganmu lebih dari ini.” Anya menekankan hubungan mereka saat ini.Dengan buru-buru Anya membuka dokumen yang dibawa lalu membacakan pasal-pasal yang mereka sepakati. Trevor yang muak dengan sikap Anya, merebut dokumen tersebut lalu menutupnya.“Aku ingin bicara denganmu soal Remy,” terang Trevor.“Aku tidak ada urusan den
“Apa yang kamu dapatkan dari penyelidikan Remy?” tanya Trevor pada Adam.“Ada berita bagus yang bisa membuatmu keluar dari jerat wanita itu?” jawab Adam sambil menyerahkan hasil penemuannya pada Trevor.Trevor menaikkan satu alis dengan senyum sinis terkembang di ujung bibir membaca dokumen yang Adam berikan padanya.“Jadi wanita itu tidak hamil? Selama ini dia sedang bermain-main denganku dan berbohong padaku?” ujar Trevor.“Dia tidak mungkin hamil darimu karena kamu tidak bercinta dengannya,” kata Adam.“Jadi kamu percaya padaku sekarang?” Trevor menyombongkan diri menyindir ketidakpercayaan Adam padanya.“Aku tidak sepenuhnya percaya dengan perkataanmu, aku hanya percaya pada data yang aku dapatkan.” Adam langsung mematahkan kesombongan Trevor.“Data apa yang kamu dapatkan?”“Apakah kamu ingat saat kamu melakukan tes darah saat itu?” Adam mengingatkan.“Ah … ya … sehari setelah aku mabuk aku merasa tidak enak badan sehingga aku memutuskan ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan
“Apakah aku bisa bertemu dengan papa tirimu?” tanya Trevor pada Remy dengan ekspresi tak terbaca.“Papaku …?” ulang Remy dengan cuping hidung kembang-kempis memperlihatkan kegugupan yang coba disembunyikan, “kenapa kamu ingin bertemu dengan papaku?”Tidak ingin dicurigai atas permintaannya, Trevor memilih kata dengan hati-hati sebelum mengucapkan.“Jika memang bayi yang kamu kandung adalah anakku, bukankah sudah seharusnya aku bertemu papamu? Karena papa kandungmu sudah meninggal, sudah sewajarnya aku bertemu dengan walimu saat ini.”Kecurigaan yang sempat terbesit dalam benak Remy, seketika lenyap ketika sikap Trevor berubah lembut padanya, bahkan pria itu tidak menolaknya lagi. “Aku tidak bisa janji, papaku susah untuk ditemui.”“Sayang sekali, apakah itu berarti tidak ada restu untuk kita?” pancing Trevor.“Re-restu …?” Kata-kata itu membuat mata Remy berbinar senang.“Lupakan saja permintaanku.” Trevor berusaha tarik ulur emosi Remy, dia kemudian beranjak dari tempat duduk hendak
Anya terbelalak mengetahui jika kakaknya yang masuk ke ruangan. Dia langsung berusaha bangun dan merapikan pakaian.“A-aku … ka-kami …” Otak Anya seketika kosong dan tak mampu menjelaskan apa yang terjadi.“Dia jatuh dari kursi dan aku berusaha menolongnya, aku harap kamu tidak salah paham dengan apa yang dilihat tadi,” jelas Trevor dengan santai sambil berdiri dan berjalan mendekati Arlo seolah tidak terjadi apa-apa.“Benarkah begitu?” tanya Arlo memastikan langsung ke Anya dengan tatapan penuh selidik.“Aku sedikit ceroboh hingga terjatuh dari kursi dan beruntung Trevor menolongku,” jelas Anya tak sepenuhnya berbohong.“Lalu bagaimana kamu bisa berada di sini? Bukankah seharusnya kamu menemuiku?” Tatapan curiga Arlo diarahkan pada Trevor.“Aku tersesat dan berakhir di sini.”Arlo terdiam berusaha memahami situasi yang terjadi, dia tipe orang yang tidak mudah percaya hanya dengan mendengar cerita dari orang lain. Banyak peristiwa dan proses dalam hidupnya yang membuat dia begitu hati
“Mereka memundurkan rapatnya karena kamu tidak datang,” ujar Adam yang kembali menemui Trevor.“Biarkan saja, aku masih bisa menanganinya. Apakah kamu sudah menemukan data tentang Remy? Apa yang kamu dapatkan?” cecar Trevor.“Tidak banyak yang bisa ditemukan, aku hanya bisa mengakses data pribadi dan keuangannya. Tidak ada hal yang mencurigakan dengan semua itu,” terang Adam.“Berikan semua data itu padaku dan tinggalkan aku sendiri, aku yang akan mengurusnya.”Adam kemudian menyerahkan sebuah flashdisk pada Trevor, tetapi tidak langsung pergi dari hadapan pria itu. Mengetahui hal tersebut, Trevor menatapnya dengan dingin. “Ada apa lagi?”“Arlo Jackson baru saja menelpon, dia ingin bertemu dan mengundangmu ke kantornya, ada kerjasama yang ingin ditawarkan,” ujar Adam menginformasikan tujuan Arlo.Rahang Trevor mengeras, rasa cemburu mengusik mengingat Anya sangat dekat dengan pria itu.“Bilang saja aku tidak berminat dengan semua yang dia tawarkan,” balas Trevor tanpa pikir panjang.“
“Sudah lama sekali aku tidak membicarakan papaku dan aku tidak berminat,” tolak Trevor enggan mengulik masa lalunya kembali.“Tapi ini berhubungan dengan keluarga Jackson, jika kita tidak menyelesaikannya maka hidup kita sebagai keluarga Smith tidak akan tenang,” terang Mattew.“Apa untungnya bagiku? Nama Smith tidak ada artinya bagiku dan aku tidak punya hubungan apapun dengan keluarga Jackson.” Trevor berusaha menghindar dari masalah yang lebih buruk.“Kamu dan Britne berteman baik, Arlo juga mengenalmu. Pertemananmu dengan Britne akan rusak dan bisnismu akan tersendat jika kita tidak menyelesaikan masalah keluarga kita.”Trevor menghela nafas panjang lalu memijit batang hidungnya. “Sepertinya keputusanku untuk pulang adalah sebuah kesalahan dan seharusnya aku tidak perlu mengenalmu sehingga masalah ini tidak mendatangiku.”Mattew tersenyum penuh pengertian. “Ini adalah kesalahan para orang tua kita yang tidak bisa kita hindari, jadi tugas kita sekarang adalah memutuskan semua kutuk
“Dasar anak pembawa sial! Mati saja kamu!” umpat mamanya sambil memukul dengan keras.Umurnya masih tujuh tahun saat itu tetapi bayangan itu masih sangat jelas di ingatan. Kekerasan, umpatan, pukulan selalu dia dapatkan di masa kecil.Dia sering disalahkan atas kehidupan mamanya yang buruk, papanya meninggalkan mereka dalam kemiskinan dan semenjak saat itu mamanya sering kali kehilangan akal sehat lalu memukul dirinya tanpa alasan.Tetapi bukan itu hal terburuk dalam hidupnya, hal terburuk yang dia alami adalah ketika menemukan mamanya bunuh diri dan meninggalkannya sebatang kara di dunia ini. Dia kemudian dibawa petugas sosial untuk dibesarkan di panti asuhan.Trevor terbangun dengan keringat dingin yang membasahi pakaian, rahangnya mengeras mengingat mimpinya. Hal itulah yang membuatnya begitu membenci papanya dan tidak ingin tahu siapa ayah kandungnya.Seumur hidup, dia membenci pria yang telah menghamili mamanya dan meninggalkannya begitu saja.Mimpi buruk itu membuatnya tidak bis
Trevor mengerang marah karena situasi sulit yang dihadapinya. Keadaan ruyam ketika dia mabuk dan terbangun dengan Remy tidur di sisinya dan sekarang wanita itu mengaku hamil anaknya.“Sudah ku bilang Remy akan menyulitkan hidupmu,” sindir Adam merespon sikap Trevor.“Bisakah kamu diam jika kamu tidak punya solusinya? Jangan membuatku semakin pusing,” geram Trevor.“Benarkah kamu tidak mengingat apapun malam itu?”Trevor menggeleng sambil memijat kepalanya yang berdenyut sakit. “Aku tidak mungkin bercinta dengan Remy, jika aku melakukannya aku pasti mengingatnya meski mungkin tidak secara detail. Itu yang aku rasakan pada Anya sehingga aku yakin jika anak yang Remy kandung bukan anakku, tetapi aku butuh bukti untuk menyanggahnya jika tidak Remy akan membuat media gempar dan nilai sahamku akan turun.”“Jadi kamu bercinta dengan Anya dalam keadaan mabuk? Dasar pria brengsek,” umpat Adam membuat Trevor sadar jika telah bicara terlalu banyak.“Enyahlah dari hadapanku, Adam! Aku sedang ingi