Trevor mengumpat di dalam ruang kerja karena sikap yang dia tunjukkan pada Anya. Bukankah mereka harus bicara? Tetapi kenapa dirinya malah bersikap sebaliknya.Pengaruh Anya pada dirinya begitu besar, dia tidak ingin berada dalam kendali wanita itu sehingga bersikap demikian. Bahkan semalam dia tidak bisa tidur nyenyak karena bayangan Anya terus datang menggangu.“Anya ingin bertemu denganmu,” suara Adam mengagetkannya.“Anya ...?” ulang Trevor dengan nada tinggi membuat kening Adam berkerut curiga.“Apakah kalian sedang ada masalah? Aku lihat kalian tidak bertegur sapa saat bertemu tadi. Apa yang terjadi kemarin malam?” selidik Adam.“Apa maksudmu dengan yang terjadi di antara kami? Kami baik-baik saja,” sanggah Trevor menyembunyikan gemuruh di hati, berusaha untuk bersikap biasa agar Adam tidak curiga terlalu jauh.“Kenapa nadamu terdengar aneh? Siapa tahu Anya menghancurkan acara yang kalian datangi dengan membuat beberapa koneksimu merasa kesal karena dia karyawan baru yang belum
Anya menyipit melihat Remy datang ke kantor Trevor. Matanya mengikuti setiap gerakan wanita itu penuh kecurigaan dan setelah tidak terlihat lagi, dia mengambil ponsel dan menelepon Arlo, kakaknya.“Bagaimana kabarmu?” suara Arlo terdengar dari seberang telepon.“Baik, aku sudah mendapatkan pekerjaan dan menangani proyek penting karena kemampuanku bukan karena nama Jackson.” Anya mengatakannya dengan bangga membuat Arlo ikut senang mendengarnya.“Selamat untuk pencapaianmu, setelah berhasil dan puas bersenang-senang, kembalilah! Papa dan mama sering menanyakanmu,” pinta Arlo.“Jangan merusak kesenanganku!” gerutu Anya membuat Arlo tertawa menggoda adiknya.“Ada yang ingin aku tanyakan padamu,” lanjut Anya.“Ada apa?” tanya Arlo singkat.“Apakah kamu tahu kabar tentang Remy dan perusahaannya?” selidik Anya.“Setelah tersandung kasus serius, dia memindahkan perusahaannya ke luar negeri. Kenapa kamu menanyakannya?” Arlo merasa penasaran.“Aku melihatnya di sini dengan pengaruh baru yang j
Setelah beberapa hari Trevor dan Anya tidak saling bicara, mereka terpaksa harus saling bertemu karena proyek yang sedang digarap.“Apakah kamu sudah melakukan survei dan trial lapangan?” tanya Trevor membaca sekilas hasil laporan Anya.“Saya sudah melakukan sampling lapangan dan mengambil survei dari beberapa tingkatan ekonomi orang dan mendapat respon positif. Meskipun begitu masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki sebelum produk ini diluncurkan,” jawab Anya tanpa berusaha menutupi kekurangan yang ada.“Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikannya?”“Satu bulan,” ucap Anya setelah menghitung kemampuan sumber daya yang dimiliki.Trevor menegakkan tubuh lalu menatap Anya tajam. “Itu terlalu lama, aku tidak suka karyawanku bekerja seperti kura-kura.”Anya terdiam, otaknya langsung bekerja menghitung batas maksimal dari yang mampu dia kerjakan. “Dua minggu jika tidak ada kendala sama sekali,” tawar Anya.“Aku akan memberikan waktu dua minggu padaku asal ada pengem
Trevor mengumpat keras setelah Anya keluar dari ruangan, dia kesal pada dirinya sendiri yang hilang kendali dan melakukan hal bodoh terhadap karyawannya. Dari dulu dia selalu pantang terikat secara pribadi dengan orang-orang yang bekerja di perusahaan, tetapi keberadaan Anya menggoncangkan ideologi tersebut.Keberadaan Anya mengancamnya, dia harus berhati-hati karena selalu melakukan hal yang tidak terencana saat bersamanya.Seharian Trevor merasa gusar dan marah-marah, meeting bulanan menjadi pelampiasan sehingga setiap karyawan yang melakukan sedikit saja kesalahan, akan merasa bentakan kerasnya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Adam pada Trevor setelah mereka mengakhiri pertemuan dan kembali ke ruangan.“Memangnya kenapa?” Trevor balik bertanya dengan nada dingin, pura-pura bodoh.“Tidak biasanya kamu membentak karyawan dengan keras seperti yang kamu lakukan hari ini,” jawab Adam.“Itu karena mereka tidak bisa kerja, kesalahan mereka ada dimana-mana padahal tenggat waktunya suda
“Adam, apakah aku bisa bertemu dengan Tuan Smith?” tanya Anya saat menemui Adam di ruangannya.“Tuan Smith sedang ada urusan bisnis, apakah ada yang bisa aku bantu?” Adam balik bertanya.“Aku ingin menyerahkan laporan yang dia minta kemarin, sekalian aku mau minta izin untuk keluar kantor sebentar,” terang Anya.“Untuk laporan kamu bisa menitipkannya padaku, tetapi soal izin aku tidak bisa memberikannya sebelum kamu mendapat izin dari Tuan Smith,” tegas Adam.Wajah Anya seketika berubah memelas, dia menangkupkan kedua tangan dan menatap Adam dengan tatapan sayu. “Please, kakakku yang datang dari luar benua sedang berada di kota ini. Aku hanya ingin menemuinya sebentar karena sangat merindukannya.”Melihat ekspresi tersebut, hati Adam pun luluh. Dia sempat berpikir sejenak lalu mengambil resiko untuk memberi izin pada Anya. Apalagi Anya sudah bekerja keras selama ini dan hasil kerjanya sangat bagus, dia tidak tega bersikap kejam pada wanita itu.“Baiklah, tetapi hanya sebentar saja. Se
“Siapa yang Anda maksud?” Anya tetap bersikap formal untuk menghargai Trevor sebagai atasan.Namun penerimaan Trevor malah sebaliknya, dia merasa Anya sedang memasang dinding padahal dia sengaja menghilangkan formalitas di antara mereka agar bisa dekat dengan wanita itu.“Aku melihatmu meninggalkan jam kerja dan pergi ke hotel dengan seorang pria. Kenapa kamu bersikap murahan seperti itu?” sindir Trevor tanpa sadar telah menghancurkan harga diri Anya.Anya menyipit dingin dan menatap tajam, dia begitu marah dengan tuduhan yang Trevor arahkan padanya. Jika saja pria itu bertanya baik-baik, mungkin dia punya niat untuk menjelaskan kesalahpahaman di antara mereka, sayangkan perkataan menyakitkan pria itu membuatnya muak dan malas menjelaskan apa yang terjadi. Lagipula dia tidak membutuhkan pembenaran di depan Trevor.“Sebelum saya pergi, saya sudah mendapatkan izin dari Adam jadi tidak ada alasan bagi Anda untuk menuduh saya dengan asumsi yang tidak bijaksana,” serang Anya menanggapi per
“Anya apakah kamu mendengarkan apa yang aku jelaskan?” tanya Trevor membuat Anya gelagapan karena untuk beberapa detik, dia malah sibuk memperhatikan ketampanan pria itu.“Ma-maafkan aku, sepertinya aku butuh secangkir kopi dan istirahat sebentar,” jawab Anya menyembunyikan kecerobohannya.Tanpa rasa curiga, Trevor mengangguk mempersilakan Anya untuk mengambil waktu istirahat. Dia tahu jika Anya sudah bekerja keras hari ini.Di dapur, Anya mengipasi wajahnya yang terasa panas dan memerah. Baru kali ini dia merasa salah tingkah di depan pria.“Jangan sampai aku tertarik pada pria arogan itu,” gumamnya pelan sambil meredakan detak jantung yang berdetak aneh.“Baru tadi pagi dia melecehkanku, bagaimana mungkin sekarang aku mengaguminya,” lanjutnya.“Apakah kamu sudah selesai membuat kopimu?” suara Trevor mengagetkan Anya membuat gelas yang dipegang terlepas begitu saja.“Auuwww …” teriak Anya saat kakinya terkena air panas yang tumpah di lantai.Dengan sigap, Trevor menariknya menjauh da
Anya merenggangkan tubuh lalu membuka mata, tidurnya sangat nyenyak sehingga tubuhnya terasa segar. Baru saja dia ingin menikmati matahari pagi yang menyapu kulitnya, tubuhnya menegang menyadari dia tidak sendiri di ranjang asing tempatnya berbaring.Dengan jantung berdebar, dia menegakkan wajah untuk melihat dengan siapa dia tidur di ranjang tersebut. Matanya melebar menemukan Trevor tidur di sampingnya dengan hembusan nafas yang menyapu puncak kepalanya.Ingatan akan dulu saat mereka bersama, terlintas di kepala. Dia segera mengintip ke balik selimut berharap dia masih berpakaian lengkap karena yang dia ingat semalam dia sama sekali tidak mabuk. Bahkan masih sangat sadar karena harus menyelesaikan bahan presentasi yang seharusnya diselesaikan sebulan lebih.Anya bernafas lega saat melihat pakaiannya masih menempel lengkap di tubuh, itu artinya tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan atasannya.Tidak ingin membuat Trevor terbangun, Anya berusaha bangun tanpa menimbulkan suara. Namun
“Auuuw …” rintih Trevor saat Anya mengobati lukanya.Anya melirik selintas menatap wajah pria itu lalu kembali berkonsentrasi dengan luka yang sedang dia obati.“Katanya tergores sedikit, kenapa sekarang jadi manja dan meringis kesakitan,” gumam Anya seolah sedang bicara pada dirinya sendiri.Trevor tersenyum masam menanggapi sindiran Anya. “Jika kamu bersikap sedikit lebih lembut, aku tidak akan merasa kesakitan.”Bukannya bersikap lembut, Anya malah sengaja menekan luka Trevor hingga pria itu berteriak kesakitan, menarik tangannya lalu menghindari Anya.“Ini sangat menyakitkan, aku tahu kamu sengaja melakukannya,” gerutunya tanpa rasa marah.Anya kembali menarik tangan pria itu lalu kini benar-benar mengobatinya dengan hati-hati. “Ini bukan luka ringan dengan sedikit goresan seperti yang kamu katakan. Lukamu cukup parah dan terus mengeluarkan darah, besok kamu harus periksa ke rumah sakit.”Trevor terdiam sambil memperhatikan Anya yang sedang mengobati lukanya. Sebenarnya dokter sud
“Sudah cukup, aku tidak mampu memakan semua ini,” kata Anya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil mengusap perutnya yang kekenyangan, mengabaikan sopan santun di hadapan Trevor.“Kamu harus makan banyak, aku melihatmu terlihat sangat kurus dan kantung matamu tidak bisa kamu sembunyikan dari make up tebal,” ujar Trevor seakan tahu kondisi Anya.Anya kembali menegakkan tubuh dan mengusap wajahnya. “Sekarang kita bisa membahas pekerjaan,” ujarnya lalu mengeluarkan dokumen untuk menghindari Trevor banyak bicara.“Kenapa buru-buru, aku masih ingin bersamamu.”“Cukup, Trevor! Bersikaplah profesional. Kita di sini untuk urusan pekerjaan dan aku tidak ingin terlibat denganmu lebih dari ini.” Anya menekankan hubungan mereka saat ini.Dengan buru-buru Anya membuka dokumen yang dibawa lalu membacakan pasal-pasal yang mereka sepakati. Trevor yang muak dengan sikap Anya, merebut dokumen tersebut lalu menutupnya.“Aku ingin bicara denganmu soal Remy,” terang Trevor.“Aku tidak ada urusan den
“Apa yang kamu dapatkan dari penyelidikan Remy?” tanya Trevor pada Adam.“Ada berita bagus yang bisa membuatmu keluar dari jerat wanita itu?” jawab Adam sambil menyerahkan hasil penemuannya pada Trevor.Trevor menaikkan satu alis dengan senyum sinis terkembang di ujung bibir membaca dokumen yang Adam berikan padanya.“Jadi wanita itu tidak hamil? Selama ini dia sedang bermain-main denganku dan berbohong padaku?” ujar Trevor.“Dia tidak mungkin hamil darimu karena kamu tidak bercinta dengannya,” kata Adam.“Jadi kamu percaya padaku sekarang?” Trevor menyombongkan diri menyindir ketidakpercayaan Adam padanya.“Aku tidak sepenuhnya percaya dengan perkataanmu, aku hanya percaya pada data yang aku dapatkan.” Adam langsung mematahkan kesombongan Trevor.“Data apa yang kamu dapatkan?”“Apakah kamu ingat saat kamu melakukan tes darah saat itu?” Adam mengingatkan.“Ah … ya … sehari setelah aku mabuk aku merasa tidak enak badan sehingga aku memutuskan ke rumah sakit untuk memeriksakan kesehatan
“Apakah aku bisa bertemu dengan papa tirimu?” tanya Trevor pada Remy dengan ekspresi tak terbaca.“Papaku …?” ulang Remy dengan cuping hidung kembang-kempis memperlihatkan kegugupan yang coba disembunyikan, “kenapa kamu ingin bertemu dengan papaku?”Tidak ingin dicurigai atas permintaannya, Trevor memilih kata dengan hati-hati sebelum mengucapkan.“Jika memang bayi yang kamu kandung adalah anakku, bukankah sudah seharusnya aku bertemu papamu? Karena papa kandungmu sudah meninggal, sudah sewajarnya aku bertemu dengan walimu saat ini.”Kecurigaan yang sempat terbesit dalam benak Remy, seketika lenyap ketika sikap Trevor berubah lembut padanya, bahkan pria itu tidak menolaknya lagi. “Aku tidak bisa janji, papaku susah untuk ditemui.”“Sayang sekali, apakah itu berarti tidak ada restu untuk kita?” pancing Trevor.“Re-restu …?” Kata-kata itu membuat mata Remy berbinar senang.“Lupakan saja permintaanku.” Trevor berusaha tarik ulur emosi Remy, dia kemudian beranjak dari tempat duduk hendak
Anya terbelalak mengetahui jika kakaknya yang masuk ke ruangan. Dia langsung berusaha bangun dan merapikan pakaian.“A-aku … ka-kami …” Otak Anya seketika kosong dan tak mampu menjelaskan apa yang terjadi.“Dia jatuh dari kursi dan aku berusaha menolongnya, aku harap kamu tidak salah paham dengan apa yang dilihat tadi,” jelas Trevor dengan santai sambil berdiri dan berjalan mendekati Arlo seolah tidak terjadi apa-apa.“Benarkah begitu?” tanya Arlo memastikan langsung ke Anya dengan tatapan penuh selidik.“Aku sedikit ceroboh hingga terjatuh dari kursi dan beruntung Trevor menolongku,” jelas Anya tak sepenuhnya berbohong.“Lalu bagaimana kamu bisa berada di sini? Bukankah seharusnya kamu menemuiku?” Tatapan curiga Arlo diarahkan pada Trevor.“Aku tersesat dan berakhir di sini.”Arlo terdiam berusaha memahami situasi yang terjadi, dia tipe orang yang tidak mudah percaya hanya dengan mendengar cerita dari orang lain. Banyak peristiwa dan proses dalam hidupnya yang membuat dia begitu hati
“Mereka memundurkan rapatnya karena kamu tidak datang,” ujar Adam yang kembali menemui Trevor.“Biarkan saja, aku masih bisa menanganinya. Apakah kamu sudah menemukan data tentang Remy? Apa yang kamu dapatkan?” cecar Trevor.“Tidak banyak yang bisa ditemukan, aku hanya bisa mengakses data pribadi dan keuangannya. Tidak ada hal yang mencurigakan dengan semua itu,” terang Adam.“Berikan semua data itu padaku dan tinggalkan aku sendiri, aku yang akan mengurusnya.”Adam kemudian menyerahkan sebuah flashdisk pada Trevor, tetapi tidak langsung pergi dari hadapan pria itu. Mengetahui hal tersebut, Trevor menatapnya dengan dingin. “Ada apa lagi?”“Arlo Jackson baru saja menelpon, dia ingin bertemu dan mengundangmu ke kantornya, ada kerjasama yang ingin ditawarkan,” ujar Adam menginformasikan tujuan Arlo.Rahang Trevor mengeras, rasa cemburu mengusik mengingat Anya sangat dekat dengan pria itu.“Bilang saja aku tidak berminat dengan semua yang dia tawarkan,” balas Trevor tanpa pikir panjang.“
“Sudah lama sekali aku tidak membicarakan papaku dan aku tidak berminat,” tolak Trevor enggan mengulik masa lalunya kembali.“Tapi ini berhubungan dengan keluarga Jackson, jika kita tidak menyelesaikannya maka hidup kita sebagai keluarga Smith tidak akan tenang,” terang Mattew.“Apa untungnya bagiku? Nama Smith tidak ada artinya bagiku dan aku tidak punya hubungan apapun dengan keluarga Jackson.” Trevor berusaha menghindar dari masalah yang lebih buruk.“Kamu dan Britne berteman baik, Arlo juga mengenalmu. Pertemananmu dengan Britne akan rusak dan bisnismu akan tersendat jika kita tidak menyelesaikan masalah keluarga kita.”Trevor menghela nafas panjang lalu memijit batang hidungnya. “Sepertinya keputusanku untuk pulang adalah sebuah kesalahan dan seharusnya aku tidak perlu mengenalmu sehingga masalah ini tidak mendatangiku.”Mattew tersenyum penuh pengertian. “Ini adalah kesalahan para orang tua kita yang tidak bisa kita hindari, jadi tugas kita sekarang adalah memutuskan semua kutuk
“Dasar anak pembawa sial! Mati saja kamu!” umpat mamanya sambil memukul dengan keras.Umurnya masih tujuh tahun saat itu tetapi bayangan itu masih sangat jelas di ingatan. Kekerasan, umpatan, pukulan selalu dia dapatkan di masa kecil.Dia sering disalahkan atas kehidupan mamanya yang buruk, papanya meninggalkan mereka dalam kemiskinan dan semenjak saat itu mamanya sering kali kehilangan akal sehat lalu memukul dirinya tanpa alasan.Tetapi bukan itu hal terburuk dalam hidupnya, hal terburuk yang dia alami adalah ketika menemukan mamanya bunuh diri dan meninggalkannya sebatang kara di dunia ini. Dia kemudian dibawa petugas sosial untuk dibesarkan di panti asuhan.Trevor terbangun dengan keringat dingin yang membasahi pakaian, rahangnya mengeras mengingat mimpinya. Hal itulah yang membuatnya begitu membenci papanya dan tidak ingin tahu siapa ayah kandungnya.Seumur hidup, dia membenci pria yang telah menghamili mamanya dan meninggalkannya begitu saja.Mimpi buruk itu membuatnya tidak bis
Trevor mengerang marah karena situasi sulit yang dihadapinya. Keadaan ruyam ketika dia mabuk dan terbangun dengan Remy tidur di sisinya dan sekarang wanita itu mengaku hamil anaknya.“Sudah ku bilang Remy akan menyulitkan hidupmu,” sindir Adam merespon sikap Trevor.“Bisakah kamu diam jika kamu tidak punya solusinya? Jangan membuatku semakin pusing,” geram Trevor.“Benarkah kamu tidak mengingat apapun malam itu?”Trevor menggeleng sambil memijat kepalanya yang berdenyut sakit. “Aku tidak mungkin bercinta dengan Remy, jika aku melakukannya aku pasti mengingatnya meski mungkin tidak secara detail. Itu yang aku rasakan pada Anya sehingga aku yakin jika anak yang Remy kandung bukan anakku, tetapi aku butuh bukti untuk menyanggahnya jika tidak Remy akan membuat media gempar dan nilai sahamku akan turun.”“Jadi kamu bercinta dengan Anya dalam keadaan mabuk? Dasar pria brengsek,” umpat Adam membuat Trevor sadar jika telah bicara terlalu banyak.“Enyahlah dari hadapanku, Adam! Aku sedang ingi