Share

6. Mendekat

Author: Erdes04
last update Last Updated: 2021-03-13 09:21:46

      Theo keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil mengalung di lehernya, dia melirik ke arah Dave yang terlihat sibuk berkutat dengan laptopnya. Pria itu bergidik saat matanya tanpa sengaja melihat lengan berotot milik Dave yang tengah memakai kaos lengan pendek, Theo kini ingat penyebab rahangnya sakit waktu itu. Bukan karena tamparan pelayan restoran itu, tetapi pukulan mentah dari Dave. Theo meneguk ludahnya kasar, di tengah ambang kesadaran waktu itu, Dave tanpa aba-aba memberinya pukulan.

       Tubuhnya bergidik, meskipun kejadian sudah berlalu seminggu. Tetapi dia akan mengingat rasa sakitnya, hal itu akan berguna untuk Theo agar lebih hati-hati ketika bersama dengan Dave. Sebenarnya Theo tidak mengerti alasan Dave memukulnya, dari yang dirinya ingat, dia hanya mabuk. Theo memakai kaos lengan pendeknya, lalu melirik ke arah laptop yang menjadi fokus Dave. “Apa kau yakin akan tetap dengan rencanamu? Kau juga tau bukan, seperti apa orang tuamu?” tanyanya.

       Dave menoleh, “Untuk apa aku memedulikan hal itu? Hidupku adalah milikku.” Theo menghela napas, “Kau sudah melihat latar belakang dia?” “Sudah kubilang, hidupku adalah milikku. Jadi, tidak ada yang boleh ikut campur dalam urusanku,” lontar Dave tegas. Theo memilih diam, dia ikut duduk di sofa lain. “Kau bilang dia berasal dari California?” tanya Dave memastikan. Theo mengangguk, “Ah, ya. Dia tinggal di panti asuhan di California, dan mereka sudah bersama sejak kecil.”

        Dave terus memperhatikan file berisi tentang asal-usul Bella dan pria itu, meskipun penyelidikan Theo tidak terlalu banyak. Tetapi bisa dikatakan cukup lengkap, ah satu lagi yang sedikit menarik perhatiannya. Pria bernama Ed itu adalah seorang street fighter, pekerjaan yang tidak terlalu menguntungkan di kota besar. Akan tetapi, Dave tau jika diasah dengan baik. Petarung jalanan dapat menjadi atlet yang hebat, tetapi sepertinya pria bernama Ed itu tidak tertarik. “Apa pekerjaannya?” tanya Dave. “Dia pernah bekerja di salah satu perusahaan di Seoul, tetapi hanya bertahan selama dua tahun. Dan menurut salah satu pegawai di sana, dia dikeluarkan karena memukul anak bosnya,” jawab Theo.

       “Lalu bagaimana dengan Bella?” tanya Dave dengan nada pelan. “Ah, aku lupa bilang. Dia juga pernah bekerja di perusahaan yang sama dengan pria itu,” sahut Theo. Dave terdiam, sepertinya ia dapat menebak alasan pria itu dikeluarkan. “Kau bilang, dia menjadi seorang petarung jalanan. Apa dia masih melakukannya sampai sekarang?” Dave bertanya kembali. Theo memasang pose berpikir, “Sepertinya sudah tidak lagi. Aku pergi ke tempat latihannya, dan tempat itu kosong. Lalu aku bertanya kepada salah seorang remaja laki-laki di sana, dia mengatakan jika Ed bekerja di sebuah Car wash.”

       Dave menyingkirkan laptop di pangkuannya ke meja, ia berdiri sambil memakai Coat coklatnya. “Kau mau pergi?” tanya Theo. “Antar aku ke toko bunga,” jawab Dave singkat lalu melangkah keluar apartemen. Theo mengernyit, “Toko bunga? Ah, toko bunga perempuan itu.” Theo mengikutinya dari belakang.

~

        Toko bunga dengan kaca tembus pandang yang memperlihatkan pilihan bunga berbagai warna itu, menjadi tujuan pertama mereka. “Aku tidak akan ikut masuk,” ujar Theo. “Perempuan itu pasti memiliki dendam padaku,” sambungnya. Dave mengangkat bahunya acuh, lalu keluar dari mobil. Ia berjalan dengan langkah tenang, Bella terlihat sibuk membersihkan sesuatu di lantai.

Dibukanya pintu kaca itu, semerbak wangi berbagai jenis bunga menyambut hidungnya. Dave memandang sekeliling, ruangan ini sepenuhnya diisi oleh bunga warna-warni yang tidak dimengerti apa namanya. 

        Bella yang tengah membereskan bunga-bunga yang tercecer, segera berlari menuju pintu saat lonceng yang terpasang di sana berbunyi. Langkah Bella memelan ketika pria yang sudah asing baginya, kini berdiri di depannya. “Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu, tuan?” sapa Bella. Meskipun ia sedikit curiga dan bingung, tetapi sebisa mungkin dirinya tetap profesional. Bella melirik ke belakang, ia hanya antisipasi agar kejadian seminggu yang lalu tidak terjadi kembali.

       Matanya beralih memandang pria di depannya, sedikit tatapan curiga ia berikan. Jika dipikir-pikir lagi, pria ini selalu muncul  di hadapannya seperti kesengajaan. Satu kata hinggap di pikirannya, apa pria ini seorang penguntit? Mengingat maraknya kejahatan terhadap wanita akhir-akhir ini, sontak membuat Bella tersentak. Jika benar pria itu memiliki tujuan buruk dengan selalu muncul di hadapannya, bukankah ini saatnya ia harus hati-hati.

        “Panggil aku, Dave.” Suara itu membuat Bella tersadar, matanya membulat. Pria ini bahkan sudah mengajaknya berkenalan, apalagi setelah ini? “Aku mau itu,” lanjutnya. Bella mengikuti arah jari telunjuk itu, jajaran bunga anyelir kuning menyambut matanya. Ia mengernyit, “Maksud Anda, anyelir kuning?” kening pria itu terlihat mengernyit juga, kemudian kepalanya mengangguk ragu. Ah, apakah Bella sudah salah sangka? Anyelir kuning melambangkan penolakan, emosi, benci, dan kecewa pada seseorang. Apakah itu artinya pria di depannya datang ke toko bunga untuk membeli bunga ini, karena dia sedang patah hati?

       “Saya akan buatkan buket bunga paling indah,” ujar Bella. “Anda bisa menunggunya di sana,” lanjutnya sambil menunjuk ke arah kursi dekat etalase. Kemudian ia mengambil beberapa tangkai bunga anyelir kuning tersebut, dan membawanya menuju etalase kaca. Bella mengeluarkan selembar kertas minyak berwarna hitam transparan, selembar kertas pembungkus berwarna hitam pekat, dan pita satin warna abu-abu gelap dari dalam lemari khusus di belakangnya. Kemudian tangannya dengan telaten mulai merangkai bunga tersebut, tak perlu menunggu lama, akhirnya buket bunga tersebut jadi.

       Bella tersenyum tipis, ia sengaja menambahkan setangkai bunga anyelir merah di tengah-tengah anyelir kuning. Anyelir merah melambangkan semangat, Bella harap pria yang memesan itu dapat semangat. Meskipun Bella tidak yakin dengan perkiraannya, tetapi tangan pria itu sendiri yang menunjuk ke arah anyelir kuning. Bella menggeleng beberapa kali, lalu menghampiri Dave yang ternyata masih berada di depan pintu. “Saya sudah selesai membuatnya,” ujar Bella sembari menyodorkan buket bunga buatannya. Dave menerimanya dengan ragu, matanya melirik ke arah Bella. Dia berdeham sekali, lalu menyodorkannya kembali pada Bella. “Kau mau?” tanya Dave. Mata Bella mengerjap lucu, “Tidak perlu, tuan. Saya rasa, Anda lebih membutuhkan.”

       Tangan Dave kembali pada posisi semula, dia mengeluarkan dompetnya lalu mengambil beberapa lembar uang. Bella menerima uang yang diberikan Dave dengan bingung, “Ini terlalu banyak.” Dave berbalik, tanpa berniat berbicara lebih jauh, dia berlalu meninggalkan toko bunga. Bella memandang kepergian Dave dengan aneh, ada apa sebenarnya dengan pria itu. Ia menggeleng beberapa kali, lalu berjalan menuju etalase.

~

         Dave memasuki mobilnya dengan mata yang terus melihat ke arah buket bunga ditangannya, Theo nyaris terlihat menahan tawa. Dia memperhatikan Dave sedari awal pria itu masuk ke toko bunga, rasanya Theo ingin tertawa keras saat Dave menyodorkan buket bunga tersebut kepada perempuan itu. “Antar aku ke tempat latihan itu,” ujar Dave membuat Theo menoleh padanya. “Apa? Untuk apa? Kau sudah tau tempat itu kosong, kan?” tanya Theo terlihat keberatan. Dave mendelik tajam, membuat Theo gelagapan dan mulai menyalakan mesin mobil.

         Kosong. Sesuai apa yang telah Theo beritahu, tempat latihan bela diri tinju itu memang kosong. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas menjelang siang, sebenarnya ini adalah tempat kedua Dave dan Theo kunjungi. Sebelumnya tanpa alasan yang jelas, Dave memerintah Theo untuk membawanya ke tempat bekerja Bella selain di restoran. Dan ternyata perempuan itu bekerja di dua tempat, sebagai penjaga toko bunga di pagi hari, dan menjadi pelayan restoran di siang hari.

       “Sudah kubilang bukan kalau tempat ini kosong?” terdengar nada kesal dari pertanyaan Theo. Dave meliriknya, lalu pandangannya jatuh ke buket bunga di tangannya. Sebenarnya, ia sendiri tidak tau untuk apa atau untuk siapa bunga ini. Bunga yang dibelinya di tempat kerja Bella, Dave hanya tidak mau dicap sebagai penguntit. Bahkan ia masih ingat dengan jelas wajah curiga yang dilayangkan Bella untuknya, dan wajah tak suka perempuan itu untuk Theo.

       Buket bunga anyelir kuning ini dibelinya sebagai alasan, Dave tidak mengerti mengapa ekspresi wajah Bella saat ia dengan asal memilih bunga anyelir kuning, perempuan itu menatapnya dengan kasihan? Dave sendiri tidak yakin, ia mengeluarkan setangkai bunga anyelir merah itu. Lalu melemparkan buket yang kini hanya terisi oleh anyelir kuning, kepada Theo. “Ambil untukmu,” ucapnya. Theo menerimanya dengan bingung, “Aku harus melakukan apa dengan bunga ini?” Theo melirik ke arah Dave, “Kenapa pula kau membeli bunga anyelir kuning? Kau tidak tau artinya apa?”

       Dave meliriknya sekilas, meskipun begitu Theo tau pria itu penasaran. Dengan menahan tawa, Theo pun berkata. “Anyelir kuning melambangkan penolakan, aku pernah mendapatkannya sekali dari wanita yang menolakku. Ck, aku malas membicarakannya.” Sementara itu, Dave sepertinya terkejut. Ia bahkan sudah merutuki dirinya, apa Bella menganggapnya pria menyedihkan yang ditolak cintanya. Sejak kapan dirinya menjadi ceroboh seperti ini, ah, tentu saja setelah bertemu dengan Bella.

      “Antar aku ke tempat pria itu bekerja,” perintahnya membuat Theo mendengus. Namun, tanpa berkata apa-apa mobil pun melaju meninggalkan daerah itu.

~

       Salah satu tempat pencucian mobil di Busan menjadi tujuan Dave, pria itu memperhatikan tempat bekerja Ed. Car wash itu tidak terlalu besar, hanya ada tiga pekerja dan salah satunya adalah Ed. Tetapi sepertinya tempat pencucian mobil itu cukup ramai bila dikatakan tempat yang kecil, suasana siang di musim dingin memang terasa berbeda. Selain udara yang semakin dingin, matahari pun tampaknya tidak bersinar dengan terang.

        “Sebenarnya untuk apa kita di sini?” tanya Theo sambil mengunyah ayam goreng di tangannya. Satu kotak ayam goreng ini Theo beli di tengah perjalanan, hal ini dilakukannya untuk mengatasi rasa lapar. Dave tidak menjawab, pria itu terus memandang lurus ke depan. Meskipun dirinya tau, hal ini adalah sesuatu yang membuang waktu. Theo mengangkat bahunya acuh, dia terus melanjutkan makannya. Tidak ada gunanya bertanya lebih jauh, setidaknya Dave akan membayar dia lebih dengan mengikuti apa yang pria itu inginkan.

         Theo mengikuti arah pandang Dave, dilihat bagaimanapun pria bernama Ed itu memang terlihat misterius. Theo kembali mengingat penyelidikan yang dilakukannya seminggu yang lalu, dia harus rela menghabiskan waktunya untuk mengikuti aktivitas pria bernama Ed itu. Tidak ada hal yang menarik, tetapi sepertinya perempuan bernama Bella itu sudah membuat Dave hilang akal. Bayangkan saja, pria sesibuk Dave, mau melakukan hal yang sangat membuang waktu dan tidak ada gunanya. 

        Apakah pria jatuh cinta akan melakukan hal seperti ini? Theo tersentak, dia menoleh dengan cepat ke arah Dave. Jatuh cinta? Dave? Apa Theo tidak salah dengan pemikirannya, Dave adalah pria tertutup sekalipun kepada dia teman kecilnya. Meskipun mereka baru berteman saat berusia 11 tahun, tetapi Theo mengenal Dave meski tidak terlalu jauh. Sejauh pertemanan mereka, Theo belum pernah sekalipun melihat Dave berkencan atau setidaknya berbicara dengan wanita selain kepada ibu dan klien.

        Theo bahkan sempat mengira Dave tidak normal, tetapi pria itu tetaplah pria normal ketika berada di klub. Dave memang tidak pernah menyentuh wanita, atau membiarkan wanita menyentuhnya bahkan seujung jari. Hal itulah yang membuat Theo merasa aneh ketika Dave begitu tertarik pada wanita bernama Bella, hal yang sangat jarang dilakukan Dave.

   

~

         Theo menguap dengan lebar, kemudian menoleh pada Dave. “Apa kita akan terus mengikutinya?” tanyanya dengan nada kesal. Theo tidak akan bertanya seperti itu jika saja mereka tidak mengikuti pria bernama Ed itu dari pagi sampai malam, bayangkan saja. Matanya sudah lelah dan dia mengantuk, tetapi pria yang duduk di samping kemudi itu terus memberinya perintah. “Sebenarnya, untuk apa kita mengikutinya? Kau sudah tau pekerjaan dan segala hal yang dilakukannya seharian ini,” tutur Theo.

       “Aku hanya penasaran,” sahut Dave. Theo mengernyit, “Penasaran? Tentang apa?” “Pria seperti apa yang disukai wanita itu,” lanjut Dave. Mata Theo membulat, “Jangan katakan jika kau tertarik pada wanita bernama Bella itu?!” Dave tersenyum miring, “Lalu apa salahnya?” Theo mengusap wajahnya kasar, “Sadarlah. Wanita itu sudah memiliki kekasih, dari sekian banyak wanita cantik dan seksi. Kenapa kau memilih dia?” Theo sungguh tidak habis pikir, dia sadar jika Dave memiliki ketertarikan pada Bella. Namun, dia tidak pernah menyangka bila rasa tertarik itu sudah pada fase seperti ini.

        “Kau mengoceh lagi,” itu bukanlah sindiran melainkan peringatan. Theo meneguk ludahnya kasar, setidaknya waktu seminggu yang diberikan Dave membuatnya sedikit senang. Ya, sedikit menghilangkan penat dari padatnya pekerjaan di Seoul. Jadi, apa boleh buat. Paling tidak dia terbebas dari ceramah ayah Dave, meskipun tidak yakin bagaimana ketika kembali ke Seoul. Theo mengikuti arah pandang Dave, mereka berada di dalam mobil hanya untuk mengikuti Ed.

        Hari memang sudah menjelang sore ketika Ed selesai dengan pekerjaannya di tempat cuci mobil, Theo mengeratkan selimut yang dibawanya ke tubuh. Entah pria bernama Ed itu sadar atau tidak dengan kehadiran mereka, tetapi pria itu seolah acuh dan terus fokus dengan ponselnya.

        Namun, keduanya dikejutkan oleh penyerangan yang dilakukan oleh empat orang pria berbadan besar. Mereka langsung menyerang Ed dari belakang, meskipun begitu Ed sepertinya sudah menyadari terlebih dahulu. Theo tersentak, apa ini? Apa mungkin ada orang lain yang mengikuti Ed, sehingga pria itu tidak menyadari kehadiran mobil mereka. Karena keempat pria itu mengikuti terang-terangan?

Related chapters

  • Love The Way You Lie   7.1 Cemburu?

    “Kau tidak mau membantunya?” tanya Theo. “Tidak,” balas Dave. Keduanya sama-sama melihat Ed yang tampak kewalahan menghadapi empat orang pria yang tiba-tiba menyerang, Theo meringis mendengar suara pukulan-pukulan itu. Hanya mendengarnya saja, Theo sudah yakin pukulan-pukulan itu sangat keras. Tetapi dirinya dibuat kagum oleh kemampuan bela diri Ed, bahkan untuk orang awam sekalipun pasti dapat menebak jika pria itu sudah terbiasa menghadapi keadaan seperti sekarang. “Sebenarnya kenapa pria itu diserang?” gumam Theo. “Akh!!” sebuah teriakan membuatnya terkejut. Di depan sana, Ed terlihat kesakitan setelah salah satu pria berbadan besar itu berhasil menginjak lengan kanannya. Wajah Ed memang hanya dihiasi beberapa luka, pria itu sepertinya tidak akan kalah jika melawan 1 atau 2 orang. Theo melirik Dave, pria itu tidak menampilkan ekspresi apa pun. Lalu Theo memandang ke sekeliling lewat kaca mobil, “Apa di sekitar sin

    Last Updated : 2021-03-13
  • Love The Way You Lie   7.2 Cemburu?

    Suasana canggung tercipta di dalam rumah sederhana itu, Bella tidak mengerti apa yang terjadi di sini sebenarnya. Ketika mereka tiba di rumahnya, pria yang menolongnya itu tidak pergi dan terus berdiam di depan pintu. Bella terlihat bingung saat itu harus melakukan apa, akhirnya setelah meminta pendapat Ed. Ia menawarkan kedua pria itu masuk, dan tanpa di sangka dengan mudahnya pria yang pergi ke toko bunga pagi tadi itu, begitu saja menyetujui. Dave diam-diam memperhatikan kondisi di dalam rumah kecil itu, tidak banyak perabotan maupun ruang. Ruangan tempatnya berada saat ini hanya diisi oleh karpet dengan sebuah dapur kecil di depannya, matanya memandang dinding bercat putih dengan hiasan foto-foto Bella dan pria itu. Sebuah ruangan dengan pintu tertutup, menarik perhatiannya. Satu tebakan yang membuat dia benci memikirkannya, ruangan tersebut adalah kamar. Tidak masalah jika ada dua ruangan seperti itu di sini, tetapi itu hanya satu yang artinya mereka berbagi kamar.

    Last Updated : 2021-03-29
  • Love The Way You Lie   8.1 Pertemuan terakhir yang tidak menyenangkan

    Udara pagi ini, sama saja dengan hari-hari sebelumnya. Satu hal yang membedakan adalah ketika Theo terbangun dan melihat Dave telah bersiap dengan pakaian yang rapi, pria itu bahkan sesekali memperbaiki penampilan di depan cermin. Hal itu tentu saja mengundang rasa penasarannya, Theo duduk di sofa. “Kau memperhatikan penampilan ternyata,” katanya. Dave melirik tajam ke arahnya, “Apa aku terlihat aneh?” Theo mengernyit, “Kau meminta pendapatku?! Tentu saja penampilanmu tetap keren seperti biasa, dan aku benci mengakuinya.” Dave menoleh sekilas, lalu berjalan menuju lemari tanpa menghiraukan ucapan teman kecilnya. “Kau akan pergi? Ke mana?” tanya Theo. Dave mendengus, “Jangan mengikutiku.” Theo mendengus, “Siapa juga yang mau mengikutimu. Aku hanya ingin mengatakan pulanglah sebelum jam makan siang, ayahmu kemarin menelepon dan meminta kita kembali ke Seoul.” Dave terdiam, dia melirik jam di pergelangan tangan kirinya. Tanpa mengatakan apa pun lagi, Dave keluar dari apartemen.

    Last Updated : 2021-04-01
  • Love The Way You Lie   8.2 Pertemuan terakhir yang tidak menyenangkan

    Sekitar lima belas menit kemudian, Ed keluar dari kamar mandi dengan handuk yang hanya menutupi pinggang hingga lutut, sebuah handuk putih kecil berada di kepalanya. Bella berbalik saat aroma sabun cair miliknya menguar, seketika itu juga ia menahan napas. Tetesan air jatuh ke dada bidang Ed, lalu menuruni perutnya yang terbentuk sempurna. Mata Bella naik ke kepala Ed, ia mendengus lalu mendekat ke arah pria itu. Bella menarik handuk kecil di atas kepala Ed, lalu meletakkannya kembali di sana dan mulai mengusap-usap rambut itu. “Ed, menunduklah sedikit,” keluh Bella yang merasa kesulitan dengan kegiatannya membantu mengeringkan rambut Ed. Perbedaan tinggi yang lumayan jauh, harus membuat ia berjinjit agar tangannya sampai di kepala Ed. Ed menahan tawanya saat melihat Bella yang terlihat kesulitan, bukannya mengikuti apa yang Bella katakan, dia malah dengan sengaja berjinjit hingga perbedaan tinggi badan keduanya terlihat begitu kentara. Bella menghembuskan napas kasar, “Berh

    Last Updated : 2021-04-04
  • Love The Way You Lie   9.1 Pertengkaran

    Akhir pekan merupakan hari yang dinanti oleh para pekerja, setidaknya mereka dapat menikmati satu hari dengan menyegarkan otak dan tubuh. Meskipun tidak semua orang dapat menikmati hari itu, begitu juga dengan Bella dan Ed. Pagi ini, Bella berencana pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan restoran. Ia sedang dalam keadaan hati yang bagus, beberapa hari lagi ulang tahunnya akan tiba. Meskipun dirinya tidak yakin tanggal 29 Desember adalah hari lahirnya. Tak masalah, selama ia masih dapat merasakannya seperti orang lain. Bella mempercepat langkahnya ketika memasuki area pasar, meskipun matahari mulai sedikit tampak, tetapi pasar masih sepi. Tujuan pertamanya adalah pergi ke pedagang ikan dan daging, tidak terlalu sulit memilih keduanya yang masih segar. Ikan yang segar biasanya memiliki insang yang berwarna merah cerah, sedangkan daging sapi segar biasanya memiliki warna kemerahan dan tidak pucat. Begitu kedua bahan itu selesai dibungkus, Bella pergi ke pedagang sayuran yan

    Last Updated : 2021-04-06
  • Love The Way You Lie   9.2 Pertengkaran

    ~ Pintu terbuka, ruangan gelap dan kosong menyambut Bella ketika memasukinya. Ia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul satu siang, cuaca yang mendung membuat langit tampak seperti sore hari. Tujuan pertamanya sekarang adalah kamar, entah mengapa ia merasa hatinya tengah diliputi oleh emosi negatif. Bella meraih sesuatu dari bawah ranjang kecil, sebuah kotak kayu kecil didapatkannya. Ia membuka kotak tersebut, sebuah foto usang kini berada di tangannya. Seorang wanita tengah tersenyum menatap kamera dengan begitu manisnya. Bella membalikkan foto tersebut, beberapa tulisan tangan yang ia tulis semasa kecil. Bella ingat ia menulisnya ketika merindukan wanita dalam foto tersebut, ibu panti menyebutkan bahwa wanita tersebut adalah ibu kandungnya. Dan beliau selalu memberitahu Bella yang sewaktu kecil selalu menangis ingin bertemu dengan sang ibu, beliau mengatakan bahwa ibu kandungnya juga sangat merindukannya dan berjanji akan menjemputnya. Setelah itu, ia yan

    Last Updated : 2021-04-08
  • Love The Way You Lie   10.1 Pertengkaran terakhir

    Ed membuka pintu di depannya, Bella tidak berada di kamar seperti dugaannya. Dia baru saja hendak menutup pintu kembali, tetapi sebuah benda mengalihkan perhatiannya. Ed memasuki kamar, dia berjongkok untuk mengambil benda tersebut. Selembar foto berisi seorang wanita cantik tengah tersenyum menatap kamera, kini berada dalam genggaman tangannya. Foto itu terlihat usang, tetapi terlihat sekali foto itu dirawat dengan baik oleh pemiliknya. Ed membalikkan foto tersebut, beberapa tulisan menghiasi bagian putih belakang foto itu. Tulisan-tulisan itu kurang lebih berisi pengungkapan rasa rindu yang ditulis oleh seorang anak kecil, Ed tersenyum. Tulisan tangan yang sangat dikenalnya, tulisan itu adalah milik Bella sewaktu kecil. “Sepertinya kau sangat merindukan ibumu, Bella.” Ed berdiri, matanya memandang sekeliling kamar. Kamar sederhana yang terlihat sangat rapi dan bersih, aroma lavender memasuki hidungnya. Ini adalah wangi sabun yang dipakai Bella, dia keluar dari kamar. Ed me

    Last Updated : 2021-04-10
  • Love The Way You Lie   10.2 Pertengkaran terakhir

    Bella duduk termenung di karpet usang ruang tamu, ia terus melirik jam dinding dan pintu secara bergantian. Berharap sosok Ed muncul dengan senyum hangat, lalu memeluknya dan menangkan hatinya yang gundah. Tengah malam telah berlalu lima menit yang lalu, tetapi rasa kantuk seolah terkalahkan oleh perasaan khawatir yang berlebih. Bella kembali melirik jam dinding, waktu terasa sangat cepat. Ia berdiri, Bella pikir ia sudah tidak bisa menunggu lagi. Akan dirinya cari keberadaan Ed, lalu meminta maaf dan setelahnya hubungan mereka akan membaik, 'kan? Setelah mengenakan mantel, Bella berjalan menuju pintu. Tangannya baru saja menyentuh kenop pintu, tetapi benda tersebut sudah terlebih dahulu terbuka. Ed muncul dengan wajah tampak lelah, Bella segera menghamburkan diri ke arah Ed. Mengalungkan tangannya di leher pria itu dan memberinya pelukan, mengabaikan rasa hampa ketika Ed tak membalas pelukannya. Bella mengurai pelukannya tanpa melepaskan, ia tatap wajah lelah

    Last Updated : 2021-04-12

Latest chapter

  • Love The Way You Lie   32. Semuanya berakhir sekarang (END)

    Bella terus menunduk, ia tidak berani mendongak untuk memandang dua sosok yang kini duduk di depannya. Entah bagaimana kedua pria itu datang bersamaan, mendatanginya dan mengajaknya kembali. Bella mendongak, kedua pria itu saling menatap tajam. “Bisakah kalian pergi?” ucapannya sontak saja membuat kedua pria itu menatapnya.“Tidak bisa,” ujar mereka bersamaan. Bella menghela napas lelah, ini tidak akan mudah. “Kau harus ikut denganku,” terdengar nada perintah dalam ucapan Dave. “Kau tidak bisa memaksanya,” kini giliran Ed yang berbicara. Ya, kedua pria itulah yang sedari dua jam memaksanya.Sudah seminggu Bella berada di Los angeles, beruntung baginya karena bertemu dengan salah satu ibu panti ketika tiba di bandara. Panti kini telah pindah ke salah satu bangunan sederhana milik seorang pengusaha, bahkan pengusaha yang tidak diketahui namanya itu telah menjadi penyumbang terbesar untuk panti.

  • Love The Way You Lie   31. Keputusan akhir

    Kelopak mata itu tampak bergerak-gerak, sebelum akhirnya terbuka secara perlahan. Hal pertama yang tertangkap oleh retina matanya adalah langit-langit ruangan berwarna putih, kepalanya menoleh ke samping. Dinding bercat putih juga menyambutnya, Bella mengerutkan hidungnya ketika bau obat-obatan tercium jelas. Ah, rumah sakit. Bella menghela napas pelan, ia melirik pergelangan tangan kirinya yang terbalut perban. Ingatan kembali membawanya pada kejadian sore tadi, ketika Bella dengan bodohnya melukai pergelangan tangannya. Ia tersenyum miris, dibandingkan dengan bodoh, Bella akan menyebutnya sebuah usaha melarikan diri.Tentu saja dirinya tidak akan mungkin bertahan lebih lama dari penjara yang dibuat Dave, pria itu sungguh-sungguh sudah tidak memedulikannya lagi. Bella tidak dapat mengetahuinya dengan pasti berapa lama Dave pergi, tetapi Maid beberapa kali yang mengantarkan makanan untuknya. Ia tidak dapat menahannya lagi, terlebih ketika hujan badai terjadi sor

  • Love The Way You Lie   30.2 Aku lelah..

    Bella terus mundur, hingga kemudian punggungnya menyentuh tembok. Bella jatuh terduduk, ia meringkuk disudut kamar, matanya memandang takut ke arah Dave yang melangkah mendekat. “Kau sakit, Dave.” Dave membulatkan matanya mendengar perkataan Bella, “Aku tidak sakit.” Bella menggeleng cepat, “Mentalmu sakit!” ekspresi mengeras di wajah Dave, berganti menjadi raut wajah datar. “Katakan sekali lagi dan kau akan mati,” desis Dave. Entah mengapa keberanian Bella mulai terkumpul, ia menatap Dave dengan ekspresi wajah meremehkan. “Kau tidak akan berani melakukannya, Dave.” “Karena selama ini hanya aku yang masih bertahan denganmu, benarkan?” rahang Dave mengeras kembali. Dia berjongkok, lalu jari telunjuk dan jempol tangan kanannya mengapit dagu Bella. “Apa kau mau aku melepaskanmu?” suara Dave terdengar dalam. Bella mengepalkan kedua tangannya, intimidasi yang dilakukan Dave, nyatanya telah membuat ketakutan kembali menghampiri. Ia mengang

  • Love The Way You Lie   30.1 Aku lelah..

    “Dave, kumohon buka pintunya! Ayo kita bicara! Dave!” seru Bella seraya terus menggedor pintu di depannya. Ia menghela napas lelah, tangannya terasa kebas setelah menggedor-gedor pintu selama beberapa menit. Bella tahu Dave berada di luar ruangan, karena itulah ia terus berteriak hingga membuat tenggorokannya terasa kering. Bella berbalik, ia memandang hampa pada ruangan tempatnya berada kini. Bukan kamar dengan ranjang empuk dan cahaya lampu yang terang, melainkan sebuah ruangan tanpa ada satu pun perabotan dan jendela. Hanya ruangan kosong dengan satu lampu temaram dan sebuah lubang ventilasi kecil, Bella menunduk. Entah sudah berapa hari dirinya berada di sini, Dave benar-benar mengurungnya seperti seorang tahanan. Pintu yang merupakan satu-satunya jalan keluar, tidak pernah terbuka seperti ketika ia dikurung di kamar. Makanan akan tiba di ruangan melalui sebuah lubang yang hanya muat untuk satu nampan, tidak lagi melalui Maid. Bella benar-benar

  • Love The Way You Lie   29.2 Aku bersamamu

    Bella tidak dapat memercayai penglihatannya sekarang, matanya tak pernah lepas pada layar laptop di depannya. Sebuah video sedang di putar, terdapat seorang anak laki-laki dengan seorang wanita berpakaian dokter. Wanita tersebut tampak mengajak bicara anak itu, tetapi respons yang diperlihatkan anak laki-laki itu sungguh membuatnya terkejut.Tanpa diberitahu, Bella dapat menebak bahwa anak itu adalah Dave kecil. Video enam menit itu akhirnya berakhir, Bella masih mencoba mencerna apa yang dirinya lihat tadi. Ia melirik ke arah kertas-kertas yang kini berada dalam pangkuannya, Bella telah selesai membaca beserta dokumen-dokumen lain yang kini tercecer di atas lantai.Tangannya terangkat untuk meraih sebuah foto usang dengan bergetar, foto yang memperlihatkan seorang anak laki-laki tengah menatap ke arah kamera dengan tatapan hampa. Tanpa sadar air matanya jatuh, lihatlah tubuh yang tampak seperti hanya tulang berbalut kulit.Bahkan perban yang

  • Love The Way You Lie   29.1 Aku bersamamu

    Pemandangan di sore hari ini tampak indah, pantulan cahaya jingga menerpa kaca besar ruangan yang terlihat gelap itu. Bella memandang lurus pada pemandangan langit sore dari balik kaca kamarnya yang membentang luas, sekalipun pandangan itu tidak benar-benar menikmati apa yang tersaji. Di tengah lamunan, suara gemercik air sesekali terdengar dan memecahkan keheningan ruangan itu.Empat belas hari sudah berlalu semenjak kejadian besar itu, hingga saat ini Bella tidak pernah mengetahui kabar Ed. Apakah pria itu baik-baik saja? Bagaimana kehidupannya sekarang? Pertanyaan yang beberapa hari terakhir mengganggu pikirannya itu terus menghantui, Bella bahkan tidak dapat tidur nyenyak.Tidak ada hal berarti yang dilakukannya, setiap hari ia selalu melamun di kursi yang menghadap ke arah kaca. Sudah dua minggu itu pula, Bella terkurung dalam rumah mewah Dave. Pria itu benar-benar tidak membiarkan dirinya melangkah sejengkal pun keluar dar

  • Love The Way You Lie   28.2 Sekeping hati yang dipatahkan

    “Bella!” suara tak asing yang memanggil namanya, sontak membuat Bella dan Ed sama-sama menoleh ke asal suara. Mata mereka membulat, kehadiran Dave dan Clara juga sekitar lima orang pria berbadan besar dalam balutan pakaian serba hitam, mengejutkan mereka. Bella terlebih dahulu berdiri, ekspresi wajahnya berubah panik.“Dave?’ gumamnya. Dave melangkah menghampiri, diikuti Clara dan kelima pria itu. “Jadi, ini yang kau lakukan di belakangku saat aku sibuk bekerja? Kau mengkhianatiku?!” sentak Dave. Ekspresi dingin yang kentara di wajah Dave, tanpa sadar membuat tubuh Bella bergetar. Karena dibandingkan dengan ekspresi itu, Bella lebih memilih Dave berekspresi marah.“Ed,” suara lirih itu berasal dari satu-satunya perempuan selain Bella. Clara memandang Ed dan Bella bergantian, tatapan mata yang terluka itu sontak membuat Bella diliputi rasa bersalah. Ia mendekat ke arah Clara, kemudian berdiri di depanny

  • Love The Way You Lie   28.1 Sekeping hati yang dipatahkan

    Arah matanya tak pernah lepas dari pintu masuk kedai, tak berapa lama senyuman manis terbit di bibir merah meronanya. Seorang pria dalam balutan mantel hitam tengah mendekat dengan buket bunga di tangannya, senyumnya terukir indah ketika matanya menangkap sang terkasih. “Maaf, sudah membuatmu menunggu lama,” ujar pria tersebut seraya mendudukkan dirinya di depan perempuan itu. Bella menggeleng, senyum tak jua lepas dari bibirnya. “Tak apa, kau pasti sangat sibuk. Eum.. apa bunga itu untukku?” tanyanya seraya menunjuk buket bunga di tangan pria di depannya.Ed terkekeh geli, kemudian mengangguk. “Untuk perempuan istimewa yang menempati seluruh ruang dihatiku,” sahutnya seraya menyodorkan buket berisi bunga anyelir putih. Bella menerimanya, senyumnya semakin lebar ketika menghirup aroma bunga anyelir yang harum. “Terima kasih, Ed. Padahal kau tidak perlu repot-repot membawakannya untukku, kau datang saja aku sudah sangat bahagia.&

  • Love The Way You Lie   27. Hanya kau dan aku

    Cengkeraman kuat pada sabuk pengaman seolah menjadi satu-satunya cara agar sesuatu yang buruk tidak terjadi, sekalipun Bella tahu harapannya itu tidak akan pernah terjadi. Meskipun ketakutan merasuki, ia tidak dapat menghentikan atau setidaknya meminta Dave menurunkan kecepatan mobil. Pria itu tengah kalap, terlihat dari wajahnya yang memerah.Bahkan di saat emosi mengusai, Dave tetap bisa mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Beberapa kendaraan lain mencoba menghindar agar tidak terjadi kecelakaan, tak jarang ada yang menghentikan kendaraannya ketika mobil Dave melintas dengan cepat.Bella sungguh takut, seperti dalam adegan film laga. Dave mengendarai mobil dengan kegilaan, Bella tidak bisa lagi menahan ketakutannya. Ia harus menghentikan Dave, terlebih ketika seorang pejalan kaki yang hendak menyeberang hampir tertabrak.“Dave, hentikan mobilnya. Sadarlah!” sebisa mungkin dirinya berteriak, meskipun yang keluar hanya seruan yang tercekat. Dave

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status