Langkah kakinya mantap, menapaki lantai yang penuh sesak. Hiruk pikuk dan kerumunan orang seolah tidak menjadi penghalang. Dengan keren dia menarik tubuh Stela ke dalam dekap pelukan. Langkah panjangnya mantap menghindar, menyeret tubuh mungil Stela untuk menjauh tanpa kendala. Lampu hias gantung dengan kaki enam, dimana ada kristal yang menjuntai-juntai dengan indah besar dan elegan bergaya klasik.
Brak! Praang!
Lampu mewah tersebut jatuh tepat di samping Stela dan pria tersebut. Semua yang berada di pesta berteriak histeris. Kegaduhan pun terjadi. Stela yang hampir saja celaka, tubuh rapuhnya bergemetar hebat. Terkejut, sudah pasti, jantungnya meletup-letup berdebar. Wajahnya memerah seketika, bukan lantaran jatuh cinta pada si penolong. Namun, dia sungguh ketakutan dengan insiden yang baru saja hampir mencelakainya
Melihat situasi Stela yang masih bergetar. Axelle mencium bibir istrinya lembut. Aroma yang menyeruak dari tubuh Stela benar-benar memabukkan. Axelle mulai menarik lepas jas yang dia kenakan dengan bibir masih terpaut. Saat hasratnya sedang naik, Stela mendorong tubuh Axelle agar menjauh. Nampaknya Axelle harus menelan kekecewaan untuk menyentuh sang istri lebih jauh, melihat wajah Stela yang kini nampak muram."Kenapa, Sayang?" tanya Axelle kecewa."Kita tidak seharusnya demikian Om, saya khawatir pada Tante Freya," ucap Stela cemas. "Bagaimana kalau kita ke rumah sakit menemui Tante," rengek Stela.Axelle merangkum wajah Stela, "Sudah ada keluarga yang menjaganya, Sayang. Khawatir boleh tapi itu bukan lagi kawasan kita
Suara Rafa terdengar bergetar dari balik ponsel. Axelle paham benar, jika lelaki itu kini tengah khawatir. Meski Axelle tidak melihatnya. Sudah begitu lama semenjak Axelle memberikan investasi untuk untuk berdirinya Rumah sakit milik keluarga Rafa. Kedua orang tua Rafa adalah dokter kepercayaan keluarga Zeroun. Bahkan dulu ada keinginan Zeroun menikahkan Axelle dengan salah satu putri dari mereka. Sayangnya Axelle lebih mencintai Freya waktu itu. Zeroun masih memandang lekat putranya. Wajah khawatir itu nampak jelas. Dia, Olivia juga Stela menantunya masih menatap lekat Axelle. Menunggu dengan tidak tenang percakapan Axelle melalui saluran ponsel. "Janin dalam kandungan tidak dapat diselamatkan, dan hasil tes menyatakan jika 99% DNA kalian mirip," ujar Rafa, suaranya terdengar bergetar. "
Desir angin menerbangkan dedaunan kering dari pepohonan, daun-daun bergemerisik. Suara cuitan burung yang bertengger maupun berterbangan nyaring terdengar. Axelle memeluk sang istri yang tengah menangis. Kehilangan orang tua adalah hal terberat mengingat usia Stela yang masih belia. Axelle juga pernah kehilangan sang bunda dengan peristiwa yang tidak kalah tragis. Satu orang yang sama selalu berkaitan dengan Zayn. Menambah geram Axelle, ingin lelaki tersebut memukuli Zayn atas segala yang terjadi. Namun, Axelle tahan, dia akan membalas dengan persiapan matang.Pertama kali datang berkunjung, Axelle cukup terkejut, bunga segar bertaburan di makam kedua orang tua Stela. Mengingat tidak ada sanak saudara, Stela juga nampak kebingungan. Pasalnya hampir tiap seminggu sekali pasti ada bunga segar bertaburan. Stela bahkan tidak pernah tahu siapa pengunjung misterius
Axelle masih membalut bibir Stela dengan bibirnya. Tangan nakal itu berjalan-jalan menelusup ke dalam blouse motif bunga berlengan panjang yang dikenakan sang istri. Stela tidak tinggal diam, dia bergerak cepat menyusupkan kepala ke leher Axelle. Axelle meringis mencengkeram belahan bukit kenyal milik istrinya. Dua tanda merah Stela berikan pada Axelle. Wanita itu tersenyum puas dengan hasil karyanya. Namun, saat Axelle hendak melakukan hal yang sama Stela mendorong tubuhnya. Axelle mengernyitkan kening, Stela merangkulkan tangan pada leher suaminya. Dia beringsut duduk di pangkuan Axelle. Wanita muda itu memberikan kecupan-kecupan kecil pada wajah dan bibir Axelle secara bergantian. "Om tidak perlu memberi tanda pada saya. Jika dilakukan semua karyawan akan heboh seperti kemarin," ujarnya manja. &nb
Seorang wanita cantik berpakaian sexy keluar dari dalam. Dia memandang pengunjung yang baru saja memasuki tokonya. Dia menyisir rambut panjang sebahu dengan jari-jemari lentiknya. Bibirnya nampak sexy dengan lips warna merah cerah. Dia melenggang keluar, jalannya berlenggak-lenggok mirip model. Dia tersenyum menggoda menatap pengunjungnya yang tengah bersitegang. Wanita yang mengenakan rok ketat warna hitam, setinggi lutut dengan hem warna putih lengan panjang yang dimasukkan ke dalam rok. Seorang wanita paruh baya berkacamata, yang mengenakan gamis warna hitam ikut keluar dari dalam. Dia mengernyitkan kening menyaksikan putrinya terkekeh. Kemudian ikut melongok keluar. Axelle dan Roland si pengunjung itu, mereka masih beradu mulut. Roland nampak kesal lantaran atasannya begitu bodoh mengenai hal romantis."Bos, kau hendak berbela sungkawa mengambil bunga krisan pu
Arsen semakin muak mendengar ocehan para bawahannya. Dia menghela napas panjang nan berat kemudian menggebrak meja. Brak! Semua mata sontak menatap ke arahnya dengan terkejut. Wajah tampan Arsen sedikit memerah menahan amarah. Mengingat beberapa menit lalu, banyak omongan yang mulai melantur. Mulai dari bekas cupangan di leher Stela di awal masuk kerja. Sekarang mereka menggunjingkan jika Stela wanita cantik yang mudah digoda, hanya karena wanita tersebut murah senyum. 'Semua ini karena perbuatan terkutuk pria tua yang tidak tahu aturan tersebut,' dengkus Arsen dalam hati. Arsen memandang nyalang para bawahannya itu. "Kalian, punya banyak waktu luang untuk mengurusi masalah orang lain. Kerjaan sudah beres belum?" teriak Arsen. Para karyawan langsung bungkam seketika. Arsen juga tadi sempa
Beberapa tahun silam, malam itu hujan deras mengguyur kota B. Kilat menyambar-nyambar memecah rungu. Membelah jalan yang sebenarnya terlihat lengang. Sebuah motor yang dinaiki sepasang suami istri berjalan cukup lamban. Untuk menghindari jalanan berlubang. Namun, malang seperti sesuatu yang memang sudah ditakdirkan sebuah truk hampir menabraknya jika motor yang mereka naiki tidak bertindak cepat membelok ke samping jalan, menepi. Sepasang suami istri itu turun dari motornya. Mereka berteduh di depan warung kecil yang telah tutup, cukup lama hampir setengah jam. Mereka melepas helm kemudian duduk di bangku panjang dekat toko. Bercengkrama membahas hal mengejutkan yang baru saja terjadi. Hanya Mungkin lantaran sopir tadi mengantuk atau bagaimana, begitu pikir keduanya kemudian. Dalam perbincangan singkat atas kejadian tadi. Lama menunggu hujan tidak juga reda. Ponsel nyaring berbunyi memecah rungu keduanya. Sang wanita meraih ponsel te
Ada kegetiran nyata dari senyum yang mengembang di bibir sexy Zayn. Lelaki yang telah berumur matang tersebut masih memandang wajah ayu Stela di foto. Jemari tangan kanannya membelai wajah dalam gambar tersebut. Begitu menghayati, sangat pelan mengelus, seolah sang wanita muda tersebut yang disentuh. Napasnya berembus kasar, Zayn masih ingat malam naas kecelakaan tersebut. Tentu waktu itu Zayn tidak tinggal diam. Dia mencari beberapa bukti konkret, demi menjebloskan sang istri ke penjara atas ulahnya. Zayn sendiri yang menyeret wanita gila itu dari rumah utama mertuanya. Yah, disana si wanita gila bersembunyi. Ibu kandung dari Arsen. Setidaknya Zayn masih punya hati nurani, mengingat wanita gila sang istri. Meski pada akhirnya dipenjara, lelaki tersebut menutup rapat kasus agara publik tidak tahu tentang penyebab kecelakaan. Sebuah aib besar jika sampai publik tahu tentang hal yang terjadi. Zayn yang tidak menyukai dengan trik busuk
Novel Baru Judul : Jaran Goyang Ratu Rengganis "Berikan aku ragamu, maka akan aku kabulkan segala keinginanmu, Rengganis.” Suara melantun itu membuat wanita berparas rupawan yang dipanggil Rengganis, menengadah dari posisi bersimpuh, menatap sosok wanita setengah tembus pandang yang melayang di hadapannya dengan kabut tebal menyelimuti tubuh wanita itu. Manik hitam segelap malam milik Rengganis terlihat basah, memancarkan kesedihan yang begitu dalam. Debu dan kotoran tebal menghiasi wajahnya, menunjukkan betapa tersiksa dan terabaikan dirinya untuk waktu yang cukup lama. Melihat keterpurukan Rengganis, wanita itu menyeringai, kakinya turun menapak tanah. “Aku bisa membantumu membalaskan dendam, entah kepada jalang bernama Madhavi … ataupun bajingan yang kau panggil Kakang Prabu Abra itu.” Rengganis mengepalkan tangan, membayangkan wajah kedua orang yang membuat hidupnya terasa bak neraka. Namun, melihat kabut hitam yang menyelimuti wanita di hada
Axelle menoleh ke arah sumber suara, ada Mirza dan juga Marvel. Keduanya berjalan mendekat, Axelle sedikit terkejut, baru saja dia memikirkan anak malang itu kini telah berada di hadapannya beserta sang ayah. Axelle menyalami keduanya, saling bercanda dan juga bertukar kabar. Axelle lalu mengajak mereka menyusuri balkon dan kemudian turun melewati anak tangga menuju taman di samping kediaman megah tersebut. harum bunga mawar menguar tercium ketika mereka berjalan menapaki tanah basah yang baru saja disiram oleh para maid. Bunga-bunga indah tumbuh subur berkat perawatan yang baik pula. Mereka berjalan melewati pohon mangga kenangan. Axelle menoleh ke arah Mirza lalu tersenyum, Mirza yang tidak tahu apa-apa membalas senyuman Axelle seadanya. Mereka kemudian duduk di saung menikmati matahari sore. Warna jingga itu terlihat menenangkan, yah, tenang. Setelah kekacauan yang terjadi selama ini. Ketiga orang yang tengah mengalami hal tidak mengenakkan. Mereka paham
Sampai di rumah Axelle segera memeluk sang istri, dia mengangkat lalu memutar tubuh Stela bersama dengan dirinya. Kebahagiaan tiada tara yang tercurah. Layaknya selongsong kosong kini menumpuk bernas kebahagiaan yang semakin bertambah. Ada benih di dalam rahim sang istri yang harus dijaga kini. Sungguh sesuatu yang sangat tidak terkira. Kembali pada masa lalu pertemuan keduanya yang tidak pernah terduga. Auristela gadis mungil teman anaknya, yah, gadis yang selalu bersama Mirza. Lebih tepatnya, Mirza yang selalu menyeret gadis tersebut ke mana pun dia pergi. Axelle yang awalnya mengira Freya adalah cinta sejatinya, siapa yang menyangka wanita tersebut mengkhianati dan mempermainkan perasaan dirinya juga Marvel Junior, ayah biologis dari Mirza. Hidup layaknya bianglala yang berputar, begitu pula dengan takdir yang semestinya memang harus terjadi. Kehidupan ibarat topeng yang menyembunyikan jati diri. Dunia bawah penuh kekejaman, mem
Rafael tersenyum dengan kebahagiaan yang dirasakan Stela, hasil pemeriksaan menyatakan Stela sehat. Rafael mengernyitkan kening melihat senyum Stela itu berubah sedikit menyeramkan, dia seolah melihat aura Zayn dari dalam diri wanita muda yang duduk manis di hadapannya. Dingin AC tidak membuatnya dingin, Rafa kesulitan bernapas juga mendadak, aura ruangan menyeramkan, keringat dingin mengucur di pelipis. “Ini pasti akan menjadi kejutan bagi Mas Axelle dan juga Papa,” kelakar Stela. “Mereka, mereka pasti akan bahagia,” ujar Rafael terbata. ‘Astaga, kenapa aku jadi segugup ini dengan seorang wanita muda, sangat menyeramkan, apakah semua keturunan darah biru memang memiliki aura mematikan,’ keluh Rafa dalam benaknya sendiri. “Lebih tepatnya mungkin mereka akan terkejut,” ujar Stela. “Apa!” pekik Rafael. “Dokter
Pagi hari ketika bangun tidur, Stela merasa enggan sekali bangkit. Tubuh terasa benar-benar nyeri dan remuk, dia mengamati sekeliling. Sang suami tidak ada di sampingnya, terdengar suara bunyi air di kamar mandi. Wanita muda itu tersenyum lalu meraup wajahnya dengan kedua tangan. Axelle keluar dari kamar mandi dengan keadaan basah dan hanya mengenakan handuk seukuran pinggang. Lelaki tersebut tersenyum sumringah melihat Stela melambaikan tangan. “Selamat pagi, istriku,” sapa Axelle berjalan mendekati ranjang. Lelaki tersebut duduk di samping lalu mengecup kening sang istri dengan sayang. Wajah sang istri nampak lesu dan kelelahan. “Tidurlah lagi jika masih mengantuk!” perintah Axelle mengumbar senyum. Stela menggeleng, dia berusaha beringsut bangkit namun, perutnya terasa nyeri. “Aw!” pekiknya, membuat dirinya meringis, Axelle yang melihat gelagat aneh langsung membantu sang istri duduk. &nb
Assalamu'alaikum Halo, saya author KarRa. Dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf tidak bisa up date untuk beberapa hari ke depan. Baik Love Sugar Daddy mau pun Godaan Memikat. Saat ini author sedang sakit, mohon do'anya agar cepat pulih untuk bisa melanjutkan up date seperti biasanya 🙏 Untuk giveaway menuju akhir Love Sugar Daddy masih berjalan dengan semestinya ya, dan pemenang yang mendapat souvenir akan diumumkan ketika novel tersebut Tamat. Tetap ikuti selalu ya guys, untuk informasi lebih lanjut bisa lihat di akun sosial media author. Add: KarRa atau Follow: @karra_lovely. Sekian dan terima kasih, sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏
Joy mengganti pakaian di kamar mandi. Dia mengingat beberapa serpihan masa lalu, ketika sang ibu menyuruh untuk mencari kebenaran tentang kematian Nyonya Zeroun. Semua bukti tertutup rapat, lebih gila lagi, saat semua ditemukan segalanya mengarah kepada Zayn. Joy yang notabene putra kedua berbeda ibu tersebut, menjelajahi tempat-tempat kumuh, lontang-lantung mirip gelandangan. Hingga takdir mempertemukan dengan Roland, sang sahabat karib, perbedaan kasta tidak membuat mereka saling mendominasi. kerja sama yang baik mampu menumbuhkan terasa kekeluargaan bagi dirinya dan juga Roland. Begitu keras Olivia mendidik putranya agar mampu menjadi pelindung dan calon pemimpin dari dunia bawah yang Olivia geluti. Maut menjadi lawan seimbang bagi Joy yang pernah beberapa kali hampir mati. Bagi orang yang diinginkan, Joy menampakkan sosok lembut, konyol dan baik hati. Namun, bagi lawan, Joy seperti sosok iblis yang siap mencincang habis mangsanya. Lelaki t
Gadis itu meringis kesakitan, hal wajar itu pengalaman pertama baginya. Saat hendak melangkah, jalannya seperti tidak lagi sama, kakinya terbuka cukup lebar, mengangkang. Joy menoleh ke belakang, menatap gadis yang menundukkan kepala dengan kedua tangan bersedekap di perut. Langkah gadis itu seakan rapuh, yah dia yang menggagahi hingga membuatnya kesulitan berjalan. Lelaki tersebut masih memperhatikan langkah wanita muda tadi, merasa sangat lamban. Joy melebarkan mata bergegas meraih tubuh gadis yang hampir tersungkur ke bawah tersebut. “Hati-hati,” ujar Joy. “Terima kasih,” jawab Violet. Joy tersenyum, lelaki tersebut kemudian memapah Violet memasuki sebuah butik. Beberapa pengunjung menatap dengan Joy dengan perasaan terpukau, kagum, dia lelaki tampan mempesona, meski kemeja yang dikenakan terlihat lusuh, berpeluh, dia belum sempat mandi. Beberapa orang wanita saling berbisik, Joy t
Membantai para bawahan Arsen juga membakar ruang yang terhubung ke penjara bawah tanah, menghilangkan jejak. Menutup mulut para maid yang berada di sana dengan mengantongi identitas mereka, mengawasi keluarga masing-masing mereka tanpa terkecuali. Agar semua mulut bungkam, kejam yah satu kata itu yang dapat dikatakan kejam. Bahkan untuk seorang gadis berlesung pipit dengan rambut bergelombang. Iris mata terlihat hitam pekat, kulitnya kuning langsat khas orang pribumi dari kota tersebut. Menatap ke arah Joy dan Roland dengan senyum manis. Joy memandang ke arah Roland mencari jawaban, Roland mengedikkan bahu pertanda tidak tahu menahu. Manis, satu kata yang terlontar dalam pikiran Joy melihatnya. “Ah, maaf, Tuan, bisa saya meminta ijin pulang?” tanya gadis tersebut menundukkan kepala. “Hei, aku sudah katakan dari awal, selama seminggu ke depan kalian masih dalam pantauan kami!” ujar Rolan