"Astaga, jika dia terus begini. maka aku bisa jatuh cinta sungguhan, kepadanya." Bella membatin, pandangannya sama sekali tak teralihkan menatap Lucas yang sedari tadi berinisiatif untuk membereskan ruangan.Satu-persatu Lucas memungut pecahan kaca yang berserakan. tidak hanya itu, Lucas juga meraih bantal dan selimut menatanya kembali di atas ranjang.Bella membulatkan niatnya. setelah memasukan bukti perselingkuhan Felix kedalam ponselnya, Bella lantas mengirimkan bukti tersebut kepada Felix dengan keterangan sebuah kalimat perpisahan."Lakukan apapun yang kau inginkan, karena sekarang kita sudah tak memiliki hubungan!"Bella bahkan langsung memblokir kontak Felix, setelah Felix membaca pesan yang ia kirimkan. tanpa menunggu jawaban, Bella merasa kali ini ia sudah melepaskan sebuah beban."Lucas..."Pria jan
"Tidak, ini tidak mungkin!" Felix tak berdaya, sebuah bukti perselingkuhan dari Bella telah ia terima. "Tidak, Bella tidak boleh meninggalkanku. dia hanya milikku!"Felix bereaksi berlebihan setelah membaca kalimat perpisahan yang Bella kirimkan. matanya menggenang, dadanya terasa sangat sesak. berulang kali Felix menenggak minuman untuk menghilangkan rasa yang baru pertama kali ia alami."Tidak, hubunganku dengan Lisa hanya berawal dari ketidaksengajaan. Aku harus menjelaskannya pada Bella jika ini tidak seperti apa yang ia pikirkan."Felix mencoba menghubungi Bella. Malangnya, kontak pria tersebut sudah di tambahkan ke daftar hitam. segala akses media sosialnya sudah Bella putuskan. Felix benar-benar kelabakan. ia tak bisa tenang meskipun hanya untuk sesaat. ingin kembali datang menemui Bella di apartemennya, pasti wajah Felix sudah di tandai oleh para staf keamanan karena sebelumnya Felix tel
Sebuah tubuh terus Lucas pandangi. hal biasa yang sering terjadi. setiap usai bercinta, Bella akan bersikap seperti dialah korbannya."Ahhh..." Bella merengek dengan bibir yang mengerucut, "cepat katakan sesuatu! apa kau tidak waras?""Aku harus mengatakan apa, aku sudah lelah!" sahut Lucas menahan rasa kesal."Aku... aku ingin...""Ingin apa?""Jangan tinggalkan aku," ucap Bella spontan dengan sorot penuh harapan.Satu hal yang membuat Lucas heran. atas dasar apa Bella menyuruh Lucas agar tetap tinggal? karena sudah tidur bersama atau hal lainnya?"Lucas," Bella bergelayut mesra, memperlihatkan ekspresi takutnya. "Katakan sesuatu, apa keputusanmu? bagaimana kelanjutan hubungan ini? sepasang kekasih atau...""Sepasang kekasih!" tegas Lucas menjawa
Nyatanya tidak, Bella semakin muak. ia justru ingin mencengkram wajah Lisa meninggalkan jejak-jejak kuku panjangnya hingga Lisa tidak bisa lagi menggoda pria menggunakan kecantikannya."Menutupi apa, Lucas?" tanya Lisa penasaran.Dua hal yang Lisa khawatirkan, satu adalah Lucas sudah mengetahui dirinya dan Felix telah memiliki hubungan. dua adalah Lucas akan segera mencampakkan Lisa sama halnya Bella mencampakkan Felix."Aku sebenarnya... aku dan Bella...""Lucas dan aku sepakat, ia memintaku untuk merancang gaun pernikahanmu. saat sedang berdiskusi, kau menghubungiku. itu sebabnya kami datang kesini bersama." terang Bella menyela sambil memandang Lucas menawan tawa. dapat Bella rasakan kecanggungan dan rasa gugup yang terlihat nyata dalam ekspresi wajah kekasihnya. "Bukankah begitu, Lucas?""I... iya," sahut Lucas lega, menyusutkan bahun
"Haruskah kau menciptakan permainan lagi agar aku tetap bersamamu?" Bella membatin, ia terus menatap wajah Felix dengan sorot yang sulit untuk di deskripsikan.Lisa sudah pergi meninggalkannya, sedangkan Lucas belum juga kembali dari kamar mandi.Wajah Felix yang menyedihkan nyatanya tak mampu membuat Bella kasihan. gadis itu terus mengingat bagaimana Felix mengkhianatinya. bertingkah seolah korban dari tindakan liar yang Bella lakukan. padahal semua yang Bella lakukan tidak mungkin tak memiliki alasan.Pecahan botol masih belum Bella bersihkan, keadaan rumah sangatlah sepi. karena Felix memang terbilang pria br*engsek yang cukup mapan. ia juga memiliki rumah tersebut, yang ia beli dari hasil kerja kerasnya sendiri. itu sebabnya, Bella berpikir jika Felix cukup bisa di andalkan secara keseluruhan. Nyatanya, Felix justru menodai kepercayaannya. kekaguman Bella berubah dalam sekejap, menjadi sebua
Nafas Bella sangat berantakan. ia hanya mampu terduduk di atas kloset yang tertutup. sesekali wanita itu mengerjap. setelah merasakan ledakan gairah panas yang menjalar di pusat intinya.Sama halnya dengan Bella, Lucas pun menarik resletingnya setelah memakai celananya kembali. wajah mereka sampai berkeringat, meskipun berada di ruangan kecil yang lembab.Lucas meraih wajah Bella, mengelus sambil menyunggingkan senyum kemudian berkata, "Kau menyukainya?"Bella membisu, ia membalas tatapan Lucas dengan sorot mata redup. hanya sebuah senyuman-lah yang Bella lemparkan. menurut Bella ini semua terlalu indah untuk di ungkapkan dengan kata-kata. Namun, meskipun begitu. Bella rasa Lucas pun mengerti tentang arti senyuman penuh kepuasan yang Bella tunjukan.Lucas meraih tisu yang berada tepat di sebelah tubuh Bella. pria itu mengambilnya beberapa helai kemudian berjongkok di
Tak tanggung-tanggung, Bella memanfaatkan sandiwaranya untuk terus mempermainkan Lisa. dengan menggunakan alasan kaki yang terkilir, Bella membiarkan Lisa menyiapkan segalanya. mulai dari manyiapkan piring sampai membuat minuman."Kenapa hanya air tawar?" dengus Bella menawar."Jika menginginkan hal lain, kau buat saja sendiri!" sahut Lisa kesal. Bagaimana tidak? sedari tadi Bella hanya duduk saja dan membuat Lisa yang terus bekerja."Sudah, jangan terus-terusan berdebat." Lucas menghembuskan nafas panjang, melirik kearah Bella kemudian bertanya. "Minuman apa yang kau inginkan Bella? biar aku yang mengambilnya.""Apa?" Lisa terperangah, "Apa aku tidak salah dengar? untuk apa kau melayaninya?""Dia kan sedang terkilir, tidak ada salahnya jika kita membantunya." tukas Lucas dengan ekspresi datar meyakinkan.Feli
Bagaimana ini? apa yang harus Lucas lakukan. datang bersama Bella tapi ia di haruskan pulang bersama Lisa. Lantas apa yang akan Bella pikirkan? Bella pasti akan sangat kecewa padanya. sedari awal, Bella terus melipat wajahnya ketika Lisa mengajak pria itu untuk pulang bersama."Bella, apa kau ingin pulang bersamaku? maksudku... aku dan Lisa bisa mengantarmu," Lucas mencoba mencari cara, agar Bella masih tetap bisa bersamanya."Tidak, aku bisa pulang sendiri!" cetus Bella dingin. gadis itu berlalu begitu saja tanpa menatap Lucas lebih lama lagi. atau bahkan, Bella menjawabnya begitu saja tanpa memandang wajah Lucas walau hanya sekilas saja.Haruskah Lucas mencegahnya? Lisa bahkan terus memperhatikan mereka dengan sorot curiga. pandangan Lucas sama sekali tak lepas dari Bella. ketika Bella menghentikan taksi dan memasukinya sekalipun, Bella sama sekali tak menolah ke belakang. Bahkan kekesalan Bel
Lucas berlari menerobos pintu utama kediaman keluarga Bella. Pria itu terlihat sangat pucat, wajahnya mengatakan jika ia sedang tidak baik-baik saja. Lucas juga mengabaikan Nick yang sedang bersantai di ruang keluarga. Parahnya, sepertinya Lucas sama sekali tidak menyadari jika di sana terdapat sang Ayah Mertua."Lucas, kau..." Belum sempat Nick menyelesaikan ucapannya. Akan tetapi, langkah pria itu sudah sangat jauh dari pandangan matanya.Sampai detik ini, Nick sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tiga puluh menit berlalu, Rina sebelumnya sempat mengatakan padanya jika sang istri hendak membawakan rupa-rupa minuman hangat beserta cemilan untuk di suguhkan pada putri tercintanya."Bella..." Pintu terdorong kasar dari luar. Suara hentakannya sanggup membuat kedua orang yang berada di dalam ruangan cukup terkejut.Rina melirik ke ambang pintu, bersamaan dengan Bella yang saat itu la
Aneh, itulah yang sedang Luna rasakan. begitu banyak kiriman yang ia dapatkan, mulai dari bunga, kue, sampai manisan hingga perhiasan. dengan nama Maria sebagai pengirimnya.Berulang kali Luna memastikan, ia bertanya, benarkah paket tersebut Maria kirimkan untuknya. Lalu jika iya, apa maksud dan tujuan wanita paruh baya tersebut.Kali ini Luna kesulitan untuk membaca apa yang lawannya rencanakan. Maria sendiri juga tidak pernah datang, kenapa kiriman tersebut harus diberikan oleh campur tangan kurir? Kenapa tidak dia sendiri saja yang mendatangi Luna dan memberikan paket tersebut secara langsung padanya?Sungguh, Luna benar-benar khawatir. tidak biasanya, Maria berbuat baik dan perhatian sampai harus repot-repot mengirimkan sesuatu kepadanya. Apalagi benda tersebut terbilang cukup berharga dan ada nilainya."Kiriman lagi, Nyonya?" tanya Bibi Chan penasaran menghampiri."Iya, aku
Seminggu berlalu, Devan masih belum mendapatkan keinginan atas apa yang sudah Riana janjikan. gadis itu justru bertingkah seolah bak ratu, pekerjaannya hanya memainkan ponsel dan mendorong-dorong kursi roda milik Devan. Dengan ancaman yang ia jadikan senjata, Riana mampu hidup layak tanpa harus bersusah payah bekerja."Hey, kapan kau akan menepati janji mu?" tanya Devan dingin dengan mata memincing.Riana melirik ke sumber suara, dimana saat itu Devan sedang berada tepat di hadapannya. "Eummm, sekarang!" sahut Riana santai, setelah sebelumnya Riana memastikan waktu dan kondisi yang ia rasa sudah cukup memungkinkan.Riana bukannya tak ingin menepati janji, hanya saja. jika hal itu ia lakukan saat Maria dan Marco sedang berada di rumah. tentu yang akan Devan dan Riana hadapi hanyalah penolakan.Mungkin sekarang waktunya sudah tepat. saat keadaan rumah benar-benar sepi, dan hanya menyisakan Riana dan De
Alvin tentu tidak bisa menunggu lagi. tanpa berpikir panjang, ia langsung meninggalkan Luna begitu saja dan memilih untuk meminta pertanggung jawaban dari Marco dan Maria. Sumpah demi apapun, Alvin kini sudah benar-benar berubah. hidup dan matinya sudah Alvin serahkan pada Luna. jikapun harus memilih, Alvin lebih baik kehilangan segalanya dari pada harus berpisah dengan istrinya. Tidak perduli apa tanggapan orang lain yang akan Alvin dapatkan. pria itu sudah membulatkan tekadnya untuk menjebloskan ibunya ke dalam penjara. atas tuntutan percobaan pembunuhan. Padahal, Alvin sama sekali tak memiliki bukti apapun. Namun, kemarahannya sukses membuat pria itu kehilangan akal. untuk bertindak tanpa memikirkan dampak dan akibat. Bruak... Alvin mendorong kasar pintu utama kediaman keluarganya. langkah Alvin tak terkontrol, apapun yang Alvin lihat langsung Alvin lemparkan hingga sukses membuat kekacaua
Bencana, Alvin justru merasa jika nasihat ibunya sukses membuat pria itu merasa beban hidupnya bertambah. Bagaimana tidak? Mengontrol pikirannya agar segera melupakan Laura saja Alvin tak bisa. sekarang, Maria justru semakin menekan Alvin agar pria tersebut memanjakan Luna dan menghujaninya dengan penuh cinta. Ditambah permintaan untuk memiliki keturunan. Sudah cukup Alvin menuruti keinginan mereka yang semakin membuat pria itu merasa gila.Ayolah, Alvin tidak mungkin bisa melakukannya saat bayang-bayang Laura justru terus saja menghantuinya. Ini memang bukanlah pertama kali bagi Alvin. yang berarti, Luna bukanlah gadis satu-satunya yang akan pria itu tiduri. Namun, setiap kali melakukannya. Alvin justru melandasi hal tersebut dengan rasa ketertarikan. Ia hanya bisa memenuhi hal itu dengan adanya perasaan. Dalam kata lain, perasaan yang bisa di artikan atau di sebut cinta."Bibi Chan..." Luna memanggil wanita paruh baya tersebut, saat Bibi C
Bencana, Alvin justru merasa jika nasihat ibunya sukses membuat pria itu merasa beban hidupnya bertambah. Bagaimana tidak? Mengontrol pikirannya agar segera melupakan Laura saja Alvin tak bisa. sekarang, Maria justru semakin menekan Alvin agar pria tersebut memanjakan Luna dan menghujaninya dengan penuh cinta. Ditambah permintaan untuk memiliki keturunan. Sudah cukup Alvin menuruti keinginan mereka yang semakin membuat pria itu merasa gila.Ayolah, Alvin tidak mungkin bisa melakukannya saat bayang-bayang Laura justru terus saja menghantuinya. Ini memang bukanlah pertama kali bagi Alvin. yang berarti, Luna bukanlah gadis satu-satunya yang akan pria itu tiduri. Namun, setiap kali melakukannya. Alvin justru melandasi hal tersebut dengan rasa ketertarikan. Ia hanya bisa memenuhi hal itu dengan adanya perasaan. Dalam kata lain, perasaan yang bisa di artikan atau di sebut cinta."Bibi Chan..." Luna memanggil wanita paruh baya tersebut, saat Bibi C
Keesokan harinya, Luna terlihat pulas tidur di atas sebuah sofa di ruang keluarga. Dengan menggunakan setelah bathrobe karena semalam gadis tersebut mendapat tawaran untuk tidur bersama Bibi Chan setelah menumpang di kamar mandinya guna membersihkan badan.Sebenarnya, Bibi Chan juga sudah menawarkan kamar lain agar Luna bisa istirahat dan tidur dengan nyenyak. Namun, Luna menolak dengan alasan tak ingin merepotkan wanita paruh baya itu untuk membersihkan kamar lain. karena saat itu, waktu sudah menunjukan pukul tengah malam."Luna..."Seketika gadis itu mengerjap sadar dari tidurnya, saat ia mendengar dengan jelas suara seseorang ia kenal memanggil namanya."A... Apa yang terjadi, sayang? Kenapa kau tidur di luar? Dimana Alvin?" tanya Maria, sang mertua sekaligus Ibu dari Alvin.Luna memucat, ia cukup kebingungan memikirkan jawaban atas pertanyaan yang mertuanya lontarkan. "Aku..
Gemericik air terdengar, pintu kamar kecil pun terbuka. Menghabiskan waktu setidaknya kurang dari dua puluh menit untuk membersihkan diri. Lucas tersenyum kecut, begitu melihat ponselnya tidak menampilkan pemberitahuan pesan dari Bella. Tentu saja, Lucas sedang menunggunya. Pria tersebut benar-benar memiliki harga diri yang cukup tinggi. Kesal akan sikap Bella yang selalu membuatnya cemas tak karuan, Ia berprinsip jika kali ini Lucas akan menahan diri untuk tidak terpengaruh dengan ucapan sang wanita. "Huh..." Lucas menghela nafas panjang, mencoba membuat dirinya sedikit lebih tenang, "Takdir macam apa ini?" Pantulan tubuh Lucas terlihat jelas di cermin, bahu lebar, perut kotak-kotaknya seakan memperindah rupanya. Siapa yang tak tertarik pada Lucas? Meskipun di kenal sebagai pria dingin yang tak banyak bicara. Nyatanya Lucas mampu membuat para gadis terpana. Berada jauh dengan Bella selalu membuat Lucas di selimuti rasa curiga. Terlebih, beberapa waktu lalu, sebuah pertunjukan penti
"Ayolah, Kenapa akhir-akhir ini aku sangat cengeng," Bella menyeka air matanya, matanya sedikit memerah dengan wajah yang sedikit membengkak. Siapa yang tak kesal dengan Bella dan sikapnya? Rendi sang asisten pun sering kali mengumpati gadis tersebut. Lantaran keplinplanannya. "Perutku," Bella mengelusnya pelan. Air matanya kembali berjatuhan, "Aku sudah kehilangan anaknya, dan Aku tidak mau kehilangan Ayahnya." Pekik Bella histeris *** "Siapa, Pah?" tanya Rina sesaat, setelah wanita ibu berhasil menuruni anak tangga terakhir. "Entahlah," sejenak Nick melirik kearah arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, "Sudah pukul sebelas, apa masih ada orang yang berkunjung di jam seperti ini?" "Biarkan Mama saja yang lihat," tanpa menghentikan langkahnya. Rina langsung bergegas berjalan menuju pintu utama, guna menghilangkan rasa penasaran. Benar apa yang Nick katakan. Keluarga Winter sangat menghargai waktu, meskipun Bella terbilang sangat kurang disiplin. Namun, berbeda dengan Ni