Emily di ruangannya hanya bersama Jeffry. Jared dan Shila ia minta untuk keluar dan meninggalkannya dan meyakinkan kalau dirinya akan baik-baik saja. Shila tenang saja karena tak mengenal siapa Jeffry Allen dan yang ia tahu hanyalah niat pria itu untuk membangun bisnis bersama dengan Emily, sementara Jared berbeda lagi.Ia tak bisa melupakan tatapan mata tajam yang ditujukan oleh pria itu padanya, seolah pria itu mengenalnya dengan baik dan kini datang dengan tujuan tertentu.Emily tidak melihatnya dengan cara yang sama. Baginya, Jeffry Allen memang sudah diciptakan satu paket dengan karakter yang keras dan arogan. Jadi ia tak heran kalau melihat bagaimana interaksi yang terjadi antara Jeffry terhadap Jared.“Aku tidak tahu kalau kau masuk rumah sakit.” Pria itu memulai percakapan dengan tatapan yang tak lepas dari Emily yang masih berbaring dengan wajah memar di beberapa bagian dan telinga yang masih ditutupi perban.“Kapan kau tiba di Eastonville? Maafkan aku jadi memintamu kemari,
Emily masih berada di rumah sakit dan menjalani perawatan. Namun, Shila terus menemani, dan membantunya mengerjakan pekerjaan kantornya. Meski terkadang bosan, tetapi setidaknya kehadiran Shila dan Jared yang menemani secara bergantian bisa sedikit mengobati kebosanan itu. Hanya satu hal yang Emily minta, agar mereka merahasiakan kondisinya itu dari Charles dan Emma. Ia tak ingin kedua orang tua angkatnya itu cemas dan terlalu memikirkan kesehatan Emily, sementara melupakan kondisi mereka sendiri yang sudah tua. Dan satu hal lagi, Jeffry Allen yang mulai rajin datang berkunjung sejak ia tahu bahwa Emily masih berada di rumah sakit. Berbagai hal ia gunakan sebagai alasan agar Emily tidak keberatan akan kedatangannya. Bahkan tak jarang ia tiba-tiba muncul tanpa memberi kabar. Satu pria keras kepala seharusnya cukup, tetapi dengan kehadiran Jeffry, seolah menjadi saingan bagi Jared. Dan jangan lupakan Alex yang hingga kini terus menghubungi Emily, tetapi wanita itu sama sekali tidak m
Alex sudah berada di ruangan Emily. Ia masih tak bisa berkata apa pun, karena melihat kondisi sahabatnya itu membuatnya cukup terkejut.Emily memang tidak mengatakan apa pun, tetapi Alex sudah bisa menduga apa yang menimpa wanita yang terbaring di hadapannya, memandanginya sembari mengulas senyum hangat.Dengan beberapa pria di sekelilingnya, tak mungkin Jason akan membiarkan begitu saja. Meski Alex tidak ketahui alasan yang mendasari, tetapi ia yakin, Jason akan menghalalkan berbagai cara untuk membawa Emily kembali ke kehidupannya.“Kenapa kau hanya diam, Alex? Katakan sesuatu! Apakah kau akan seperti itu sampai nanti?” ucap Emily, yang sukses membuyarkan angan Alex yang sempat menduga-duga akan banyak hal.Pria itu hanya tersenyum kecut, kemudian menggenggam tangan Emily sesaat.“Aku tidak mau mengatakan apa pun yang nanti akan merusak suasana hatimu, Em. Bagaimana kondisimu sekarang? Bolehkah aku tahu apa yang terjadi hingga
Emily masih memikirkan perkataan Jeffry yang terdengar seperti ancaman baginya. Apa sebenarnya yang mendasari sikap Jeffry, hingga kini Emily sama sekali tidak tahu. Meski Shila mengatakan dengan jelas bahwa Jeffry tampak menyukai bahkan mungkin jatuh cinta padanya, Emily tak semudah itu percaya. Mereka baru saja bertemu, itu pun karena sebuah kesalah pahaman, lantas bagaimana mungkin ada rasa cinta? Emily tidak mempercayai cinta pada pandangan pertama yang mana itu tak punyai dasar untuk jadi sebuah alasan cinta itu tumbuh. Cinta yang mudah tumbuh, maka akan mudah berakhir. “Jangan bandingkan dengan Jason, Em. Laki-laki itu adalah anak mama, karenanya ia tak bisa menghargai perasaanmu yang begitu tulus untuknya. Sementara Jeffry, ia berbeda. Kurasa kau harus pertimbangkan untuk memberinya kesempatan untuk lebih dekat. Agar kau bisa mengenalnya lebih baik.” Emily tak mungkin begitu saja mengiyakan, karena apa yang diungkapkan oleh Shila ha
“Siapa pria itu, Ed?! Mengapa ia terus mendekati mantan istriku?” tanya Jason pada lelaki yang kini duduk di seberang mejanya. Namun, pria itu tak bisa memberi jawaban pasti.“Tampaknya itu adalah salah satu klien Nona McKennel, Tuan. Karena dari yang kudengar, mereka akan mengerjakan proyek pembangunan unit properti di sekitar kantor kita.” Edward memberi informasi sesuai yang ia dapatkan tanpa ia tutupi sedikit pun.Namun, tampaknya, Jason tak puas akan itu.“Demi apa ia membangun unit properti di sekitar kantor kita, Ed?” cecar Jason, yang mulai tak sabar akan sikap Jeffry yang terus mendekati Emily.“Maafkan aku, Tuan. Aku juga tidak mengetahui motifnya. Namun, bisa jadi hanya demi bisnis. Karena ia adalah pemilik bisnis kelab yang terkenal. Bahkan di pulau Bali. Di sanalah ia dan Nona McKennel bertemu, kabarnya.”Jason tampak mengepalkan kedua tangannya di bawah meja. Edward tidak melihatnya secara langsung. Namun, dari ura
Emily tak mengerti, apa yang membuatnya membuka pintu untuk pria arogan dan dominan seperti Jeffry kali ini. Yang ia tahu, Jeffry kedinginan dan Emily tak mungkin membiarkan pria itu mati membeku di luar. Namun, hanya itu yang bisa dilakukan oleh keduanya. Terlebih karena Shila tak juga berpindah dari tempat itu. Gadis itu seakan tak rela jika tidak menyaksikan bagaimana interaksi antara Emily dan Jeffry. “Ehem ....” Jeffry berdehem sekali sembari melirik Shila yang masih berada di tempatnya sembari menggulir layar ponsel. “Nona Andreas, apakah kau tidak ingin membuatkan kami minuman?” Shila yang semula menikmati kegiatannya, dengan terpaksa bangkit dan menuju ke dapur untuk memenuhi apa yang Jeffry minta. Ia bukan asal mau melakukan perintah pria yang bukan bosnya—karena Emily-lah yang seharusnya memerintahkan sesuatu. Namun, Shila hanya tak ingin mengganggu usaha Jeffry untuk mendekati Emily. “Apa yang ingin kau bicarakan, Jef
Emily bahkan belum bangun saat Jeffry sudah berada di depan pintunya. Shila yang menyambutnya dan Jeffry mengajak gadis itu berbicara sebentar sembari duduk di teras dan menikmati udara pagi.Sempat beberapa saat keduanya membisu. Karena ada berbagai macam pemikiran yang menyelinap di benak Jeffry. Begitu juga Shila. Pertanyaan tentang seberapa besar rasa cinta Jeffry terhadap Emily, sahabatnya.“Bagaimana kondisi Emily?” Jeffry akhirnya memulai pembicaraan yang sejak tadi hanya terjeda kebisuan.Shila mengangguk, bersiap untuk menjawab pertanyaan ambigu yang sesungguhnya Jeffry sudah ketahui jawabannya.“Seperti yang kau lihat, Tuan. Emily baik-baik saja dan sudah membaik. Namun, aku tidak tahu mengapa oa masih ingin menuruti perintahmu untuk tetap menggunakan kursi roda itu.”Jeffry tanpa sadar mengurai senyum tipis. Tatapan matanya terlihat berbinar, seolah sungguh-sungguh bahagia. Lantas bagaimana dengan pembicar
Emily tidak segera memberi respon atas ucapan Jeffry. Ia gamang, tentu saja. Tak mungkin bisa menerima pria yang baru beberapa hari ia kenal dan tiba-tiba mengajaknya menikah. Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran Jeffry sampai ia bisa memikirkan untuk melamar Emily di saat yang sangat tidak tepat seperti ini? Emily menikmati sarapan bersama Shila dan Jeffry dengan perasaan tak karuan. Beberapa kali Jeffry menoleh pada Emily yang menyembunyikan wajahnya, tetapi wanita itu tak tahu kalau pria yang baru saja melamarnya itu masih terus memerhatikannya. Hanya Shila yang menyadari. “Ahem, kurasa aku sudah selesai dan akan mandi. Apakah kalian baik-baik saja jika kutinggalkan?” tanya Shila memastikan kalau Jeffry dan sahabatnya tidak akan bertengkar seperti biasanya. Keduanya mengangguk bersamaan, kemudian membiarkan Shila berlalu dari tempat mereka berada. “Kau belum menjawab,” ucap Jeffry, berusaha memecah kesu
Jason dan Emily sedang dalam perjalanan. Di dalam mobil, Emily terus menangis karena tidak menyangka bahwa anaknya masih hidup. Berkali-kali ia menanyakan hal yang sama kepada Jason mengenai Liam dan dijawab dengan jawaban yang sama pula oleh laki-laki itu. Jason mengerti bagaimana keadaan Emily. Dirinya juga rindu dengan Liam, darah dagingnya. Namun, setidaknya ia lega karena Liam sudah berada di tangan yang tepat saat ini. Mobil Jason berhenti di halaman rumah kediaman Charles dan Emma. Langsung saja mereka masuk. Di ruang tamu, semua orang berkumpul. Charles, Emma, Alex, Shila, bahkan Jared—kakaknya ada di sana. Emily lantas menghampiri Emma yang sedang menggendong bayi. Emma yang tahu perasaan Emily pun menyerahkan bayi itu. Dengan perasaan yang sulit dijelaskan serta air mata yang mewakili kebahagiaannya, Emily akhirnya kembali menggendong Liam. Anaknya yang sudah menghilang beberapa waktu. Emily menangis. Shila pun mendekat ke arah sahabatnya dan memeluknya. “Sekarang, Liam
Di tempat yang berbeda, Jason berkali-kali berdecak dan mengumpat karena Alex tidak kunjung datang. Ke mana laki-laki itu, apakah menuntaskan hajat sampai harus bermenit-menit. Jason curiga kalau sebenarnya Alex bukannya ke kamar mandi untuk buang air, tetapi justru bertapa. Jason melihat jam berwarna hitam yang melingkar di tangannya. Jarum panjang jam sudah berganti ke angka empat. Itu artinya sudah lebih dari dua puluh menit laki-laki itu di apartemennya.“Ke mana dia?” gumam Jason.Jason memeriksa ponselnya. Tadi, ponselnya mati jadi tidak bisa digunakan untuk menghubungi Alex. Setelah dicharger di dalam mobil, akhirnya ponselnya menyala. Jason buru-buru mencari kontak nama Alex. Begitu ingin dihubungi, ada tiga pesan muncul dari orang yang ditunggu. Jason membukanya. Ada satu video sedikit panjang di sana. Sedikit curiga, akhirnya Jason memutarnya. Di dalam video itu, ia hanya melihat gambar berwarna putih. Jason mendengus kesal. “Apa yang dilakukan dia sebenarnya.” Baru saja
Jason tidak menghiraukan ucapan Alex. Tadi, di rumah Alex, Jason sempat berdebat sengit dengan pria itu. Shila bahkan sampai harus melerai. Karena ucapan wanita itu, Jason memilih keluar dan pulang ke apartemennya untuk mengambil sesuatu. Dia akan bersiap untuk menemui Jeffry. Siapa yang menyangka kalau ternyata Alex mengikutinya. Hingga akhirnya, laki-laki itu menghadang di depan pintu apartemen miliknya. “Minggir!” ucap Jason yang ke sekian kalinya namun tidak juga mendapatkan respon dari Alex. Alex menggeleng. “Kau mau mendapatkan masalah lain? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jeffry, maka dia bisa saja mengelak atas semua tuduhan,” jelas Alex. Wajah laki-laki itu terlihat sangat serius. “Lalu, kau mau aku hanya diam sementara dia berhasil membuat Emily menjadi korban kekerasan fisik dan seksualnya. Kau mau aku tetap diam dan membiarkan dia terbahak keras di ranjang rumah sakit?!” sorot mata Jason penuh kobaran api amarah.Alex bahkan sampai menunduk karena tidak kuat menatap
Shila menggigit bibir dan meremas jemarinya. Jantungnya berdetak kencang karena sejak tadi dua orang yang ia tunggu tidak kunjung keluar daei bangunan megah itu. “Mereka sebenarnya sedang mencari apa? Kenapa lama sekali? Apakah jangan-jangan mereka ketahuan lagi?”Pikiran buruk mengenai dua sahabatnya langsung terbayang. Namun, Shila segera menepis pikiran buruk itu agar tak menjadi sugesti baginya.Jantungnya nyaris mencelus ketika mendengar suara berisik di sampingnya. Ia mengira salah seorang pengawal berhasil mengetahui keberadaannya. Namun, jauh dari dugaan karena Jason dan Alex-lah yang datang. Shila yang semula tak berani bergerak dan hanya mematung di tenpat, menghampiri dua lelaki itu setelah memastikan bahwa mereka adalah kawan-kawannya. “Apakah kalian baik-baik saja? Kalian berhasil?”Jason mengangguk. “Sepertinya keberuntungan sedang berpihak. Kita berhasil mendapatkan rekamannya.” Jason mengambil flashdisk yang ia simpan dan menunjukkannya pada Shila. Wanita itu menghel
Tiga orang yang baru saja datang dipersilakan duduk oleh seorang pria yang mengenakan jas berwarna hitam. Pria yang berumur sekitar empat puluhan itu tampak masih bugar, walau rambutnya memutih di beberapa bagian.“Jadi, apa rencanamu?” celetuk Jason sembari melihat-lihat dokumen di hadapaannya. “Kau belum mengenalkan mereka padaku.” timpal Mark yang bergantian menatap Alex dan Shila. "Kuharap kalian tidak tersinggung. Aku tidak bisa mengatakan langkahku pada orang asing, karena ijni menyangkut nyawa seseorang. Bukan begitu?""Kau benar. Perkenalkan, aku Alexander Danison, sahabat Emily."Mark menyambut jabatan tangan itu ramah dengan senyum terkembang. "Oh, Tuan Danison. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalimu. Seorang pengusaha besar dan selevel dengan Jeffry Allen. Kuharap aku tidak salah.""Kau terlalu berlebihan, Tuan Jefferson." Alex membalas sambutan Mark dengan sikapnya yang rendah hati. Ia lantas menoleh pada Shila. "Ini Shila Andreas. Ia juga sahabat Emily." "Hmm ... aku j
Ide yang Jason lontarkan lantas membuat ketiga orang menaruh perhatian penuh pada Tamara. Mulai sekarang, Jason yang akan mengambil alih penyelidikan wanita itu. Sementara, Alex dan Shila akan mencari sesuatu soal Jeffry. Keduanya bertekat akan membuat laki-laki itu membayar atas apa yang dilakukan pada sahabatnya. “Aku akan pulang ke rumah,” ucap Jason setelah merancang rencana di kepalanya“Untuk apa?” kening Shila berkerut. “Bagaimana dengan Tamara? Bukankah kau mau menyelidikinya sendiri?” “Memang. Tapi, aku akan minta bantuan orang tuaku untuk menghubungi detektif Jefferson. Kemarin aku belum sempat bertemu dengan mereka.” “Baiklah. Pulang saja, kita berdua nanti akan mencari informasi soal Jeffry.”“Bagus. Kalau begitu, aku akan mengunjungi kwdua orang tuaku. Kalian urus dengan baik dan kabari aku perkembangannya.” Alex dan Shila mengangguk sebagai respon atas ucapan Jason yang layaknya seorang pimpinan. Jason pamit dan segera menuju ke kediaman orang tuanya. Ia tak sempat
Emily memang jauh lebih aman berada di mansion Alex. Setelah Shila dan Jason secara bergantian mengunjunginya, hari ini, dikarenakan akhir pekan, keempatnya berkumpul dan membahas mengenai Liam.Jason yang semula memang curiga pada Tamara, memutuskan membiarkan wanita itu untuk tinggal di apartemennya bersama Aaron. Namun, dengan adanya Emily di kediaman Alex, Jason harus bolak-balik apartemen dan rumah Alex untuk memastikan Emily benar-benar dalam keadaan baik-baik saja.Bagaimanapun, ia tak mengenal Alex dan lagi pula Alex adalah pria yang dulu sangat dekat dengan Emily. Bahkan sampai kini Jason tidak rela menerima kenyataan itu.“Aku tidak bisa mengatakan apa pun selain satu hal, aku tengah mengawasi seseorang yang mungkin akan memberi titik terang pada kita mengenai Liam,” ucap Jason sembari memeriksa berkas-berkas tentang pelaporan yang diajukan olehnya pada pihak kepolisian. “Mereka tidak bergerak sama sekali. Lihatlah!”Alex tampak
Tamara baru saja selesai membersihkan diri dan tak juga menwmukan Jason pulang ke apartemennya. Ia menunggu Jason yang juga sama sekali tidak menghubungi. “Ke mana Jason sebenarnya? Dia bahkan tidak meneleponku seharian.” Tamara memberengut dan menuju meja riasnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri. Tamara melihat seorang wanita cantik dengan guratan senyum yang menawan. Ia menyukai bentuk wajahnya. “Tak heran banyak pria menggilaimu, Tamara. Kau memang memesona,” pujinya pada diri sendiri. Mengenang banyak lelaki yang masuk dalam hidupnya, Tamara hampir tidak percaya kalau dirinya sempat menjalin hubungan dengan Jared. Semua bermula dari kehadirannya di kediaman McKennel dan dirinya tak menemukan Jason di mana pun. Lalu ketika sedang berjalan-jalan di dalam rumah keluarga McKennel, ia menemukan sosok yang dikenalnya, tengah berada di dalam ruangan yang asing baginya.Tamara kala itu masuk dan mengunci pintu. Ia lalu mendekap tubuh Jared dari belakang serta memberikan sentruhan se
Jeffry tak pedulikan ponselnya yang terus berdering. Ia terus menyumpah serapah Emily. Wanita itu berani sekali menusuknya. Jeffry mengabari dua penjaga untuk membantu. Tidak butuh waktu lama akhirnya anak buahnya menemukan Jeffry yang masih berada di ranjang dengan pisau menancap di tubuhnya. Salah satu penjaga memanggil ambulans. Sekitar lima belas menit kemudian, ambulans tiba dan membawa Jeffry ke rumah sakit. Laki-laki itu bersumpah akan membuat Emily merasakan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Karena perempuan itu, ia sampai masuk ke tempat yang sangat dibencinya. ***Di lain tempat, Emily berhasil sampai di telepon umum. Ia pun menghubungi Alex dan menceritakan garis besar tentang kondisinya saat ini. Tentu saja, Alex terkejut ketika mendengar penuturan Emily. Meski larut, Alex segera melajukan tunggangannya membawa Emily ke mansionnya. Alex juga menghubungi Shila untuk datang begitu juga dengan Jason. Kini, mereka bertiga ada di kediaman Alex. Sh