Emily tak mengatakan keberadaannya pada Jason. Ia hanya meminta Jason untuk menunggunya di halte terdekat, dan mereka akan bertemu di sana. Dan yang haru sia lakukan untuk saat ini adalah keluar dari mansion Alex tanpa menimbulkan kesan melarikan diri.Ia memang tidak sedang melarikan diri, tetapi bukankah ia seharusnya menunggu Alex tiba di rumah? Atau setidaknya menghubungi Alex terlebih dahulu baru memutuskan untuk pergi.Ia akan menghubungi pria itu nanti.Kini, Emily tengah membereskan barang-barang yang ia bawa. Kemudian setelah meneguk susu yang disediakan di meja makan, ia bergegas keluar dari kediaman Alex. Namun, baru melangkah keluar dari pintu, salah seorang pengawal Alex menghampirinya.“Kau mau ke mana, Nona Karlton?” tanya pria berbaju setelan jas hitam itu. Pria tegap itu tampak penuh selidik, tampaknya ia telah diminta untuk menjaga Emily oleh Alex sebelum berangkat ke kantor.Emily tak gentar dengan apa yang dilakukan pria bersetelan jas hitam yang berdiri menghalang
Emily tak menyentuh makanannya sama sekali, terlebih ketika Alex sendiri yang mengirimkan makanan itu untuknya. Kegilaan Alex sama sekali tak bisa ia terima. Ia tahu kalau Alex menyukainya sejak lama, tetapi tak menyangka rasa suka itu berubah menjadi kegilaan yang tak terbendung hingga ia melakukan hal semacam ini pada Emily.“Em ... makanlah dulu, setelah itu kau boleh marah lagi padaku,” ucap Alex sembari menyodorkan sendok berisi sup krim pada Emily yang sejak kemarin tak terisi apa pun.Emily tak menjawab maupun menerima suapan makanan yang disodorkan oleh Alex. Ia hanya melirik sekilas lalu memilih untuk meringkuk dan menutupi seluruh tubuh dengan selimut.Emily bisa mendengar Alex mendesah putus asa karena tak berhasil meminta Emily untuk menghabiskan makanannya.“Em ... aku hanya ingin kau tahu kalau aku bisa merawat dan mencintaimu, tidak seperti suamimu. Aku bahkan jauh lebih baik dibanding Jason.”“Aku tidak ingin mendengar apa pun darimu, Alex. Pergi dari hadapanku!”“Em—“
Jason gelisah karena telah melakukan kesalahan terhadap Emily. Ia sesungguhnya tak bermaksud menyakiti perasaan Emily dengan memberi tuduhan tak beralasan. Namun, siapa yang tidak akan curiga, jika menjadi Jason.Ia menyadari bahwa dirinya telah melakukan kesalahan dengan lebih mengutamakan Tamara selama ini dibanding Emily. Sama saja ia telah menduakan istrinya. Namun, ketika ia tahu bahwa Emily juga memiliki seseorang yang mencintainya, Jason merasa kesal dan marah.Sebelumnya Jared, kini pria lain bernama Alex.Jason kini hanya berjalan mondar-mandir, gelisah karena Emily tidak menjawab panggilannya sejak tadi, setelah wanita itu memutus telepon sebelumnya.Apa yang Emily maksud dengan dirinya dalam bahaya? Apakah pria bernama Alex itu begitu menakutkan dan telah berbuat jahat terhadap Emily? Dan ... kabar kehamilan Emily mengapa membuat dada Jason seperti bergetar tak karuan? Ada gelenyar aneh yang tak mampu ia gambarkan saat ini, seperti sebuah euforia tak tergambarkan dan tak bi
Emily masih tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Alex. Ia pada akhirnya memutuskan sendiri untuk mengantar Emily kembali pada Jason. Bahkan Emily tak lagi meminta untuk itu.Ia sudah pasrah dan tidak memiliki keinginan untuk kembali terlebih setelah Alex menunjukkan foto di mana Jason begitu bahagia bersama Tamara.Dada Emily begitu sesak membayangkan apa yang akan terjadi padanya nanti setelah dirinya kembali pada Jason. Namun, ini adalah pilihan yang tepat, agar ia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri, apakah benar Jason masih bersama Tamara.Jika ternyata benar, lantas apa? Apakah Emily nantinya boleh memilih untuk kembali pada Alex jika ternyata Jason melakukan hal itu terhadapnya, seperti yang Alex katakan?Emily tak menjawab perkataan Alex, ia menghabiskan makanannya, kemudian menunggu hingga Alex siap untuk membawanya kembali pada lelaki yang sebentar lagi akan menjadi ayah dari bayi yang ia kandung.Lelaki yang telah menjadi suaminya dan menjanjikan banyak hal indah
“Apa kau sudah gila?! Kau seharusnya yang bertanggung jawab, dan sekarang kau memintaku untuk bersandiwara seperti ini, apa maumu sebenarnya?!” sergah seorang wanita dalam perbincangannya melalui saluran telepon.Wajahnya tampak mengetat. Beberapa kali ia menggebrak meja yang ada di sampingnya.Ia sangat geram atas apa yang menimpa dirinya. Ia tentu saja tahu siapa ayah dari janin yang ia kandung. Meski ia berharap bayi itu milik Jason, tetapi kenyataannya tidak demikian.“Aku seorang model dan mengandung adalah hal yang berisiko bagi karirku, kau tahu itu, bajingan!?”Pria di seberang terdengar terkekeh. Ia tentu saja tak mau disalahkan atas hasil dari perbuatan mereka berdua. Bukankah mereka melakukannya atas dasar suka?“Itu urusanmu, bukan aku. Kau sendiri yang tidak bisa menahan hasratmu dan aku hanya memberikan apa yang kau minta, Tamara. Apakah aku salah?”Tamara mengepalkan tangan, tak bisa membalas setiap perkataan pria itu. Namun, jelas kalau kemarahannya sudah berada di ubu
Semua tatapan tertuju pada Jason yang baru saja melangkahkan kaki memasuki ruangan, setelah membuka pintu dengan kasar, berharap bisa memergoki Emily yang mungkin sedang bercinta dengan siapa pun yang bisa merusak reputasi wanita itu.Jason muak karena dirinya yang selalu menjadi tokoh antagonis dalam kisah percintaan mereka yang aneh. Bahkan sejak dulu, sejak mereka remaja.Dan kini, ia tak tahu harus memberi jawaban apa atas pertanyaan yang tersirat dalam tatapan tiap-tiap yang berada di sana. Charles, Emma, dan Emily kini tengah berada di ruangan itu.Apa yang mereka bicarakan?“A-ayah. Apa yang kalian lakukan di sini?”Ketiganya tidak memberi respon atas pertanyaan Jason, melainkan membuang muka dan kembali melanjutkan obrolan seolah tak pernah melihat Jason. Hal itu tentu saja membuat Jason kebingungan.Apa sebenarnya yang tengah terjadi? Mengapa mereka seperti cuek saja saat Jason masuk, dan hanya melemparkan tatapan aneh ke arahnya?Bahkan sang ayah yang biasanya mengomel dan m
Emily tampak gamang, terus memandangi dan menilik tulisan yang tertera di atas lembaran yang ada di tangannya. Charles yang semula menjodohkannya dengan Jason, kini justru memberi pilihan untuk berpisah dari lelaki itu. Emily tak tahu apakah ia harus senang dan berterima kasih pada pria paruh baya itu, ataukah sebaliknya—mengumpat dan menyumpahinya karena telah terlalu ikut campur dalam kehidupan Emily selama ini. Semua ini tak gratis. Charles memberikan nama belakang untuknya, sebuah rumah yang kini ia tinggali, dan beberapa persen saham di perusahaan Kennel’z Industry untuk ia miliki. Kehidupannya jelas terjamin, tetapi dengan risiko harus kehilangan lelaki yang ia cintai selama ini. Banyak hal pula yang menjadi pertimbangan Emily. Charles tidak memaksa, andai ia dan Jason memutuskan untuk tetap bersama, ia hanya meminta agar Jason lebih memberi perhatian terhadap Emily dan memupuk cinta mereka. Namun, tampaknya itu akan jadi hal mustahil bagi Jason. Jason pasti akan mengulangi
Emily masih tak percaya dengan apa yang telah ia terima hari ini. Banyak hal baik dan ia tak tahu apakah akan sanggup mengemban itu semua karena baginya apa yang keluarga McKennel percayakan padanya adalah sebuah beban tanggung jawab dan hutang budi yang tidak akan pernah bisa ia balas sampai kapan pun.“Kau tak perlu menganggap ini sebuah hutang budi, Emily, kami orang tuamu. Apa yang kau terima adalah hakmu dan kami senang melakukannya. Kami telah mempersiapkan lainnya untuk Jason dan Jared, kau tak perlu risau mengenai itu. Oh, dan juga untuk calon cucuku.”Begitulah yang Charles ucapkan beberapa jam lalu. Dan setelahnya, Emily seperti menjadi trending topik di kantor mereka bahkan seantero Eastonville mengerti kisah hidupnya.‘Cinderella dalam versi yang berbeda’, begitu kata mereka.Dan seperti yang sudah ia perkirakan, beberapa pegawai memang menjadikannya bahan pembicaraan. Dari sudut pandang yang baik dan paling buruk. Ia sudah merasakan semua dalam waktu satu hari.Kini, ia s
Jason dan Emily sedang dalam perjalanan. Di dalam mobil, Emily terus menangis karena tidak menyangka bahwa anaknya masih hidup. Berkali-kali ia menanyakan hal yang sama kepada Jason mengenai Liam dan dijawab dengan jawaban yang sama pula oleh laki-laki itu. Jason mengerti bagaimana keadaan Emily. Dirinya juga rindu dengan Liam, darah dagingnya. Namun, setidaknya ia lega karena Liam sudah berada di tangan yang tepat saat ini. Mobil Jason berhenti di halaman rumah kediaman Charles dan Emma. Langsung saja mereka masuk. Di ruang tamu, semua orang berkumpul. Charles, Emma, Alex, Shila, bahkan Jared—kakaknya ada di sana. Emily lantas menghampiri Emma yang sedang menggendong bayi. Emma yang tahu perasaan Emily pun menyerahkan bayi itu. Dengan perasaan yang sulit dijelaskan serta air mata yang mewakili kebahagiaannya, Emily akhirnya kembali menggendong Liam. Anaknya yang sudah menghilang beberapa waktu. Emily menangis. Shila pun mendekat ke arah sahabatnya dan memeluknya. “Sekarang, Liam
Di tempat yang berbeda, Jason berkali-kali berdecak dan mengumpat karena Alex tidak kunjung datang. Ke mana laki-laki itu, apakah menuntaskan hajat sampai harus bermenit-menit. Jason curiga kalau sebenarnya Alex bukannya ke kamar mandi untuk buang air, tetapi justru bertapa. Jason melihat jam berwarna hitam yang melingkar di tangannya. Jarum panjang jam sudah berganti ke angka empat. Itu artinya sudah lebih dari dua puluh menit laki-laki itu di apartemennya.“Ke mana dia?” gumam Jason.Jason memeriksa ponselnya. Tadi, ponselnya mati jadi tidak bisa digunakan untuk menghubungi Alex. Setelah dicharger di dalam mobil, akhirnya ponselnya menyala. Jason buru-buru mencari kontak nama Alex. Begitu ingin dihubungi, ada tiga pesan muncul dari orang yang ditunggu. Jason membukanya. Ada satu video sedikit panjang di sana. Sedikit curiga, akhirnya Jason memutarnya. Di dalam video itu, ia hanya melihat gambar berwarna putih. Jason mendengus kesal. “Apa yang dilakukan dia sebenarnya.” Baru saja
Jason tidak menghiraukan ucapan Alex. Tadi, di rumah Alex, Jason sempat berdebat sengit dengan pria itu. Shila bahkan sampai harus melerai. Karena ucapan wanita itu, Jason memilih keluar dan pulang ke apartemennya untuk mengambil sesuatu. Dia akan bersiap untuk menemui Jeffry. Siapa yang menyangka kalau ternyata Alex mengikutinya. Hingga akhirnya, laki-laki itu menghadang di depan pintu apartemen miliknya. “Minggir!” ucap Jason yang ke sekian kalinya namun tidak juga mendapatkan respon dari Alex. Alex menggeleng. “Kau mau mendapatkan masalah lain? Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jeffry, maka dia bisa saja mengelak atas semua tuduhan,” jelas Alex. Wajah laki-laki itu terlihat sangat serius. “Lalu, kau mau aku hanya diam sementara dia berhasil membuat Emily menjadi korban kekerasan fisik dan seksualnya. Kau mau aku tetap diam dan membiarkan dia terbahak keras di ranjang rumah sakit?!” sorot mata Jason penuh kobaran api amarah.Alex bahkan sampai menunduk karena tidak kuat menatap
Shila menggigit bibir dan meremas jemarinya. Jantungnya berdetak kencang karena sejak tadi dua orang yang ia tunggu tidak kunjung keluar daei bangunan megah itu. “Mereka sebenarnya sedang mencari apa? Kenapa lama sekali? Apakah jangan-jangan mereka ketahuan lagi?”Pikiran buruk mengenai dua sahabatnya langsung terbayang. Namun, Shila segera menepis pikiran buruk itu agar tak menjadi sugesti baginya.Jantungnya nyaris mencelus ketika mendengar suara berisik di sampingnya. Ia mengira salah seorang pengawal berhasil mengetahui keberadaannya. Namun, jauh dari dugaan karena Jason dan Alex-lah yang datang. Shila yang semula tak berani bergerak dan hanya mematung di tenpat, menghampiri dua lelaki itu setelah memastikan bahwa mereka adalah kawan-kawannya. “Apakah kalian baik-baik saja? Kalian berhasil?”Jason mengangguk. “Sepertinya keberuntungan sedang berpihak. Kita berhasil mendapatkan rekamannya.” Jason mengambil flashdisk yang ia simpan dan menunjukkannya pada Shila. Wanita itu menghel
Tiga orang yang baru saja datang dipersilakan duduk oleh seorang pria yang mengenakan jas berwarna hitam. Pria yang berumur sekitar empat puluhan itu tampak masih bugar, walau rambutnya memutih di beberapa bagian.“Jadi, apa rencanamu?” celetuk Jason sembari melihat-lihat dokumen di hadapaannya. “Kau belum mengenalkan mereka padaku.” timpal Mark yang bergantian menatap Alex dan Shila. "Kuharap kalian tidak tersinggung. Aku tidak bisa mengatakan langkahku pada orang asing, karena ijni menyangkut nyawa seseorang. Bukan begitu?""Kau benar. Perkenalkan, aku Alexander Danison, sahabat Emily."Mark menyambut jabatan tangan itu ramah dengan senyum terkembang. "Oh, Tuan Danison. Bagaimana mungkin aku tidak mengenalimu. Seorang pengusaha besar dan selevel dengan Jeffry Allen. Kuharap aku tidak salah.""Kau terlalu berlebihan, Tuan Jefferson." Alex membalas sambutan Mark dengan sikapnya yang rendah hati. Ia lantas menoleh pada Shila. "Ini Shila Andreas. Ia juga sahabat Emily." "Hmm ... aku j
Ide yang Jason lontarkan lantas membuat ketiga orang menaruh perhatian penuh pada Tamara. Mulai sekarang, Jason yang akan mengambil alih penyelidikan wanita itu. Sementara, Alex dan Shila akan mencari sesuatu soal Jeffry. Keduanya bertekat akan membuat laki-laki itu membayar atas apa yang dilakukan pada sahabatnya. “Aku akan pulang ke rumah,” ucap Jason setelah merancang rencana di kepalanya“Untuk apa?” kening Shila berkerut. “Bagaimana dengan Tamara? Bukankah kau mau menyelidikinya sendiri?” “Memang. Tapi, aku akan minta bantuan orang tuaku untuk menghubungi detektif Jefferson. Kemarin aku belum sempat bertemu dengan mereka.” “Baiklah. Pulang saja, kita berdua nanti akan mencari informasi soal Jeffry.”“Bagus. Kalau begitu, aku akan mengunjungi kwdua orang tuaku. Kalian urus dengan baik dan kabari aku perkembangannya.” Alex dan Shila mengangguk sebagai respon atas ucapan Jason yang layaknya seorang pimpinan. Jason pamit dan segera menuju ke kediaman orang tuanya. Ia tak sempat
Emily memang jauh lebih aman berada di mansion Alex. Setelah Shila dan Jason secara bergantian mengunjunginya, hari ini, dikarenakan akhir pekan, keempatnya berkumpul dan membahas mengenai Liam.Jason yang semula memang curiga pada Tamara, memutuskan membiarkan wanita itu untuk tinggal di apartemennya bersama Aaron. Namun, dengan adanya Emily di kediaman Alex, Jason harus bolak-balik apartemen dan rumah Alex untuk memastikan Emily benar-benar dalam keadaan baik-baik saja.Bagaimanapun, ia tak mengenal Alex dan lagi pula Alex adalah pria yang dulu sangat dekat dengan Emily. Bahkan sampai kini Jason tidak rela menerima kenyataan itu.“Aku tidak bisa mengatakan apa pun selain satu hal, aku tengah mengawasi seseorang yang mungkin akan memberi titik terang pada kita mengenai Liam,” ucap Jason sembari memeriksa berkas-berkas tentang pelaporan yang diajukan olehnya pada pihak kepolisian. “Mereka tidak bergerak sama sekali. Lihatlah!”Alex tampak
Tamara baru saja selesai membersihkan diri dan tak juga menwmukan Jason pulang ke apartemennya. Ia menunggu Jason yang juga sama sekali tidak menghubungi. “Ke mana Jason sebenarnya? Dia bahkan tidak meneleponku seharian.” Tamara memberengut dan menuju meja riasnya. Ia melihat pantulan dirinya sendiri. Tamara melihat seorang wanita cantik dengan guratan senyum yang menawan. Ia menyukai bentuk wajahnya. “Tak heran banyak pria menggilaimu, Tamara. Kau memang memesona,” pujinya pada diri sendiri. Mengenang banyak lelaki yang masuk dalam hidupnya, Tamara hampir tidak percaya kalau dirinya sempat menjalin hubungan dengan Jared. Semua bermula dari kehadirannya di kediaman McKennel dan dirinya tak menemukan Jason di mana pun. Lalu ketika sedang berjalan-jalan di dalam rumah keluarga McKennel, ia menemukan sosok yang dikenalnya, tengah berada di dalam ruangan yang asing baginya.Tamara kala itu masuk dan mengunci pintu. Ia lalu mendekap tubuh Jared dari belakang serta memberikan sentruhan se
Jeffry tak pedulikan ponselnya yang terus berdering. Ia terus menyumpah serapah Emily. Wanita itu berani sekali menusuknya. Jeffry mengabari dua penjaga untuk membantu. Tidak butuh waktu lama akhirnya anak buahnya menemukan Jeffry yang masih berada di ranjang dengan pisau menancap di tubuhnya. Salah satu penjaga memanggil ambulans. Sekitar lima belas menit kemudian, ambulans tiba dan membawa Jeffry ke rumah sakit. Laki-laki itu bersumpah akan membuat Emily merasakan penderitaan yang jauh lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Karena perempuan itu, ia sampai masuk ke tempat yang sangat dibencinya. ***Di lain tempat, Emily berhasil sampai di telepon umum. Ia pun menghubungi Alex dan menceritakan garis besar tentang kondisinya saat ini. Tentu saja, Alex terkejut ketika mendengar penuturan Emily. Meski larut, Alex segera melajukan tunggangannya membawa Emily ke mansionnya. Alex juga menghubungi Shila untuk datang begitu juga dengan Jason. Kini, mereka bertiga ada di kediaman Alex. Sh