Home / Romansa / Little Wife / 1. Hak dan Kewajiban

Share

1. Hak dan Kewajiban

Author: Asia July
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Nama Elsa Putri yang ia sandang semenjak lahir sudah berganti menjadi Elsa Fernandez dalam beberapa menit yang lalu. Ketika nama itu ia ucapkan dengan lidah dalam bisikan kecil, rasanya sangat aneh dan kedengarannya juga tidak cocok. Cincin yang terselip di jari manis Elsa saat ini pun terasa semakin berat dari menit ke menit. Dia mencoba mengabaikan tatapan-tatapan penuh penilaian dari wajah-wajah yang sama sekali tidak dia kenal.

Keluarga terdekat Fernandez diundang dalam acara pernikahan yang cukup mendadak ini. Tiga hari yang lalu Elsa masih mengurung diri di dalam kamarnya mengerjakan tugas sekolah, sekarang dia telah berdiri di sini, di samping pria tinggi dengan gestur kaku, suaminya.

Elsa tidak tahu harus merasakan apa selain dorongan untuk meraung tangis, tapi dia sudah melakukannya pada dua malam sebelumnya. Rasa gejolak di perut itu semakin melonjak naik ketika veil putih di atas kepalanya disingkap, dan kilatan kamera membuat Elsa mengernyit. Lalu Elsa mendongak, menatap wajah Leon Fernandez yang tampan. Lelaki tertampan yang pernah Elsa lihat.

Tapi sayangnya, sepertinya Leon tidak menyukainya, ketika seharusnya pria itu mencium Elsa, dia malah menyunggingkan senyum miring penuh ejekan lalu mendekatkan tubuh dan seolah mencium pipi Elsa, tapi bibirnya tidak pernah sampai di sana, karena setelahnya kilatan kamera itu datang dan semua orang bertepuk tangan ringan, seolah enggan.

Menit yang berlalu terasa seperti berada berjam-jam di dalam neraka, Elsa hanya perlu memasang senyum, berfoto dengan beberapa sepupu yang tidak bisa ia tatap mukanya karena perbedaan sosial yang jelas ia rasakan, insecurity itu menghantam Elsa dengan keras. Bagaimana bisa keluarga Fernandez yang terpandang dan kaya raya, menikahkan putra sulungnya dengan perempuan biasa dan miskin yang terlilit utang seperti Elsa Putri, hal itu masih sangat sulit diterima oleh nalarnya. Sekeras apapun Elsa mencoba untuk meredam kesedihannya, nyatanya rasa itu tetap hadir, semakin besar.

Elsa bertemu dengan ibu mertuanya, yang ia panggil Mami, atas permintaan wanita setengah baya itu sendiri.

"Kamu mau istirahat, Nak? Daritadi berdiri terus, pasti tumit kamu sakit."

Perkataan penuh perhatian yang merasuk ke dalam dada Elsa dan menghangatkannya. Tidak pernah ada yang berkata selembut itu padanya. Bahkan Mamanya sendiri pun tidak peduli pada apa yang Elsa rasakan. Tapi mendapati Mami mertuanya menerima dirinya dengan tangan terbuka membuat Elsa lega. Dia bisa bertahan karena hal itu.

"Elsa baik-baik aja, Mi," jawab Elsa sembari memasang senyum yang dipaksakan. Dia tidak ingin dicap sebagai menantu yang manja.

Sangat jelas terlihat tatapan tidak setuju dari Mami Maya, namun wanita berdarah Jawa yang sangat cantik itu tidak ingin memaksa Elsa. "Yaudah, kamu tahan sebentar ya, acaranya bakal segera selesai kok."

Sebagai jawabannya, Elsa memasang senyum, lalu kemudian menatap kepergian Mami Maya yang masuk ke dalam rumah, karena acara pernikahan tertutup ini dilaksanakan di halaman belakang kediaman Fernandez.

Elsa dapat kembali bernapas lega ketika pesta telah usai, kini Elsa duduk di sebuah bangku meja rias sambil menatap ke depan, ke pantulan wajahnya yang masih diriasi make up pengantin, namun matanya berkaca-kaca. Entah kenapa, bayangan kehidupan kedepannya membuat Elsa takut.

Lalu Elsa mendengar suara langkah kaki di belakangnya yang disusul dengan desisan tajam, "Jangan nangis."

Elsa patuh dan menahan air matanya lagi. Setelah itu menatap pantulan sosok mamanya yang berdiri di belakang. Dalam balutan kebaya mewah dan riasan make up tebal yang mempercantik wajahnya, Diandra berdiri dengan angkuh, berwajah masam yang sedetik kemudian berubah ceria.

Diandra mendekati Elsa dan memeluknya erat dari belakang. Bisa dikatakan, bahwa itu adalah pelukan pertama yang diberikan mamanya kepada dirinya setelah bertahun-tahun, mungkin itu juga pelukan pertama selama 16 tahun Elsa hadir di dunia. Entahlah, yang pasti rasanya begitu asing, sehingga Elsa ingin segera lepas dari pelukan itu segera.

"Mama bener-bener bangga! Ternyata tidak sia-sia Mama merawat kamu dan mempercantik wajah kamu selama ini, karena sekarang kamu berhasil menikah sama orang kaya raya. Ya, walaupun dengan sedikit bantuan dari ayah kamu yang gak berguna itu."

Ludah seolah tercekat di tenggorokan Elsa, dia tidak mengira bahwa ucapan mamanya itu mampu menimbulkan rasa sakit yang mencengkram di dalam dada. Memang, kalau bukan karena hutang ayahnya yang mustahil terbayarkan itu, Elsa tidak akan berada di sini saat ini, menikah pada usia 16 tahun, dengan lelaki yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Itu sangat gila, namun itulah yang terjadi.

Ayah Elsa berhutang uang dengan jumlah besar pada keluarga Fernandez. Akal-akalan ayahnya yang mengatakan bahwa itu untuk menghidupkan kembali perusahaannya yang telah mati, padahal semua uang itu ia pergunakan untuk judi dan berfoya-foya. Elsa marah pada ayahnya, pada Mama, dan pada kehidupannya sendiri. Namun Elsa cukup sadar bahwa amarah itu tidak akan membuahkan hasil apapun, tidak akan merubah semua yang telah terjadi.

Diandra melepas pelukannya dan berdiri di samping Elsa, menunduk lalu mencengkram rahang Elsa dengan kedua jari tangannya yang berkuku panjang diberi polesan merah gelap mengilap.

"Kamu ingat yang sudah mama bilang pada kamu?"

Air mata itu sudah tidak dapat Elsa bendung lagi. Sebuah beban besar menghimpitnya begitu keras. Elsa bertanya-tanya pada tiga malam sebelumnya kenapa dia tidak memilih untuk menyerah karena hal itu akan selalu lebih mudah dilakukan. Tapi seolah dia memiliki pilihan saja, kalau mau hidup, maka inilah jalannya.

Dalam artian yang Elsa pahami, menikah adalah suatu ikatan suci antara lelaki dan perempuan yang menimbulkan hak dan kewajiban tertentu.

Hak suami dan kewajiban istri.

Namun, Elsa memiliki kewajiban lain selain harus mengabdikan dirinya pada suami. Kewajiban yang berkaitan dengan pengambilan dan kekuasaan atas sesuatu.

Yaitu; pertama, mengambil hati suaminya. Dan kedua, menguasai seluruh hartanya.

[to be continued] 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Willny
keluarga maruk harta, liat aja tar klo leon ud bucin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Little Wife   2. Gairah

    Sepanjang hari yang cerah ini, Leon tidak melepas perhatiannya dari gadis bergaun putih berjalan di atas rerumputan di antara keluarganya yang hadir. Kenangan dua tahun lalu pada gadis pemberi payung itu tidak pernah luput dari benak Leon. Bagaimanapun, dia seseorang yang beradap dan tentu tahu apa itu ucapan terima kasih.Leon pernah berpikir untuk mencari gadis kumuh itu dan menampungnya di salah satu panti asuhan milik keluarganya, tapi niat itu Leon urungkan. Dan lihatlah, betapa takdir kehidupan begitu enjoy mempermainkannya, sekarang gadis itu ada di sini, bahkan telah menyandang status sebagai istrinya.Leon meras

  • Little Wife   3. Tinggal Bersama

    Malam semakin larut, Leon sekali lagi menyesap kopinya dengan khidmat.Well, tidak benar-benar khidmat sebenarnya, karena benak lelaki itu dipenuhi oleh hal lain selain kafein yang menyesap ke dalam sistemnya. Dia seharusnya fokus kepada layar laptop tempat pekerjaannya yang menunggu untuk diselesaikan, namun sedari tadi, Leon justru memikirkan hal lain. bertanya-tanya mengapa istri kecilnya tidak kunjung datang.Leon memang menolak keras untuk sekamar dengan gadis itu. Dia tidak menyukai orang lain berada di dalam ruangan pribadinya, apalagi seseorang yang akan tidur dengannya. Oleh karena itulah kenapa Leon menjadi gel

  • Little Wife   4. Malam Pertama

    Pada akhirnya, Elsa masuk ke dalam kamar Leon dan sangat bersyukur bahwa lelaki itu tengah ada di kamar mandi,night showermungkin, terdengar dari air yang mengalir. Itu artinya, Elsa tidak perlu berhadapan dengannya dan dia hanya akan menyelinap masuk ke dalam selimut lalu tidur.Atau pura-pura tidur, karena beberapa saat kemudian setelah tubuhnya terbaring di atas ranjang, pintu kamar mandi terbuka, dan Elsa tidak bisa menghentikan degup jantungnya yang sangat kencang.Leon sedikit terkejut, mendapati tubuh mungil yang membelakanginya itu berada di atas ranjangnya yang besar dan luas. Sweater cokela

  • Little Wife   5. Leon dan Elsa

    Tiga hari berikutnya, pernikahan Leon dan Elsa berlalu begitu saja. Mereka masih tidur di satu ranjang walaupun Elsa masih diliputi rasa gugup yang sama, namun dia tidak bisa menyangkal bahwa tidurnya setiap malam lebih nyenyak ketimbang malam-malam sebelumnya yang dia habiskan di dalam kamarnya yang sempit, yang hanya beralaskan kasur lipat tipis.Namun pada siang harinya, Elsa meminimalisir waktunya sebanyak mungkin di dalam kamar dan dia lebih sering bersama mami mertuanya. Menghabiskan banyak waktu di dapur, mencoba menu-menu baru yang tidak pernah Elsa ketahui sebelumnya. Sedangkan sang ayah mertua masih dalam perjalanan bisnis di Paris menggantikan Leon. Dan Leon sendiri, sekalipun dalam masa libur, masih disibukkan dengan pekerjaannya y

  • Little Wife   6. Terlalu Menggoda

    Kehidupan Elsa tidak pernah sama seperti remaja kebanyakan. Ketika yang lain menghabiskan waktu mereka dengan smartphone masing-masing dan bersosialisasi dengan banyak orang di seluruh dunia, Elsa terisolasi di dalam rumah mengerjakan pekerjaan rumah juga sepulang sekolah harus kerja paruh waktu di toko. Hal itu membuat Elsa memahami beberapa hal yang belum seharusnya ia pahami di usia yang begitu belia.Di sekolah, Elsa terkenal sebagai gadis cupu siswi kesayangan guru. Kegemarannya dalam membaca buku dan mengerjakan soal-soal eksak membuatnya selalu menjadi juara di kelas. Namun hal itu juga sekaligus menjauhkan orang lain darinya.

  • Little Wife   7. Teman Sekolah

    Rasanya seperti sudah berjam-jam matanya tertutup, Elsa pikir hari sudah siang. Dia terbangun di atas ranjang kamarnya dengan pikiran linglung. Jamdigitaldi atas nakas menunjukkan bahwa beberapa jam yang dirasakannya ternyata hanya dua jam, kini sudah pukul 1 dini hari.Elsa menyadari bahwa Leon tidak ada di sampingnya, dan seprai itupun tidak tampak seperti telah ditempati. Dia menyingkap selimut dan menurunkan kedua kakinya ke lantai, baru menyadari bahwa pakaian yang digunakannya bukan jenis pakaian tidur yang biasa ia gunakan. Kepala Elsa pun mulai memutar balik kejadian sebelumnya.Dan di saat i

  • Little Wife   8. Marah?

    "A-aku... pulang dulu," kata Elsa. Arya menganggukkan kepala, tersenyum, lalu tangannya refleks terangkat dan mengacak rambut Elsa. Dan setiap pergerakannya itu tidak luput dari pengamatan Leon di balik kaca hitam mobil.Elsa tampak memaksa seyum walaupun dia merasa sangat gugup sekarang, lalu dengan tergesa dia masuk ke dalam mobil. Elsa langsung merasa kecil, kecil sekali sampai dia tidak berani mendongakkan kepalanya. Beberapa saat dalam keheningan dan Leon tidak juga menyalakan mesin mobil."Sore, kak Leon." Elsa menyapa canggung, melirik Leon hati-hati, namun Leon tidak menyahut. "Kenapa?" tanya Elsa heran.

  • Little Wife   9. Perempuan Asing

    Elsa sampai di depan pintu apartemen yang Mami beritahukan padanya, berikut dengan kata sandi unit tersebut. Sekarang, melihat pintu metal yang tampak sangat kokoh itu, membuat nyali Elsa menciut, pegangan pada tali tas bekalnya semakin erat. Bagaimana dia bisa menyetujui ide maminya ini tanpa berpikir terlebih dahulu? Bagaimana respon Leon nanti? Dia pasti bakal marah besar kalau sampai tahu Elsa datang ke sini.Kata Mami, Elsa bisa langsung mengetik kata sandi di pintu itu dan membukanya. Tapi Elsa bahkan tidak tahu harus mengetik di mana. Lagipula, jika dia melakukan seperti yang Maminya sarankan, hal itu terkesan tidak sopan sekalipun pemilik apartemen ini adalah suaminya sendiri. Apalagi dengan hubungan pernikahan mereka yang sangat membi

Latest chapter

  • Little Wife   Extra Part : Keluarga

    Ketika menginjak usia tahun pertamanya, Samudera sudah bisa berjalan dan menyebut Leon maupun Elsa sebagai Mama Papa, walau pelafalannya masih tidak terlalu jelas.Mereka juga sudah tidak lagi tinggal di apartemen. Leon membeli sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman sangat luas, di depan maupun belakang.Elsa juga melakukanhomeschoolinguntuk mengejar ketinggalannya, sedang saat itu, Samudera akan diasuh oleh Leon atau Mami di ruangan yang berbeda. Di hari-hari libur, Elsa biasanya akan berkebun, menanam berbagai jenis tumbuhan dan bunga di pekarangannya.Seperti hari ini, Elsa tengah sibuk mencampur tanah dengan pupuk untuk bunga lili yang baru saja ia beli. Samudera duduk di sampingnya, membantu Elsa, mencontoh setiap gerakan yang Elsa lakukan. Namun, yang Samudera lakukan justru hanya membuat Elsa tertawa.Sementara itu, Elsa sama sekali tidak menyadari kedatangan Leon di belakangn

  • Little Wife   Extra Part : Tentang Kebahagiaan

    Dulu, Elsa pikir melahirkan itu akan sangat menyakitkan dan menjadi ibu pasti akan sangat melelahkan. Namun, setelah memegang Samudera di dalam gendongan tangannya, semua rasa takut Elsa itu hilang.Kini hanya ada kebahagiaan.Samudera Fernandez, seolah menjadi mentari di dunia Elsa yang selalu redup. Bahkan hanya dengan menatap sang putra tertidur saja, dada Elsa bisa langsung membuncah oleh bahagia. Dia tidak bisa meninggalkan Samudera barang sedikitpun.Bahkan hanya untuk makan dan mandi, Elsa menjadi lupa, jika saja Leon tidak ada. Maka di sini, Leon secara tidak langsung mengurus dua bayi sekaligus.Kejadian yang menimpa Elsa sebelumnya membuat Elsa menjadi lebih berhati-hati. Dia membaca banyak sekali buku tentangparentingkarena dalam hal ini, baik Elsa maupun Leon sama-sama tidak berpengalaman dalam mengurus anak, terutama Elsa.Kini usia Samudera sudah menginjak ang

  • Little Wife   40. Epilogue

    Kelopak mata gadis yang tengah berbaring di bangkar rumah sakit itu langsung terbuka. Terik sinar matahari yang masuk melalui jendela membuatnya mengernyit. Saat itulah hantaman rasa sakit di kepalanya terasa.Elsa meringis, refleks memegangi kepalanya sambil mencoba bangkit, gerak impulsifnya yang biasa setiap kali bangun tidur adalah pasti memegangi perutnya terlebih dahulu agar tidak tertindih ketika ia mencoba bangkit duduk.Namun ada yang aneh. Terasa sangat-sangat aneh! Pertama-tama, Elsa melirik sebelah tangannya yang dimana di sana tertancap jarum infus yang ditutup oleh plaster putih kecil, lalu mata Elsa beralih pada perutnya yang rata.Dia terdiam untuk beberapa saat, mencoba untuk mengumpulkan semua kesadarannya dan mencerna apa yang tengah terjadi pada dirinya sendiri.Elsa mengingat tentang api... dan asap yang membumbung tinggi. Udara yang seharusnya lembab sehabis hujan menjadi panas membara. D

  • Little Wife   39. Rasa Takut

    Leon memperhatikan bangunan villa itu untuk beberapa saat yang gerbangnya langsung terbuka ketika mobil Leon mendekat. Ini sudah malam dan badai terjadi dengan begitu lebat. Petir dan gemuruh di langit saling bersahutan.Leon mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu bawahannya yang tengah menyusul di belakang. Leon tahu dia seharusnya tidak datang sendiri, namun ketika mengetahui keberadaan Elsa setelah melacak ponsel Diandra, Leon tidak membuang sedetikpun waktu untuk segera datang kemari.Sebuah mobil terparkir di halaman villa tersebut, yang tampak kurang terurus. Lalu beberapa saat setelah mesin mobil Leon mati, gerbang kembali terbuka dan sebuah mobil lainnya masuk. Awalnya Leon mengira bahwa itu adalah anak buahnya. Namun ketika mobil tersebut berhenti di depan teras, seorang pria keluar dengan membawa tas yang cukup besar di tangannya. Keberadaan mobil Leon di sana sama sekali tidak dicurigainya.Leon membuka sab

  • Little Wife   38. Rencana Mama

    "Mama, kita mau kemana?" tanya Elsa, duduk di bangku penumpang mobil yang dikendarai Diandra.Elsa sudah berulang kali bertanya, namun Diandra terus menjawab dengan jawaban yang sama."Kita pergi refreshing."Perasaan Elsa menjadi tidak karuan. Alarm di dalam dirinya menyala, memperingatkan Elsa bahwa ini bukanlah hal yang baik. Dia duduk di dalam mobil itu dengan penuh antisipasi. Melingkarkan tangan di perutnya sebagai bentuk penjagaan.Ini semua berawal dari Elsa yang lupa mengirimkan uang, sehingga Mama meminta bertemu, namun Elsa tolak berulang kali.Beberapa saat setelah kepergian Leon ke supermarket tadi, Mama tiba-tiba saja datang dan mengajak Elsa untuk keluar. Tentu saja Elsa menolak, namun Diandra memaksanya dan bahkan nyaris menyeretnya keluar.Sampai di sinilah Elsa sekarang.Jalanan yang mereka lewati semakin lenggang. Yang awalnya masih di jalan ra

  • Little Wife   37. Elsa Menghilang

    Di kehamilan Elsa yang sudah memasuki bulan ke delapan, Leon semakin protektif padanya. Elsa jadi sangat jarang sekali keluar rumah, jika bukan ditemani oleh Leon atau Mami mertua.Well, sebenarnya Elsa merasa tidak masalah, sejak dulu dunia luar memang bukan tujuannya. Elsa lebih suka berdiam diri di rumah membaca buku.Namun, akan ada hari di mana Leon malah yang memaksanya untuk keluar. Kata suaminya itu, Elsa butuh lebih banyak bergerak dan sinar matahari. Jadi Leon mengajaknya naik ke rooftop melewati tangga dan bersantai di atas sana.Menurut pemeriksaan dokter Sifa, kandungan Elsa baik-baik saja dan sangat sehat. Elsa juga selalu menerima foto hasil USG yang menampilkan sosok bayi kecilnya di dalam sana. Sampai saat ini, masih sulit bagi Elsa mempercayai bahwa ada nyawa lain di dalam dirinya yang tengah tumbuh berkembang. Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu. Akan selalu ada rasa ngeri setiap memikirkannya, namun k

  • Little Wife   36. Pengacau Kecil

    Elsa terbangun dari tidur nyenyaknya oleh suara deringan dan getaran ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Elsa menggeliatkan tubuhnya yang terasa pegal-pegal, lalu membuka mata perlahan. Masih sambil mengantuk, Elsa mengambil benda itu dan tanpa melihat nama si pemanggil, dia memencet tombol jawab."Halo?"Terdengar suara helaan napas berat di ujung sana. "Apa aku membangunkanmu?"Elsa membuka lebar matanya dan melihat nama si pemanggil. Saat itu juga pipinya langsung bersemu merah."Kak Leon...""Ini sudah waktunya makan siang, kamu belum makan apapun semenjak kemarin malam, sebaiknya kamu bangun dan datanglah ke sini. Kita akan makan siang bersama.""Hm..." jawab Elsa, lalu menguap setelahnya.Leon terkekeh. "Baiklah, akan kutunggu."Setelah sambungan telepon itu terputus, Elsa beringsut bangkit dari kasur lalu bersiap-siap untuk berangkat.

  • Little Wife   35. Sisi Rapuh Elsa

    "Pak Leon, bagaimana menurut Anda pesta malam ini?" tanya seorang wanita berparas cantik itu pada Leon."Hm," jawab Leon singkat."Ck, kamu ini... masih saja sedingin itu," gerutunya."Haha... tentu saja Delia, apa lagi sekarang pak Leon sudah punya istri." Pria paruh baya di hadapan Leon berbicara, disusul dengan kekehannya."Apa?! Kamu sudah menikah, Leon? Seriusan?""Dan kudengar, istri pak Leon lagi hamil."Wanita bernama Delia itu menatap tidak percaya, lalu menjauh dari Leon. Tangannya yang semula merangkul pria itu langsung terlepas dan kembali ke sisi ayahnya. "Maafkan aku," katanya canggung.Leon tersenyum memakluminya.Lalu obrolan tersebut dilanjutkan dengan pembahasan bisnis. Beruntung malam ini Leon membawa serta Elsa, kalau tidak, Mahardika Adidya di hadapan saat ini pasti sudah menjodoh-jodohkannya dengan anaknya, Deliana Mahardika.

  • Little Wife   34. Pesta

    "Sudah siap?" tanya Leon, menyentuh bahu Elsa yang terbuka oleh dress selutut tanpa lengan yang perempuan itu kenakan. Tatapan Leon mengunci mata Elsa di cermin. Elsa tampak anggun dengan balutan dress berwarna biru itu. Rambut panjangnya tergerai indah di punggung. Wajahnya dipolesi riasan make up tipis, serta stileto tinggi berwarna hitam yang semakin memesona tampilannya.Elsa sudah siap untuk menghadiri pesta itu.Pesta yang tiga hari lalu Leon beritahukan padanya."Kamu gugup," kata Leon.Elsa mengangguk tanpa ragu."Kenapa?""Kak Leon kan bilang, bahwa seharusnya hubungan kita ini dirahasiakan, tapi kenapa sekarang kita harus menghadiri pesta ini di mana semua kolega dan teman-teman kak Leon bisa melihat aku. Mereka mungkin akan langsung tahu bahwa aku istri kak Leon." Elsa mengungkapkan perasaannya dengan resah.

DMCA.com Protection Status