Beranda / Fantasi / Lintas Takdir dan Kutukan / bayangan di balik kedamaian

Share

bayangan di balik kedamaian

Penulis: masfaqih625
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 12:59:52

Bab 18: Bayangan di Balik Kedamaian

Beberapa minggu berlalu sejak Ananta kembali ke kerajaan dan mengakhiri kutukan yang telah menghantui keluarganya selama berabad-abad. Rakyat kini hidup dalam suasana yang lebih damai. Pasar kembali ramai, anak-anak berlarian di jalanan, dan langit kerajaan bersih dari aura kegelapan. Namun, kedamaian itu hanya permukaan. Jauh di dalam hati Ananta, ia merasakan sesuatu yang belum selesai.

Malam itu, Ananta duduk di ruang kerjanya, mempelajari peta kerajaan dan catatan-catatan lama tentang kutukan yang baru saja dihancurkannya. Meski Pedang Cahaya telah menghancurkan sumber utama kegelapan, ia merasa bahwa perjalanan mereka belum benar-benar selesai. Peta di depannya menunjukkan wilayah-wilayah yang masih terpengaruh oleh sisa-sisa kegelapan, khususnya di perbatasan barat.

“Aku tidak bisa membiarkan ini begitu saja,” gumamnya, menatap titik merah di peta yang menandai Desa Kalapa, sebuah tempat terpencil yang kabarnya mas
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Lintas Takdir dan Kutukan   sosok bayangan

    Bab 19: Sosok BayanganAngin malam terasa menusuk tulang. Ananta, Randu, dan Sekar berdiri membeku di hadapan sosok misterius yang memancarkan aura kegelapan. Wajahnya tidak sepenuhnya terlihat, tertutup oleh kabut hitam yang terus bergerak seperti asap. Namun, tatapan matanya yang merah menyala itu cukup untuk membuat siapa pun merasa terintimidasi.“Siapa kau?” seru Ananta, suaranya tegas, meski jantungnya berdegup kencang.Sosok itu tidak langsung menjawab. Ia memiringkan kepala, seolah sedang mengamati Ananta dengan rasa ingin tahu. Setelah beberapa saat, ia berbicara dengan suara berat dan menggema. “Aku adalah bayangan yang kau bangunkan, wahai pewaris takhta. Namaku Zuraq, dan aku adalah manifestasi dari sisa-sisa kutukan leluhurmu.”Sekar yang berdiri di belakang Ananta melangkah maju. “Kutukan itu telah dihancurkan! Pedang Cahaya telah menghancurkan sumber kegelapan itu. Kau seharusnya tidak ada lagi!”Zuraq tersenyum dingin. “Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Lintas Takdir dan Kutukan   mantra penghabisan

    Bab 20: Mantra PenghabisanLangit di atas Desa Kalapa kini sepenuhnya tertutup kegelapan. Kabut hitam yang memancar dari tubuh Zuraq semakin pekat, mengubah suasana desa menjadi medan pertempuran yang mengerikan. Ananta, Randu, dan Sekar berdiri saling berdekatan, bersiap menghadapi kekuatan baru yang Zuraq lepaskan.Di tengah tekanan itu, Sekar mulai merapal mantra pelindung yang lebih kuat. Ia menggenggam tongkatnya dengan erat, memfokuskan energi magisnya untuk menciptakan lingkaran cahaya yang melindungi mereka dari serangan bayangan yang terus berdatangan.“Ananta, aku butuh waktu untuk menyelesaikan ini,” kata Sekar, napasnya mulai berat. “Mantra ini akan mengusir kabut hitam, tetapi aku perlu kau dan Randu untuk menjaga agar Zuraq tidak mendekat!”Ananta mengangguk. “Kau bisa mengandalkan kami.”Randu memutar tombaknya dan mengambil posisi di samping Ananta. “Aku akan memastikan makhluk-makhluk itu tidak mengganggu. Kau fokus pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Lintas Takdir dan Kutukan   jejak kegelapan

    Bab 21: Jejak KegelapanCahaya pagi yang hangat menyinari Desa Kalapa, menyapu sisa-sisa kegelapan yang semalam melanda. Penduduk desa yang sebelumnya bersembunyi di dalam rumah mulai keluar, wajah mereka penuh rasa takut bercampur lega. Ananta, Randu, dan Sekar berdiri di tengah desa, tubuh mereka masih terasa lelah setelah pertempuran besar melawan Zuraq.“Apakah semuanya sudah berakhir?” tanya salah satu penduduk dengan suara gemetar.Ananta mengangguk. “Untuk saat ini, ya. Kegelapan yang menguasai desa ini telah lenyap. Tapi kalian harus tetap waspada. Kita tidak tahu apakah ancaman serupa akan muncul lagi.”Randu, yang sedang membalut lukanya sendiri, menimpali, “Setidaknya untuk saat ini, desa ini aman. Tapi kita punya tugas lain, Ananta. Kita harus menyelidiki dari mana kegelapan itu berasal.”Sekar mengangguk, wajahnya serius. “Aku setuju. Zuraq menyebut dirinya sebagai ‘manifestasi kutukan leluhur’. Jika dia benar, maka mungkin m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Lintas Takdir dan Kutukan   pintu menuju rahasia

    Bab 22: Pintu Menuju RahasiaSetelah meninggalkan Hutan Sempurna, perjalanan Ananta, Randu, dan Sekar berlanjut melewati sebuah lembah sunyi yang dikenal sebagai Lembah Sirna. Menurut legenda, lembah ini pernah menjadi tempat pertempuran besar antara dua kerajaan, tetapi sejak saat itu, tidak ada yang berani tinggal di sana.Langit mulai mendung, dan angin dingin berhembus kencang, membawa aroma lembab tanah yang pekat. Ketiganya berjalan dengan langkah hati-hati, menyadari bahwa setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke rahasia gelap yang mereka cari.“Aku tidak suka tempat ini,” gumam Randu sambil mengencangkan pegangan pada tombaknya. “Terlalu sepi.”Sekar menatap sekeliling, tongkatnya bersinar samar sebagai pelindung. “Ketenangan seperti ini sering kali menjadi tanda bahaya. Kita harus tetap waspada.”Ananta, yang memimpin di depan, mengangguk setuju. Pedang Cahayanya tergantung di pinggangnya, siap digunakan kapan saja.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Lintas Takdir dan Kutukan   bayangan dibalik gerbang emas

    Bab 23: Bayangan di Balik Gerbang EmasLorong di bawah tanah itu dipenuhi dengan keheningan yang begitu mencekam, hanya terdengar gema langkah kaki Ananta, Randu, dan Sekar yang bergerak hati-hati. Pintu emas besar di ujung lorong semakin mendekat, namun atmosfer di sekitarnya terasa semakin berat, seolah menekan jiwa mereka.“Pintu ini...” gumam Sekar, matanya memperhatikan setiap ukiran pada logam emas itu. “Ada energi yang luar biasa di sini. Rasanya seperti... dia hidup.”Randu memegang tombaknya lebih erat, tubuhnya kaku. “Apa pun yang ada di balik pintu itu, kita harus bersiap. Ini tidak akan mudah.”Ananta menatap ukiran tulisan kuno di tengah pintu, lalu perlahan menyentuhnya. Kalimat itu berbunyi:"Hanya mereka yang hatinya murni yang dapat melangkah. Kegelapan akan menelan sisanya."Seketika, pintu itu bergetar pelan, seolah merespons sentuhannya. Ukiran mata seekor naga di tengah pintu perlahan bersinar merah, mencipta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Lintas Takdir dan Kutukan   Benturan Dua Cahaya

    Bab 24: Benturan Dua CahayaPukulan pertama dari pedang pria berjubah hitam menghantam lantai dengan kekuatan besar, menciptakan ledakan energi gelap yang membuat Ananta, Randu, dan Sekar terpental. Pilar-pilar kristal di sekitar mereka bergoyang, memancarkan kilauan yang menyilaukan.Ananta segera bangkit, mengangkat Pedang Cahaya untuk menangkis serangan berikutnya. Dentingan logam bergema keras ketika dua pedang sakral itu bertemu, memancarkan percikan cahaya dan kegelapan yang beradu.“Kau tidak akan melewati ruangan ini tanpa menumpahkan darah,” kata pria itu, suaranya dingin seperti es.“Aku tidak peduli siapa kau,” balas Ananta. “Aku di sini untuk menghentikan kegelapan, dan tidak ada yang bisa menghentikanku!”Pria itu menyeringai. “Kau tidak tahu apa yang kau hadapi.”Serangan BalikRandu berlari dengan tombaknya, mencoba menyerang dari sisi lain. Namun, pria berjubah itu mengayunkan pedangnya ke tanah, menciptakan g

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Lintas Takdir dan Kutukan   Badai di Puncak Kegelapan

    Bab 25: Badai di Puncak KegelapanAnanta, Randu, dan Sekar berdiri di tepi tebing yang menghadap ke Benteng Kegelapan. Di bawah mereka, lembah yang sunyi dan mencekam dipenuhi dengan bayangan bergerak, seolah tanah itu sendiri hidup. Asap hitam pekat naik dari puncak benteng, menyelimuti langit malam dalam kegelapan yang menyesakkan.“Apa kita benar-benar akan turun ke sana?” tanya Sekar, suaranya gemetar meskipun ia mencoba terdengar tegar. Matanya tertuju pada penjagaan ketat di sekeliling benteng. Makhluk-makhluk besar dengan bentuk tak lazim berdiri berjaga, sementara nyala merah di mata mereka menyorot ke segala arah.“Kita tidak punya pilihan,” jawab Ananta sambil menggenggam Pedang Cahaya erat. Cahaya dari pedangnya meredup, seperti merespons aura gelap yang semakin tebal. “Benteng itu adalah tempat di mana semua ini bermula. Dan itu juga tempat di mana semua ini harus berakhir.”---Rencana yang BerbahayaMereka berk

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Lintas Takdir dan Kutukan   Pertemuan dengan kegelapa

    Bab 26: Pertemuan dengan KegelapanSuasana di ruang tengah itu begitu mencekam. Ananta dan Sekar berdiri membeku, pandangan mereka terpaku pada sosok berjubah hitam yang perlahan melangkah maju. Di balik tudungnya, matanya bersinar merah, penuh dengan kebencian dan kekuatan yang tak terukur."Sudah lama aku menantikan saat ini," katanya dengan suara yang bergema seperti ribuan bisikan. "Seorang pemuda yang dipilih Pedang Cahaya, dan penyihir muda yang mengira dia memahami rahasia dunia ini."Ananta mengangkat Pedang Cahaya, meskipun tangannya gemetar. "Siapa kau? Dan apa yang kau inginkan dariku?"Pria itu tertawa kecil, suara yang menggema hingga dinding-dinding ruang itu bergetar. "Aku adalah Panglima Kegelapan, tapi nama itu hanyalah bayangan dari apa yang sesungguhnya aku wakili. Aku adalah cerminan dari kekuatan yang kau miliki, Ananta. Kita terikat lebih dari yang kau kira."---Kebenaran yang MengejutkanAnan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08

Bab terbaru

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 71 : Raksasa Hitam

    Bab 71 : Raksasa HitamMakhluk besar itu berdiri tegak, menghalangi jalan Ananta dan Arya. Bayangan tubuhnya yang masif menelan cahaya yang sedikit tersisa di hutan. Tubuhnya menutupi pelat-pelat hitam mengilap, dan setiap langkahnya membuat tanah bergetar. Dari mulut yang dipenuhi taring tajam, terdengar geraman rendah yang menggema di sekitar.“Ini lebih besar dari yang lain,” bisik Arya, matanya terus memperhatikan gerakan makhluk itu.Ananta mengangguk, mengangkat pedangnya. "Pelat hitam itu sepertinya perlindungan. Kita harus mencari celah di antara pelat-pelat itu."Makhluk itu melangkah maju, setiap langkahnya membuat dedaunan jatuh dari pepohonan. Dengan gerakan yang tak terduga, ia melingkarkan cakarnya yang besar ke arah mereka. Arya melompat ke samping, sementara Ananta melebar ke arah yang berlawanan, nyaris menghindari serangan itu.Pertempuran yang Melelahkan"Serang dari sisi tempatnya!" seru Ananta sam

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 70 : Jejak Bayangan

    Langit di atas lembah perlahan kembali cerah, namun atmosfernya tetap menyimpan ketegangan yang tak terucapkan. Sisa-sisa energi gelap masih terasa di udara, membuat setiap tarikan napas terasa berat. Ananta memandang ke arah Arya yang sedang memeriksa keadaan pedangnya. Cahaya di pedang mereka kini memudar, meninggalkan perasaan kelelahan yang ada di tubuh mereka.“Dia kabur lagi,” ujar Arya dengan nada kecewa, suaranya pecah oleh rasa lelah."Ya," jawab Ananta singkat, matanya masih menutupi celah tempat pria tertutup hitam itu menghilang. "Tapi dia tidak bisa terus bersembunyi. Luka yang kita berikan cukup dalam. Itu akan memperlambatnya."Arya menghela nafas berat dan mengusap keringat di keningnya. "Kita harus mencari tahu ke mana dia pergi. Jika dia berhasil memulihkan dirinya, kita mungkin tidak akan memiliki kesempatan seperti ini lagi."Tanda dari LangitSaat mereka berdua berdiri di tengah celah yang hening, sebu

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 69: Pertarungan di Ambang Kegelapan

    Bab 69: Pertarungan di Ambang KegelapanMalam dingin semakin menusuk ketika energi kegelapan di celah besar itu mulai mengacaukan udara. Awan hitam pekat berputar-putar di atas kepala mereka, membentuk lingkaran yang menakutkan. Pria membentang hitam itu berdiri di atas batu besar di tengah celah, seolah menguasai semua yang ada di sekitarnya. Di tangannya, ia memegang tongkat dengan kristal gelap yang bersinar memancarkan aura kejahatan."Kalian datang ke sini untukAnanta maju mengayunkan, tangannya menggenggam pedang bercahaya yang dia peroleh setelah pertarungan melawan Raja Kegelapan. Cahaya dari pedangnya terasa seperti satu-satunya harapan di tengah aura gelap itu. "Kami datang untuk mengakhPria itu tertawa, suara tawanya seperti campuran kebencian dan kegilaan. "Kegelapan tidak bisa dihentikan. Bahkan ketika kalian memotong salah satu cabangnya, akarnya tetap adaGelombang Pertama: Makhluk KegelapanDengan sebuah gerakan

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 68 : Bayangan Baru di Ufuk Timur

    Bab 68 : Bayangan Baru di Ufuk TimurMatahari mulai tenggelam di ufuk barat, meninggalkan langit yang diliputi warna oranye dan merah muda. Ananta dan Arya, yang kini menjadi simbol harapan di dunia yang telah pulih dari kegelapan, berdiri di sebuah bukit kecil yang menghadap ke hamparan desa yang perlahan pulih. Angin sepoi-sepoi membawa aroma tanah basahPertemuan RahasiaOleh karena itu, mereka kembali ke rumah tua di pinggiran desa, tempat mereka sering berkumpul untuk merencanakan langkah berikutnya. Utusan dari kerajaan, seorang pria paruh baya bernama Eldros, telah menunggu mereka dengan wajah yang tampak tegang. Sebuah peta besar tergelar di meja kayu yang sudah mulai lapuk."Kita menghadapi ancaman baru," kata Eldros tanpa basa-basi. Tangannya menunjuk sebuah wilayah di peta, jauh di timur, di mana tanda-tanda merah menghiasi area tertentu. “Ini adalah sisa-sisa kekuatanArya membukakan mata, mencoba memahami detail pada peta tersebut. "Ingat kita sudah menghancurkan gerbang

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 67: Dunia Tanpa Kegelapan

    Kekacauan telah berlalu, namun dunia masih terasa hening, seolah menahan napas untuk memahami apa yang baru saja terjadi. Langit, yang selama ini diliput kegelapan pekat, perlahan berubah menjadi biru cerah. Sinar matahari yang lama tertutup akhirnya menyentuh tanah, menghangatkan dunia yang telah terlalu lama membekukan dalam bayang-bayang ketakutan.Ananta dan Arya berdiri di tengah medan pertempuran. Tubuh mereka lemah, nyaris tidak mampu bergerak. Debut beterbangan di sekeliling mereka, bercampur dengan sisa-sisa energi yang masih menguap dari ledakan gerbang kegelapan. Namun, mata mereka memandang ke pemandangan dengan rasa lega yang tak terkatakan. Mereka telah melakukannya. Kegelapan telah dikalahkan.Jejak Pengorbanan"Semua ini... akhirnya selesai," gumam Arya dengan suara serak. Ia memandang ke arah pedang yang tertancap di tanah, pedang yang kini bersinar redup, seolah-olah ikut kelelahan setelah pertempuran panjang.Ananta meng

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 66 : Harapan dalam Kegelapan

    Ananta terbaring di tanah, tubuhnya nyaris tak bergerak. Rasa sakitnya begitu luar biasa hingga membuatnya hampir tak bisa bernapas. mengalir dari luka-luka yang menggores tubuhnya, membasahi tanah di sekitarnya. Di perhubungan, Arya juga terkapar, tubuhnya terguncang keras setelah dihantam gelombang energi hitam yang begitu kuat.Namun, meskipun menyakitkan merobek tubuh mereka, ada satu hal yang masih membara di dalam diri mereka: harapan. Harapan yang pernah ditanamkan oleh Kirana, harapan yang tidak bisa begitu saja padam, meski dunia seakan runtuh di hadapan mereka.“Arya…” suara Ananta terdengar lemah, hampir tak terdengar di tengah kegelapan yang melanda mereka. “Kita… tidak bisa menyerah.”Arya terengah-engah, wajahnya penuh dengan darah dan debu. "Bagaimana kita bisa menang melawan semua ini?" desahnya, suaranya penuh dengan keputusasaan. "Kegelapan ini... sepertinya tak ada habisnya."A

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 65 : Pengorbanan yang Terlupakan

    Kegelapan yang tersisa di sekitar mereka semakin menebal. Sisa-sisa energi yang dipancarkan oleh Raja Kegelapan bergulung, membentuk pusaran hitam yang mengancam untuk menghancurkan seluruh dunia mereka. Namun, setelah cahaya yang menghilang begitu cepat, sebuah rasa hampa yang mendalam mengisi setiap sudut. Kirana—sahabat mereka yang berani—hilang begitu saja. Tidak ada yang bisa mereka lakukan, kecuali berdiri di bawah, menatap pedang Kirana yang tertancap di tanah, tempat dia berdiri saat pengorbanan itu terjadi.Ananta berdiri dengan tangan gemetar, memegang pedang Kirana dengan erat. Air mata mengalir di wajahnya, meskipun dia berusaha keras untuk menahan semuanya. “Kirana...” desahnya pelan, suaranya hampir tak terdengar. “Kenapa kamu melakukan ini?”Arya berdiri di tempatnya, tidak jauh lebih baik. “Kirana... kamu mengorbankan semuanya untuk kita. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa yang bisa kita lakukan untuk menebus pengorbanan itu?”Ananta mengulurkan pedang itu lebih

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 64 : Titik Balik dalam Kegelapan

    Bab 64 : Titik Balik dalam KegelapanKabut pekat yang menyelimuti mereka bagaikan tembok tak kasat mata yang memisahkan dunia nyata dari kehampaan. Ananta, Kirana, dan Arya berusaha menahan rasa takut yang menjalar dalam hati mereka, namun kehadiran Raja Kegelapan membuat udara terasa semakin berat. Waktu seolah-olah berhenti, memberi mereka kesempatan untuk menghadapi apa yang akan datang.“Jangan biarkan dirimu lengah,” bisik Ananta dengan suara lemah namun penuh tekad. Dia menggenggam pedangnya lebih erat, meskipun luka-luka di tubuhnya terus memancarkan rasa sakit. “Kita hanya punya satu kesempatan.”Arya mengangguk. “Tapi apa yang bisa kita lakukan? Bahkan semua serangan kita sebelumnya tidak cukup untuk menghancurkannya.”Kirana menatap kegelapan yang menyelimuti mereka, pikirannya berlomba mencari solusi. “Mungkin kita tidak perlu menghancurkannya,” katanya perlahan, matanya menyala dengan i

  • Lintas Takdir dan Kutukan   Bab 63: Kekuatan Kegelapan yang Bangkit

    Bab 63: Kekuatan Kegelapan yang BangkitSinar terang yang sebelumnya menyelubungi Raja Kegelapan meredup, digantikan oleh bayang-bayang pekat yang menggelap di sekelilingnya. Retakan yang telah mereka serang dengan segala kekuatan mereka mulai menutup kembali dengan cepat, menambah kekuatan yang lebih besar pada tubuhnya. Aura kegelapan semakin kuat, semakin menekan, seolah-olah seluruh alam semesta bergetar oleh kekuatan yang dia pancarkan. Platform batu yang mereka berdiri di atasnya bergetar hebat, hampir ambruk.Kirana merasakan beban yang semakin berat di tubuhnya. “Tidak... ini tidak mungkin,” desisnya. Tubuhnya sudah hampir habis energi, dan perisai yang dia ciptakan mulai retak. “Apa yang sedang terjadi?”Ananta menatap Raja Kegelapan dengan penuh kekhawatiran. “Kita sudah menyerangnya dengan segala yang kita punya, tapi kenapa dia malah semakin kuat?”Raja Kegelapan tertawa keras, suaranya menggetarka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status