Namun, hal itu bukanlah yang tepat untuk merasakan hal tersebut. Karena LoneWolf yang mendengar ucapan Eiji pun merasa muak hingga beraut wajah seolah ingin muntah.
“Cih, kau membuatku muak! Berbeda? Dia sama-sama bekerja untuk memuaskan diri dan demi dirinya sendiri. Dan kau bilang dia untuk bertahan hidup dan melibatkan diri dengan bahaya demi orang lain?”
“Tutup mulutmu! Kau sendiri merupakan manusia tidak tahu diri! Apa kau tidak berpikir dampak yang kau lakukan dengan ingin menangkap Genbu?!”
“Kau akan membuat seluruh wilayah utara ini hancur di telan oleh para monster dan makhluk dari dunia balik batas! Kau membuat ribuan nyawa orang menjadi taruhannya demi ego mu sendiri!”
LoneWolf pun sedikit terjentik kesal dan terlihat dari tatapan matanya yang semakin tajam. Dia membuka lebar kedua tangannya seolah sedang memperlihatkan sesuatu.
“Tentu saja demi kekuatan! Aku akan mengambil kekuatan Genbu, bersam
Alih-alih dari pertarungan baru itu, Eiji yang masih di tengah kesibukannya melawan LoneWolf pun sedang berada di posisi yang tidak bagus. Dia terus saja bertahan dan mengalami posisi terpojok oleh LoneWolf yang terus mengayunkan pedang seolah mengejarnya.Eiji tidak bisa melemparkan serangan balik sembarangan. Karena setiap kali dia melakukannya, sebuah tebasan baru mensayat tubuhnya dan membuat Hpnya semakin menurun.*ZRAT ZRAT*“Urgh!” erang Eiji sembari terpukul mundur dari tebasan kuat LoneWolf“Ada apa?! Bukankah kau sangat ingin menghentikanku?! Kau ingin membuat orang-orang di dunia palsu ini selamat dengan kekuatan lemah seperti itu?!”Perbedaan level dan kemampuan saat itu terlihat sangatlah jelas. Terutama equipment yang di miliki LoneWolf terlihat jauh lebih berkualitas dibandingkan Eiji.Nafas yang terengah-engah dan setiap luka di tubuhnya itu adalah bukti bahwa kemampuan LoneWolf tidaklah bisa di anggap
- Gua persembunyian Genbu -Tempat yang begitu hening nan penuh keindahan alam itu, di penuhi dengan hewan-hewan yang bermain ria antar satu sama lain dan menikmati hidup mereka seolah tiada hal yang bisa menghancurkannya.Dan di antaranya, terdapat Genbu yang sedang berdiri diam dan menutup kedua matanya di depan air terjun mengalir deras. Dia terlihat seperti sedang berkosentrasi penuh layaknya bermeditasi dengan kedua lengan di belakang tubuhnya.Hingga tiba-tiba saja, sebuah resonansi yang masuk ke dalam pikiran Genbu membuatnya terkejut dan membuka kedua matanya secara perlahan. Tatapan mata yang sedikit berbeda, penuh dengan kekecewaan sembari melihat ke arah replikanya di permukaan air yang begitu jernih.Genbu menghela nafas dengan matanya yang sayu dan penuh keluhan rasa kecewa yang tak terbendung.“Haah….”“Menyerah juga ya. Aku salah karena berusaha mempercayaimu, Eiji….”Dia yang melih
Alih-alih dari Eiji, LoneWolf yang melihat Eiji masih gigih untuk bertarung pun tidak mundur. Karena dia tahu, bahwa Eiji saat ini sedang berada dalam kondisi sekarat dan tidak akan mempunyai kesempatan menang.Oleh karena itu….“Baiklah kalau begitu, Eiji! Mari kita saling membunuh satu sama lain!” teriak LoneWolf sembari menghunuskan pedangnya ke depanTepat dari tubuhnya, muncul aura yang begitu kuat dan menyebar secara perlahan ke sekitarnya. Aura-aura itu membentuk padat dan membuat puluhan, bahkan ratusan replika pedang LoneWolf sendiri.*SRING SRING*“Kita lihat apakah kau sanggup menerima seranganku ini!” teriak LoneWolf sembari tersenyum semangatDi sisi lain, Eiji yang terlihat cukup babak belur sedang memejamkan matanya dan mebuang nafas yang dia tarik begitu dalam.“Fiiuuhh…..”Di kala Eiji sedang mencoba menenangkan dirinya sendiri, Natsuki yang berada di samp
Pertarungan sengit dari Eiji dan LoneWolf, berakhir dengan hasil berada di atas telapak tangan Eiji. Walaupun dia terjatuh pingsan karena kelelahan, tetapi baginya hal itu adalah harga yang setimpal untuk menyelamatkan banyak nyawa.Dia tertidur pulas dengan berbagai luka di sekujur tubuhnya. Natsuki yang mendekap Eiji di dalam pelukannya saat itu masih meneteskan air matanya dan membelai lembut dahi hingga rambut Eiji.Bagaimana tidak? Seorang laki-laki pertama yang berdiri untuknya, dan mengatakan bahwa seorang wanita ‘pemain’ sepertinya berbeda dari yang lain. Terlebih lagi, Eiji berdiri untuk melindunginya dan banyak orang. Wanita manapun yang berada di posisi Natsuki, pasti akan jatuh hati kepada Eiji.“Dasar bodoh.. Entah apapun yang orang lihat, mereka selalu memandangku sebagai pemuas mereka. Tetapi, kau laki-laki pertama yang mengatakan bahwa aku berbeda. Hanya kau yang melihat apa isi di balik benakku dan mengerti tentangnya.&rd
Eiji yang tertidur lelap karena kelelahan melawan LoneWolf, tidak mengingat apapun setelah dirinya pingsan saat itu. Kedua matanya yang tertutup rapat mulai berkedip pelan dan terbuka di sambut oleh atap kayu layaknnya rumah normal.Dirinya beranjak bangun dan memposisikan tubuhnya untuk duduk. Eiji melihat ke sekitarnya dan menyadari bahwa dirinya sedang berada di dalam kamar dan telah tertidur lelap di atas ranjang.“Aku… dimana?”Pertanyaan yang dia keluarkan itu sudah normal bagi seseorang yang sebelumnya pingsan. Dia memegang kepalanya seolah sedang mencoba untuk mengingat kembali apa yang telah terjadi.Namun, yang pertama kali terlintas di dalam pikiran Eiji adalah keadaan teman-temannya. Satsuki, Jirou, Tiara dan juga Natsuki yang terlibat dalam pertarungan itu membuatnya khawatir dan Eiji sontak ingin beranjak bangun dari ranjangnya.Ketika Eiji membuka selimutnya dan ingin turun dari ranjang, tiba-tiba saja rasa sakit d
Walaupun Eiji sudah pernah memakainya, dia masih sedikit terheran dengan kebetulan yang dia lihat dalam nama skill itu. ‘Genbu’, merupakan teknik yang merepresentasikan dewa Genbu sendiri sebagai penjaga mata angin utara.Di tengah dirinya yang kebingungan, Satsuki yang berada di sampingnya terus menerus menatap khawatir ke arah Eiji hingga dirinya menyadari hal tersebut. Eiji sontak merubah raut wajahnya menjadi canggung karena tidak ingin membuat Satsuki ikut khawatir.“A-ah, maaf. Aku melamun ketika melihat skill sendiri!” sahut Eiji dengan senyuman tipisnyaBagi Satsuki, senyuman itu terlihat sangat palsu dan dia dapat mengetahui dengan mudah. Namun, tiba-tiba saja suara pintu dari ruangan itu terbuka perlahan hingga membuat mereka menoleh ke belakang secara bersamaan.*KREAK*“Hei, Eiji! Kau sudah sadar ya?!”Ucap Jirou yang datang ke dalam kamar itu, dan diikuti dengan Tiara yang berjalan di belakang
Sebuah penjelasan yang cukup memukul Eiji di kepala itu benar-benar membuatnya terkejut. Dia yang sebelumnya masih berada di ambang-ambang dengan teori tidak berdasarnya, tiba-tiba saja di perkuat dengan ucapan Genbu sendiri.Wajahnya seperti membeku dan ekspresinya tidak berubah sejak awal dia mendengar hal tersebut.“Ja-jadi… itu benar?” gumam Eiji“Ya….” sahut Genbu sambil menganggu pelanEiji masih cukup sulit untuk mempercayainya. Bahwa teknik baru yang dia miliki ternyata di berikan oleh Genbu. Seolah menjadi kunci untuk membuka skill terkunci tersebut dan menjadikannya sebagai jurus terkuat Eiji untuk saat ini.Namun, tentu saja dia masih sedikit bingung. Satu pertanyaan yang muncul di benaknya itu adalah, kenapa dirinya? Dan kenapa baru sekarang?Eiji yang kebingungan mengangkat wajahnya dan menyingkat pertanyaannya hanya menggunakan satu kata.“Kenapa?” tanya EijiHanya
Malam telah berlalu dan berganti dari bulan yang bersinar menyinari kegelapan, menjadi matahari yang memberikan kehangatan di pagi hari.Sinar mentari yang lembut itu menyinari kota Genbukai yang di penuhi dengan penduduk kota yang berkehidupan normal seperti biasa seolah tidak ada yang terjadi.Terlibatnya Eiji dan teman-temannya telah membuat kota Genbukai terbebas dari ancaman. Dan kini, Eiji yang sedang berjalan di tengah kota bersama Jirou, Satsuki dan Tiara pun melihat penduduk kota yang memiliki senyuman di wajahnya.Dia berjalan melewati lalu lalang kota, dan juga lokasi di saat dia bertarung dengan LoneWolf. Tempat yang sebelumnya sudah hancur itu telah di perbaiki dengan cepat dalam kurun waktu kurang dari 5 hari.Dan seiring lamanya dia berjalan, Eiji berdiri di depan sebuah bangunan layaknya klub dan masuk ke dalamnya. Tempat yang seharusnya menjadi hiburan malam itu, tentu saja akan sangat sepi ketika berada di waktu matahari masih bersinar.
Eiji yang masih merasakan hawa mencekam dan teror itu, terus-terusan berpikir terhadap makhluk yang berada di balik portal. Wajah dengan bayangan hitam yang menyeringai lebar, cakar hitam yang besar nan tajam seolah telah berpengalaman merenggut banyak nyawa dapat terasa dari dekat.“Makhluk apa itu?”“Untuk sesaat… kepalaku… di penuhi halusinasi kematian!”Di kala dirinya sedang kebingungan, tiba-tiba saja terdengar suara Satsuki dan Jirou yang berteriak memanggil namanya dari belakang.“Eiji!”Kedua temannya segera menghampiri Eiji yang terlihat begitu kelelahan. Mereka berdua yang sebelumnya bertarung menghabisi monster di sisi lain desa, sedikit kebingungan melihat kondisi Eiji.“Eiji, kau tidak apa?!” tanya Satsuki“Ya... bagaimana dengan kalian?” sahut Eiji“Semua monster itu sudah di bersihkan. Walaupun mereka memberikan exp yang banyak, teta
Eiji masih terdiam dan terkejut terhadap tajamnya pemikiran Satsuki yang membuatnya bertanya seperti itu. Perasaan Takut dan khawatir mulai membesar hingga membuat Eiji menelan salivanya sendiri untuk berusaha menenangkan dirinya.Tatapan mata Satsuki yang penuh dengan makna itu haus akan jawaban, sekaligus menyiratkan perasaan sedih di dalamnya.Kebenaran membuat mulut Eiji mulai bergerak dengan sendirinya. Hati yang berkata untuk tidak mengkhianati kepercayaan kedua temannya, membuat dia ingin membuka mulut.“Aku-!”Satu kata yang dia keluarkan saat itu kembali terhenti seperti sebelumnya. Karena, sebuah ledakan terjadi jauh di belakangnya. Suara dari dentuman ledakan yang cukup keras itu masuk ke dalam telinga dan terasa dampaknya hingga ke arah Eiji dan membuat Jirou sontak terbangun.DUAR!“A-apa itu?!” ucap Eiji yang sontak menoleh ke belakangDi sisi lain, Satsuki sontak melihat ke arah yang sama dan men
Sesuai dengan ucapan Eiji, dia bersama Satsuki dan Jirou pun pergi meninggalkan kota Genbukai untuk melanjutkan perjalanan. Demi menjadi lebih kuat, Eiji di beritahu oleh Genbu, bahwa dirinya memiliki koneksi dengan keempat dewa penjaga mata angin.Oleh karena itu, dia harus bertemu dengan masing-masing dewa untuk memperkuat dirinya dengan latihan dan mendapatkan kepercayaan dari mereka.Tidak ada satupun orang yang masih mengetahui niat asli Eiji. Bahkan Satsuki dan Jirou hanya menganggap Eiji ingin menjadi lebih kuat demi memenangkan Linked Tournament dan mendapatkan hadiah besar dari Suei.Namun, yang Eiji inginkan lebih dari itu. Hal yang tidak bisa di gantikan dengan sebuah uang, yaitu nyawa. Puluhan player yang terjebak di dalam Linked Evolution dan terlibat dengan Linked Tournament, dia ingin berusaha memenangkan turnamen agar tidak ada yang terbunuh secara nyata di dalam game tersebut.**Hari yang panas dan matahari yang bersinar terik di
Eiji yang melihat tubuh partikel dari Shinha yang memecah dan membaur dengan udara, menggertakan gigi dan mengepal erat tangannya penuh amarah.Bagaimana tidak? Seorang remaja berumur 17 tahun dan belum lama menduduki bangku SMA kelas dua. Kini, dia terjebak di sebuah death game dan telah merenggut nyawa orang yang tidak bersalah.Shinha terlihat jelas bahwa dia bertarung demi mempertahankan hidupnya, dan dia tidak mempunyai pilihan lain. Begitu juga dengan Eiji sendiri. Tidak ada kemunafikan di dalamnya, mereka sebagai manusia pasti akan memiliki insting untuk bertahan hidup.Oleh karena itu lah, Eiji sangat membenci Suei dan Linked Evolution yang telah menjebaknya.“Lagi-lagi… aku membunuh seseorang!”Dirinya terjatuh di kedua lutut yang menopang tubuhnya. Eiji melihat kedua telapak tangannya yang sudah merenggut nyawa seseorang.Penyesalan dan amarah. Dua kata itulah yang dapat mendeskripsikan perasaan Eiji saat i
Eiji terkejut ketika mendengar ucapan Shinha. Di suruhnya untuk menyerah? Apa maksud Shinha saat itu? Wajah Eiji tertegun heran dan menatap ke arah Shinha penuh kebingungan.“A-apa maksudmu?”Namun, Shinha sendiri terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dia kembali menegaskan kalimatnya kepada Eiji.“Menyerahlah. Kau tidak ingin ada pertumpahan darah bukan?”“Tu-tunggu. Kenapa….”“Jika kau tidak ingin menyerah, maka tidak ada gunanya untuk berdiskusi. Aku tidak bisa mempercayai ucapanmu itu”“Kenapa?! Aku mengatakan yang sejujurnya! Aku tidak ingin orang-orang mati karena turnamen dan jebakan Suei ini!”Eiji semakin bingung dengan ucapan Shinha. Dia mencoba untuk menghindari pertarungan dan korban jiwa di dalam game tersebut. Namun, berdasarkan dari ucapannya, Shinha memang menolak keras untuk percaya kepadanya.Dan itu karena….“Kau se
Di kala Natsuki di landa kebingungan, tubuh Eiji yang mulai terbentuk dari ribuan partikel di pindahkan ke sebuah tempat yang tak di ketahuinya.Pohon yang begitu tinggi dan dedaunan yang lebat. Tak ada suara apapun selain hembusan angin sejuk yang menggoyangkan setiap daun berirama merdu.Di tengah kesepiannya itu, Eiji menoleh ke kiri kanan untuk mencari tahu bahwa dirinya sedang berada di tengah hutan.“Hutan?”“Jirou! Satsuki!”Eiji berteriak memanggil nama kedua temannya. Namun, tak kunjung ada jawaban yang merespon teriakannya yang cukup keras itu.“Sialan, notifikasi itu! Tak kusangka hari ini adalah ronde pertamanya di mulai! Baru saja selesai melawan ancaman di kota Genbukai, waktunya benar-benar tidak tepat!”Merujuk kepada notifikasi panel yang memberikan hitung waktu mundur, Eiji baru saja menaydari bahwa dirinya telah kehilangan hitung dalam hari. Dua minggu berlalu dengan cepat, dan ta
Eiji menarik nafasnya secara perlahan dan mencoba untuk menenangkan dirinya. Setelah itu….“Natsuki, kenapa kau tiba-tiba berhenti dari pekerjaanmu itu?”“Ah, itu ya. A-aku… ingin memulai hal baru….”Eiji memiringkan kepalanya seolah tidak terlalu memahami jawabannya yang begitu singkat dan menggunakan suara yang terbilang pelan.“Memulai hal baru?”Natsuki mengangguk pelan seolah meng-iyakan pertanyaan Eiji.“Iya. Melakukan seperti itu melelahkan juga, terlebih lagi alasanku berhenti itu juga karenamu….”Suara Natsuki semakin kecil di akhir kalimat, sehingga Eiji tidak mendengar dengan jelas bagian terakhirnya. Namun, Eiji tidak berusaha untuk bertanya lebih lanjut akan hal itu.“Yah, kurasa kau pasti mempunyai alasan sendiri. Tetapi, hari ini aku datang bukan hanya ingin membicarakan hal itu”“Eh?”Tiba-tiba saja,
Malam telah berlalu dan berganti dari bulan yang bersinar menyinari kegelapan, menjadi matahari yang memberikan kehangatan di pagi hari.Sinar mentari yang lembut itu menyinari kota Genbukai yang di penuhi dengan penduduk kota yang berkehidupan normal seperti biasa seolah tidak ada yang terjadi.Terlibatnya Eiji dan teman-temannya telah membuat kota Genbukai terbebas dari ancaman. Dan kini, Eiji yang sedang berjalan di tengah kota bersama Jirou, Satsuki dan Tiara pun melihat penduduk kota yang memiliki senyuman di wajahnya.Dia berjalan melewati lalu lalang kota, dan juga lokasi di saat dia bertarung dengan LoneWolf. Tempat yang sebelumnya sudah hancur itu telah di perbaiki dengan cepat dalam kurun waktu kurang dari 5 hari.Dan seiring lamanya dia berjalan, Eiji berdiri di depan sebuah bangunan layaknya klub dan masuk ke dalamnya. Tempat yang seharusnya menjadi hiburan malam itu, tentu saja akan sangat sepi ketika berada di waktu matahari masih bersinar.
Sebuah penjelasan yang cukup memukul Eiji di kepala itu benar-benar membuatnya terkejut. Dia yang sebelumnya masih berada di ambang-ambang dengan teori tidak berdasarnya, tiba-tiba saja di perkuat dengan ucapan Genbu sendiri.Wajahnya seperti membeku dan ekspresinya tidak berubah sejak awal dia mendengar hal tersebut.“Ja-jadi… itu benar?” gumam Eiji“Ya….” sahut Genbu sambil menganggu pelanEiji masih cukup sulit untuk mempercayainya. Bahwa teknik baru yang dia miliki ternyata di berikan oleh Genbu. Seolah menjadi kunci untuk membuka skill terkunci tersebut dan menjadikannya sebagai jurus terkuat Eiji untuk saat ini.Namun, tentu saja dia masih sedikit bingung. Satu pertanyaan yang muncul di benaknya itu adalah, kenapa dirinya? Dan kenapa baru sekarang?Eiji yang kebingungan mengangkat wajahnya dan menyingkat pertanyaannya hanya menggunakan satu kata.“Kenapa?” tanya EijiHanya