Share

Bab 6

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2022-09-08 23:06:12

Mas Ari dan Rinta benar-benar membuat darahku naik, mendidih bahkan membuat harga diriku ini diinjak-injak. 

Pertama yang kulakukan memanfaatkan situasi ini adalah mengamankan kunci mobil yang masih berada di dalam. Mas Ari rela turun dari mobil demi Rinta, ia melindungi sampah itu, bukan melindungi istri sahnya, atau bahkan kata maaf saja aku tak mendengar dari mulutnya. 

Setelah berhasil mengamankan kuncinya, aku melangkah lagi ke arah dua sejoli itu.

"Kita arak sekarang!" suruhku sambil mengibaskan rambut wanita itu.

"Bu, tolong jangan kurang ajar," ujar Rinta. "Mas, kamu jangan diam saja, istrimu sudah keterlaluan," seru Rinta terdengar sangat membuatku terkekeh, ia yang kurang ajar tapi aku yang dibilang sudah keterlaluan. Padahal tidak ada asap kalau tidak ada yang membakar. 

Warga menarik tangan Mas Ari, begitu juga dengan Rinta. Sebagian ibu-ibu sangat kesal dengannya tapi memanfaatkan ini semua dengan menyoroti Rinta ke sosial media. 

"Ini ada hukumnya loh!" teriak Rinta. 

"Ada kalau kamunya kalem, ini kan kamunya malah seperti nantangin istri sahnya, sadar diri dong, dasar jalang!" umpat ibu yang baju merah, ia tampak kesal sekali dengan Rinta. 

"Ayo, kita arak saja tapi tak perlu telanjang," suruhku padanya. 

"Tapi di sini saja, supaya orang yang menyaksikan tidak ada yang berani melakukan hal yang sama," pinta RT setempat. 

Kami semua bersiap untuk membawanya, tapi hanya di arak perumahan sini. Sebab cluster tempatku tinggal cukup jauh jaraknya. 

Mas Ari tiba-tiba berlutut di kakiku. Meminta untuk tidak melakukan apa yang aku inginkan. 

"Mona, tolong jangan lakukan itu, aku rela lakukan apa saja asalkan jangan arak kami berdua," pinta Ari. 

Aku berpaling sambil melipat kedua tangan. Lalu menoleh ke arah Rinta. Ia pun melakukan hal yang sama dengan Mas Ari. 

"Kita berdua sudah berlutut, itu kan yang Ibu mau? Kami mengemis di bawah kaki Bu Mona?" Rinta sungguh malah membuatku emosi. Ia melakukan hal itu karena ingin dilepaskan dari warga.

"Sudah Mbak, jangan kasih ampun, nanti bakal banyak yang niru, asisten rumah tangga bisa-bisa tercoreng namanya gara-gara satu orang," tutur salah satu orang warga. "Saya selaku asisten rumah tangga, sangat menyayangkan ada yang seperti wanita ini. Bukan menjaga martabat perempuan malah menjatuhkan," sambungnya lagi.

"Ayo, bawa dia!" suruhku setelah berpikir satu kali lagi. 

Akhirnya mereka berdua dibawa keliling kompleks sini, tapi tanpa dilucuti pakaiannya. 

Sementara aku berada di belakang bersama Fikri yang sedang ambil video untuk sebagai bahan berita di media Domba Turah, ternyata Fikri bekerja di sana.

"Sebaiknya setelah ini, aku juga akan berhenti bekerja di Domba Turah," tutur Fikri setelah menyudahi perekaman, video yang sedari tadi ia ambil sudah cukup sebagai bahan laporan untuk bos nya. 

"Kenapa? Bukankah setelah berita ini meledak kamu akan mendapatkan komisi bahkan naik jabatan?" tanyaku heran. Kami berdua ngobrol sambil melangkah menggiring Mas Ari dan Rinta.

Suara warga yang berseru, membuat kami sesekali berhenti bicara. "Jangan ditiru, jangan ditiru, kalau tidak mau diarak seperti ini," teriak semua warga sambil berkeliling. 

"Aku sudah berjanji, jika masalah kamu dan suamimu selesai di tanganku, maka aku akan mundur dari pekerjaan yang harus ikut campur dengan urusan pribadi orang," jawab Fikri. 

Aku menoleh sejenak. Lalu meraih ponsel yang sedari tadi berisik penuh notifikasi dari berbagai macam aplikasi.

Beberapa pesan menanyakan berita yang tersebar di jagat maya. Termasuk mertuaku yang menanyakan apa betul berita itu. Salah satu chat yang masuk dari teman, mertua, dan orang tuaku.

[Mon, itu tadi gue lihat ada suami lo dan pembantu, elo juga ada di situ. Serius nggak sih? Bukan settingan, kan?] tanya Leni melalui pesan W******p.

[Mona, kamu yang suruh warga untuk mengeroyok anak saya ya? Itu tidak benar, jika caranya seperti itu, nama baik Mama dan Papa jadi tercemar.] 

Pesan dari mertuaku inilah yang membuat dadaku kembali bergetar. Nama baik yang ia pikirkan, bukan hatiku yang sudah jelas-jelas dilukai, diinjak-injak, bahkan sudah dirampas kebahagiaanku, tapi yang dipikirkan hanya nama baik keluarganya. 

Mertuaku sudah tidak online, ia mengirimkan pesan sudah dari sepuluh menit yang lalu. Sedangkan orang tuaku, mereka tetap merangkul dan memberikan semangat meskipun ia ada di luar kota. 

[Mona, Mama hanya bisa mensupport dari jauh, tapi kami mendoakan yang terbaik. I feel you, Mona.]

Setidaknya lebih banyak yang menyayangi ketimbang menyakiti. Saat ini aku hanya bisa membaca pesan dari mereka, tidak bisa membalasnya dengan goresan jari. Terlalu banyak yang mengirimkan chat, baik di W******p, messenger, dan di sosial media lainnya banyak yang menyebut namaku dalam postingan yang diunggahnya dari video ibu-ibu yang viral.

Rinta diarak sambil menutup mukanya dengan kedua telapak tangan. Begitu juga dengan Mas Ari, ia menutup wajahnya. Namun, dari video yang sebelumnya, orang-orang tentu dapat melihat dengan jelas wajah keduanya. 

"Setelah ini, terserah kamu mau lakukan apa. Mau jebloskan ke penjara atas tuduhan perzinahan, atau diselesaikan secara kekeluargaan. Semua tergantung keputusanmu," tutur Fikri. 

"Aku akan laporkan, supaya keduanya mendapatkan efek jera. Hatiku sudah hancur, mereka berdua pun harus hancur tak bersisa," timpalku membuat Fikri mengusap rambut ini sambil berkaca-kaca.  Matanya menyorot penuh ke bola mataku, lalu menyunggingkan senyuman. 

"Kamu kuat, pasti kuat, kamu wanita hebat yang pernah aku temui dulu. Keputusanmu sudah benar, namun kalau masih ada cinta yang tersisa untuk Ari, pikirkan sekali lagi," pesan Fikri. 

"Nggak, cintaku telah sirna dimakan api dendam," jawabku singkat. 

Perselingkuhan itu bukan hal sepele, justru masalah yang paling berat dalam rumah tangga. Keuangan, masih bisa istri membantu bahkan menopang ekonomi seperti tulang punggung. 

Langkah Mas Ari dan Rinta berhenti. Mereka berdua menoleh ke belakang sambil bersujud. "Tolong, sudahi sanksi ini," lirih Rinta. Semua orang terpanah dengan air matanya. 

"Kami bukan pencuri, bahkan tidak merugikan kalian. Tapi perbuatan kalian sungguh tak berperikemanusiaan," terang Mas Ari dengan lantang.

"Huh!" sorak ibu-ibu hampir serentak.

"Kalian bukan pencuri, tapi sang pelakor adalah perampas," ejek ibu-ibu sambil tertawa.

"Iya, betul, kalau tidak diberikan pelajaran, akan ada bibit pelakor seperti kamu lagi!" susul ibu yang lainnya. 

Aku menghampirinya, lalu menyuruh keduanya bangkit. Dengan kedua tangan ini, aku membantu Rinta dan Mas Ari berdiri.

"Apa yang tadi kamu bilang bahwa perbuatan kalian tidak merugikan orang lain, itu sudah flashback lagi belum? Sudahkah berkaca sebelum berkata? Rugi saya banyak, perbuatan kalian bisa mengundang penyakit, dan saya beresiko," paparku kini tersulut emosi. Dagu wanita yang kesehariannya mencuci baju dan memasak itu aku dongakkan dengan satu jari telunjuk. 

"Kamu egois, Mon. Kita bisa selesaikan dengan cara kekeluargaan, tidak seperti ini. Sangat memalukan tahu," sanggah Mas Ari. Aku menggelengkan kepala, sebab ia tidak sejantan yang kupikirkan. 

Sedari aku memergokinya, belum sama sekali kudengar Mas Ari dan Rinta meminta maaf. Mereka benar-benar tidak menyadari kesalahannya, hanya fokus pada kesalahan kami.

Tidak lama kemudian, terdengar suara sirine polisi memasuki perumahan. Aku dan Fikri saling beradu pandangan.

"Siapa yang lapor polisi, Fik? Aku belum lapor?" bisikku di telinga Fikri. 

"Aku juga belum lapor, kamu tenang ya, Mon." Fikri coba menenangkan aku. 

Bersambung 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
lapor kan karena kasus perzinahan
goodnovel comment avatar
Satria izzet ilhami
saat pemeriksaan, mona juga bisa lapor ttg perselingkuhan & perzinahan. kedua pelaku kan udah ngaku. bhkan bisa lsung divisum utk membuktikan klw mrk baru saja berhub badan. Mona gak bisa ditahan krn dia korban dan dia tdk menyebarkan info di medsos.
goodnovel comment avatar
Satria izzet ilhami
jadi yg harusnya ditahan itu ranti & ari. bisa bebas bersyarat dg penjamin tapi kasus hukumnya akan tetap berjalan. gitu siiih seharusnya ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 7

    Mobil polisi berhenti di depan kami. Semua warga pasang badan menghadapi petugas kepolisian. Mereka bersiap dan tak gentar dalam menghadapinya.Tidak lama kemudian beberapa motor datang. Ada dua motor dan tiga orang menghampiri juga."Ibu!" teriak Rinta. Itu orang tuanya Rinta? "Ibu-ibu sekalian, saya mohon maaf jika anak saya salah, tapi anak saya masih belia, paling ia begini terpengaruh dengan majikannya, lelaki mana yang dapat menahan nafsunya melihat wajah cantik anak saya? Di sini kalian jangan menyalahkan penuh anak saya," tuturnya seraya membela. "Huh! Ibu tuh bela tapi nggak lihat kelakuan yang dibela. Anaknya dah ngaku kok tadi, malah sempat nyuruh majikannya ikhlas. Orang gila apa ya begitu?" teriak ibu yang baju merah sangat antusias.Ibunya terdiam sambil menatap Rinta nanar. Aku yakin hati seorang ibu pun berhasil disobek-sobek oleh Rinta. "Saya mohon, sudahi ya. Rinta hanya anak yang ingin mengabdi pada ibunya. Kami orang susah, tolong jangan ditambahkan kesulitan ka

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 8

    "Maaf, Bu. Saya hanya ditugaskan untuk membebaskan Bu Mona, dan menyampaikan surat ini untuk Bu Mona," sahut Pak Haris sambil menyodorkan secarik surat."Saya baca sekarang, Pak?" tanyaku padanya. Tidak lama aku bicara, deru klakson terdengar menuju ke arahku. "Itu mobil jemputan untuk Bu Mona telah datang, silakan Ibu naik mobil itu, sopir tersebut akan mengantarkan Bu Mona sampai rumah. Baca suratnya di mobil saja," papar Pak Haris semakin membuatku kebingungan. Sopir yang tadi membunyikan klakson pun turun lalu mempersilakan aku masuk.Aku menoleh ke arah Pak Haris, "Maaf, Pak, apa ini tidak membahayakan saya?" tanyaku sambil menundukkan kepala, agak sedikit sungkan bertanya dengannya. "Iya, Bu. Saya jamin sopir ini mengantarkan Bu Mona sampai ke rumah," ucap Pak Haris. "Baiklah, semoga benar-benar orang baik, terima kasih banyak, Pak. Saya berhutang budi pada Pak Haris," ujarku padanya sambil berjabat tangan. "Saya hanya bertugas, saya dibayar mahal oleh orang yang ingin melin

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 9

    Mas Ari menambah kecepatannya, ia melaju dengan kencang, mobil yang ada di belakang pun terus mengikuti kami.'Semoga orang yang berada di belakang berniat baik,' gumamku dalam hati.Mas Ari memasuki area jalan yang sepi, mobil belakang pun masih mengikuti, itu artinya orang itu benar sedang membuntuti kami. Namun, Mas Ari tidak menghentikan laju mobilnya, ia tetap jalan entah ke mana tujuannya.Ponsel Mas Ari berdering, ia mengangkat telepon sambil mengendarai. "Tunggu di hotel, saya sebentar lagi sampai di lokasi, siapkan uang setengah milyar. Jangan lupakan itu, Anda bisa puas dengannya," tutur Mas Ari membuat hatiku seketika terasa diiris-iris. Bagaimana bisa seorang suami menjual sang istri demi pembantunya. Ini gila, sudah benar-benar gila, apa yang sebenarnya yang dilakukan oleh Rinta hingga Mas Ari tega begini kepadaku?Mas Ari menutup teleponnya, ia menoleh ke belakang, namun mobil itu tak ada lagi di belakang kami. Harapanku kini sirna, tidak ada lagi yang akan menolongku."

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 10

    Aku terdiam, mencerna dan mengingat berkali-kali siapa laki-laki ini? Sepertinya memang tidak asing. "Rio, kok diam?" tanyanya ketika aku lama terdiam."Emm, saya bukan Rio, saya ...." Telepon pun langsung diputus olehnya. Aku mengecap bibir, lalu merebahkan tubuh ini di ranjang empuk yang disediakan. Masih agak sakit punggung ini untuk mengubah posisi tidur, butuh jahe dan minuman hangat untuk memulihkan punggung yang dipukul oleh Mas Ari.Akhirnya aku hubungi saja Rio untuk menyegerakan jahe parut dan berbentuk minuman. "Halo, Rio. Aku minta diantar ya, tolong antar jahe parut dan yang berbentuk minuman," suruhku. "Oh iya, Bu. Tadi saya sudah pesan sebentar lagi juga diantar," timpal Rio. "Emm, ngomong-ngomong tadi ada kontak yang kamu save, Bos itu siapa ya?" tanyaku padanya. "Astaga, iya saya lupa hapus, maaf Bu nanti juga Bos nya ke apartemen jemput Bu Mona untuk melaporkan kelakuan suami Bu Mona ke kantor polisi," ucap Rio. "Tunggu-tunggu, memang siapa ya Rio?" tanyaku pe

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 11

    "Rio, biar saya yang ikuti dia," pintaku mencegah Rio mengikuti Fikri. Sebab, aku ingin menegurnya dengan cara sendiri. "Tapi, Bu. Bos sudah nunggu," timpal Rio."Sebentar, aku ingin tahu Fikri mau ke mana," jawabku lagi sambil meneliti ke mana perginya Fikri. Langkah kaki ini berjalan setengah berlari, supaya tidak kehilangan jejak Fikri. Terlihat jelas ia belok ke sebuah cafe. Kemudian, laki-laki yang pernah ketidak cintanya itu tengah menghampiri seorang wanita. Tangannya disodorkan ke wanita itu, aku melihatnya dari arah belakang, tidak mengetahui siapa dia. "Bu, ayo kita bertemu Bos, beliau sudah menunggu di lobi," ujar Rio tiba-tiba ada di sebelahku. Rasanya aku tidak ingin pergi dari sini, perasaanku berkata bahwa ada rencana jahat Fikri dengan wanita yang belum kuketahui. Sebab, dari belakang ia tertutup jaket dan tudungnya. "Sebentar ya," timpalku. Awalnya lebih ingin mengetahui Bos dari Rio. Namun, sekarang malah ingin mengetahui dengan siapa Fikri bicara."Bu, kita tid

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 12

    Laki-laki putih tinggi itu ternyata masih ada hubungan darah dengan Alan. Ya, Pak Nando yang selama ini menjadi atasanku di PT. Mega Sejahtera adalah kakaknya Alan."Kenalkan, ini Nando Herdiansyah. Ia adalah kakakku," ucap Alan seakan mengejekku. Kini senyumku sulit dilayangkan karena atasan di kantor ada di hadapanku. "Sudahlah tidak usah tegang gitu, biasa saja, bahunya jangan naik gitu," ejeknya juga membuatku menghela napas panjang. Bahu yang tadinya terlihat terangkat kini agak turun ketika aku menghela napas lega."Bukan tegang, tapi heran kok dunia sempit banget, Pak Nando dan Alan ternyata adik kakak, bagaimana bisa ini terjadi?" tanyaku keheranan. Alan tertawa, begitu juga dengan Pak Nando. "Usia saya 35 tahun, Alan 25 tahun, wajarlah kamu heran begitu, dulu sewaktu Nando masih sekolah SMP saya sudah kuliah jauh dari orang tua," jawab Pak Nando. Aku mengangguk, melihat kesuksesan dua kakak beradik ini membuatku mengagungkan kedua jempol. Hebat mereka berdua, usia muda sud

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 13

    "Tutup kaca mobilnya!" suruh Pak Nando. "Fikri sadar ada yang mencintainya," tambahnya lagi. Setelah itu barulah kututup kaca mobilnya. "Tadinya saya berniat menghampiri Fikri, Pak," ujarku pada Pak Nando. Pak Nando mengecap bibirnya seraya kesal. Lalu ia menyuruh sang sopir jalan kembali tanpa mempedulikan usulku. Adiknya pun tertawa menyaksikan pola tingkah kakaknya. "Jangan heran, Mas Nando memang seperti itu, ia akan melakukan sesuatu tanpa kamu pinta, Mas Nando tahu apa yang akan ia lakukan," jelas Alan. "Ya, gara-gara ngurusin beginian, aku nggak ngantor sejak Mona melakukan hal bodoh di perumahan tempat Fikri tinggal," sindirnya membuatku naik darah. Kini posisi tubuhku tegak dan menyorot ke depan, tempat duduk Pak Nando. "Kamu mau marah sama kakakku? Nanti dipecat loh," ejek Alan sembari tertawa. Aku hanya menghela napas untuk mengontrol emosi. 'Sembarangan sekali Pak Nando sebut aku bodoh, yang kulakukan sudah benar kok, hanya saja kesialan terjadi padaku saat itu,' geru

    Last Updated : 2022-09-17
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 14

    Fikri sedang bertemu dengan Rinta. Sebelumnya aku benar-benar mengira bahwa Fikri datang untuk mengisi relung hatiku lagi. Namun, makin ke sini, makin terlihat bahwa Fikri masuk di kehidupanku bukan tanpa di sengaja."Coba tanya lagi, Lan, ada yang dikatakan Fikri lagi nggak?" tanyaku pada Alan."Sudah saya kirim pesan, tapi Rio balas tidak ada rekaman lagi," jawab Alan. Aku menatap ke jalan. Sambil memikirkan bagaimana caranya membalas dendam pada mereka. Namun, aku tidak ingin lagi melakukan kebodohan yang nyaris menjebloskan aku ke penjara.Jalan raya yang dipenuhi lalu lalang mobil yang melintas, membuatku semakin sulit berpikir bagaimana caranya tetap masuk dalam permainannya."Nggak usah sok mikir," celetuk Pak Nando sedikit sinis. "Sekarang sudah tahu kan mereka sedang merencanakan sesuatu? Lebih baik kamu pulang saja," suruh Pak Nando lagi. Laki-laki yang telah memiliki seorang istri itu memang orangnya menyebalkan. Baik di kantor maupun di sini.Alan tertawa mendengar celote

    Last Updated : 2022-09-17

Latest chapter

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 29 End

    "Tante, itu semua salah paham," terangku padanya."Salah paham apanya? Fikri itu keponakan aku, dia anak baik-baik yang telah kamu sia-siakan," balasnya dengan percaya diri. Terkadang seperti itu, orang mengira yang baik di depan kita akan baik juga di belakangnya, padahal banyak yang baik di depan dan jahat di belakang. "Tante, ini saya sudah memiliki bukti bahwa mobil Fikri yang menabraknya, dan ini juga ada surat laporan yang sudah saya laporkan ke polisi," kataku sambil menyodorkan handphone dan secarik kertas.Tante Ambar meraihnya, lalu membacanya, sesekali mata Tante Ambar melirik ke arahku. Terlihat di sudut matanya ada air mata yang mengembun.Sesekali bibirnya dibasahi oleh lidahnya, lalu terlihat Tante Ambar menghela napasnya. Kemudian, pipi wanita yang memiliki dua anak itu terlihat basah. Kini air mata pun banjir setelah tahu semuanya. "Fikri," isak Tante Ambar. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan. Aku pun menghampiri dan menuntunnya untuk duduk."Tante yang sabar

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 28

    Setelah kami menghampirinya, ternyata darah segar sudah mengalir di kening Rinta. Tidak ada satu pun yang berani membawanya ke rumah sakit. "Alan, kita bawa Rinta ke rumah sakit," ajakku setelah menyeruak di kerumunan. "Pak tolong bantu kami bawa dia ke rumah sakit," kata Alan juga."Kata orang sini tabrak lari, Bu. Kami takut nyentuhnya. Nanti polisi jadiin kami saksi," jawab salah seorang warga.Tabrak lari lagi? Mungkinkah ini Fikri lagi? Kalau benar, berati laki-laki itu sudah gila.Darahnya terus mengalir, Rinta terlihat meringis kesakitan. Kemudian menarik telapak tanganku."Mon, tadi Fikri, tolong cari dia ...." Ucapan Rinta terhenti napasnya tampak sulit diatur. Seketika itu juga ia pingsan tergeletak di jalan."Lan, ayo cepat kita bawa saja!" suruhku berteriak. Setelah melihat ia tergeletak, barulah yang lain ikut membantu. Tiba-tiba suara sirine ambulance terdengar. Ternyata ada yang sudah menghubungi ambulance. Petugas langsung membawa Rinta yang sudah terkapar ke dalam

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 27

    Aku mengelus dada, ternyata orang yang berada di layar CCTV adalah Fikri. Ia benar-benar keterlaluan. Laki-laki itu harus rela dendamnya berakhir di jeruji besi, dan yang akan melaporkannya saudaranya sendiri. Tanganku mengepal, lalu mengembuskan napas perlahan. Sisi burukku cuma satu, menolak cintanya pada saat itu tanpa meminta maaf bahkan menganggap Fikri. Jadi, ia menilaiku benar-benar musuhnya. Seandainya pada waktu itu aku memilih Fikri pun rumah tangga takkan awet jika hatinya diselimuti dendam. "Mon, kita mau gimana?" tanya Alan mengejutkan aku. Seketika lamunanku tentang Fikri buyar, bukan menyesal, tapi aku sangat menyayangkan kalau hari-harinya akan menjadi kelam selamanya. "Kita ketemuan sama Rinta, tunjukkan CCTV ini," ajak Mona pada Alan."Jam berapa kamu janjian?" tanya Alan lagi."Tadi bilang jam 5 sore," timpalku padanya. "Coba telepon Rinta lagi, ketemu sekarang saja," saran Alan. Namun, aku tidak langsung mengindahkan ucapannya. Sebab, kalau kami keluar kantor

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 26

    "Boleh lihat CCTV nya nggak, Pak?" tanya Alan pada salah seorang yang berada di hadapan kami. Sepertinya mereka tetanggaan di sini, sering kumpul bareng."Wah, kalau itu nanti tanya ke yang punya rumah dulu ya, Pak, Bu. Soalnya orangnya kerja," terang yang tadi mengembalikan dompet Alan. "Oh begitu, ya sudah, ini nomor handphone saya, Pak, kalau orangnya sudah pulang, bisa telepon saya," tutur Alan sambil menyodorkan nomor ponsel yang telah ia tulis di kertas kecil.Kemudian, aku dan Alan kembali ke mobil, setelah memberikan tips untuk orang yang telah menemukan dompet Alan. Aku memakai sabuk pengaman sambil termenung, bisa-bisanya penabrak itu dengan sengaja menabraknya. "Aku yakin ini kerjaannya Fikri, aku pastikan ia masuk ke penjara juga. Kita tidak bisa menyudutkan dengan masalah sosial media, tapi kalau masalah kriminal gini, tentu polisi akan bertindak," kata Alan dengan yakinnya. Aku sedikit menelan ludah, sebab perbuatan ini sangat di luar kepala. Kalau iya Fikri orangnya

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 25

    Tadinya aku sudah mulai emosi saat Fikri bicarakan tentang aku melalui sambungan telepon. Namun, Alan mencegahku untuk jangan gegabah. Tangan Alan menahan pundakku yang berusaha keluar dari tempat persembunyian. Setelah memastikan Fikri pergi, kami pun beranjak ke mobil. Pintu mobil kututup dengan keras. Aku masih tidak percaya dendam kesumat Fikri denganku begitu mendalam. Hingga harus menyuruh Rinta, yang ternyata saudaranya sendiri sebagai pembantu, berzina pula. Aku mengelus dada, hingga napas ini mampu aku keluarkan dengan perasaan lega. "Sabar ya, Mon, mungkin ini ujianmu. Setelah ini akan ada kebahagiaan yang menghampiri, percayalah bahwa setelah gelap pasti akan datang terang."Kecewa aja, Lan, sama Fikri. Cuma gara-gara nolak cintanya sampai segitunya menghancurkan hidupku," timpalku masih menampakkan kekesalan. "Terkadang, ketika kamu kecewa, itu membuatmu lebih kuat, kamu itu wanita pilihan, Mon," ucap Alan sambil menyetir mobil. Kami memutuskan untuk menyudahi penyeli

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 24

    Kemudian langkah Rinta menuju Tante Ambar dan langsung menyergap tubuhnya. Aku menoleh ke arah Alan, kami berdua beradu pandangan. "Satu persatu ketebak, Mon. Ini ulah Rinta, ya kan?" Alan sangat yakin bahwa ini adalah ulah Rinta. "Lan, kok aku penasaran ya, kenapa Rinta peluk Tante Ambar? Bukankah yang sepupuan dengan Firman itu Fikri?" Aku bertanya-tanya pada Alan. Seketika kami berdua terdiam sejenak. Ini sungguh seperti teka-teki. Kami berdua yakin bahwa Rinta yang menjadi dalangnya. Akan tetapi masih bertanya-tanya juga ada hubungan apa Rinta dan Firman."Mon, mungkin nggak kalau Firman itu pacarnya Rinta juga?" tanyaku lagi. Pertanyaan yang satu belum terjawab sudah muncul pertanyaan lainnya. "Apa kita samperin ke sana?" tanyaku pada Alan. "Ya sudah, kita ke sana aja, pengen tahu si Rinta jawab apa nantinya," ajak Alan. Akhirnya kami memutuskan untuk menghampiri mereka. Langkah kakiku dan Alan sangat pelan. Kami berdua berdampingan dan jalan penuh kehati-hatian.Aku melaku

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 23

    Aku ditarik olehnya ke kursi tunggu. Wanita yang belum kuingat namanya itu tampak serius ingin bicara denganku."Ini nggak apa-apa saya negur saat ada pacarmu?" tanyanya membuatku terkejut. Alan dikira pacarku, padahal ketemu saja baru beberapa hari ini."Nggak apa-apa, Tante. Rasa penasaran saya memuncak nih," ucapku lagi.Tiba-tiba saja dokter datang saat kami hendak bicara di kursi tunggu. Jadi, ia memilih menunda lebih dulu."Maaf, keluarga dari Firman?" tanya dokter."Iya, saya ibunya Firman," jawabnya dengan serius.Jadi wanita yang barusan mengenalku itu orang tuanya Firman, tapi kenapa aku tidak mengenalnya? Bukankah ia tadi juga tahu bahwa aku ini mantannya Fikri?Sederet pertanyaan muncul, Alan pun menghampiriku, bibirnya sedikit mendekat dan berbisik. "Kok aku jadi tambah penasaran ya," bisik Alan. Jangankan aku yang memiliki permasalahan, Alan pun ikut penasaran yang hanya berniat membantu.Dokter itu mengajak ibunya Firman bicara empat mata di ruangan. jadi mereka berdua

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 22

    Ketika wanita itu datang ke UGD, ia langsung diarahkan ke ruangan ICU oleh suster. Sedangkan aku masih berusaha mengingat wajahnya. Namun ingatanku tidak juga muncul."Kita ke ICU, Lan. Tanya-tanya wanita itu, jujur saja aku belum mampu mengingatnya," kataku sambil memegang pelipis mata. "Memang siapa itu, Mon?" tanya Alan balik."Kalau tahu, aku nggak akan sepusing ini, Lan, aku juga penasaran kok rasanya nggak asing melihat dia," timpalku lagi. "Ayolah kita ke ICU!" ajakku lagi.Namun, ketika kami hendak melangkah, ponselku berdering. Panggilan masuk dari Pak Nando. Aku melirik ke arah Alan, sebab tadi dia yang menjamin bahwa aku bebas dari omelan Pak Nando. "Lan, ini Pak Nando, kata kamu ...." Ucapanku terputus karena lebih baik mengangkat teleponnya. Akhirnya aku angkat setelah berdering beberapa kali. "Halo, Pak," ucapku dengan hati gemetar. "Iya, Mona. Sekarang kamu kembali ke kantor. Saya harap sekarang juga ya, tolong jangan membantah. Bilang sama Alan sekalian dia yang an

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 21

    Bab 21Tiba-tiba saja ada suara teriakan minta tolong. Aku dan Mona sontak terkejut dan berusaha menoleh dengan sengaja ke arah ujung suara. Namun, karena kami lengah dalam sekejap laki-laki itu menepis tanganku hingga terjatuh. Buk! Ia pun lari cukup jauh. Mona yang melihatku terjatuh pun tidak fokus lagi pada lelaki yang nyaris kurang ajar padanya. Aku segera bangkit, jatuh karena tangkisan tangan lelaki tadi, jadi ia sengaja kabur setelah melihatku yang sedang lengah. "Sial dia kabur," kataku sambil melempar batu kecil di hadapanku. Sedangkan Mona mencari sumber suara yang berteriak tadi."Loh, suara nenek yang tadi di sana juga nggak ada," timpal Mona sambil mengedarkan pandangan. Kemudian ia turut membantuku dan mengekori saat aku berusaha mencari orang tadi.Kami cari laki-laki yang katanya sengaja melakukan ini, yang katanya dibayar oleh seseorang hanya untuk menjatuhkan Mona. "Kita cari laki-laki tadi, pasti belum jauh," ajak Alan sambil menarik pergelangan tanganku. Namun

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status