Share

Bab 8

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2022-09-16 20:16:15

"Maaf, Bu. Saya hanya ditugaskan untuk membebaskan Bu Mona, dan menyampaikan surat ini untuk Bu Mona," sahut Pak Haris sambil menyodorkan secarik surat.

"Saya baca sekarang, Pak?" tanyaku padanya. Tidak lama aku bicara, deru klakson terdengar menuju ke arahku. 

"Itu mobil jemputan untuk Bu Mona telah datang, silakan Ibu naik mobil itu, sopir tersebut akan mengantarkan Bu Mona sampai rumah. Baca suratnya di mobil saja," papar Pak Haris semakin membuatku kebingungan. Sopir yang tadi membunyikan klakson pun turun lalu mempersilakan aku masuk.

Aku menoleh ke arah Pak Haris, "Maaf, Pak, apa ini tidak membahayakan saya?" tanyaku sambil menundukkan kepala, agak sedikit sungkan bertanya dengannya. 

"Iya, Bu. Saya jamin sopir ini mengantarkan Bu Mona sampai ke rumah," ucap Pak Haris. 

"Baiklah, semoga benar-benar orang baik, terima kasih banyak, Pak. Saya berhutang budi pada Pak Haris," ujarku padanya sambil berjabat tangan. 

"Saya hanya bertugas, saya dibayar mahal oleh orang yang ingin melindungi Bu Mona," jawabnya semakin tambah membuatku penasaran. Namun, rasa penasaranku ini terpaksa ditepis lebih dulu. Sebab, Pak Haris tak ingin bicara. 

Aku turuti apa yang dikatakan Pak Haris, masuk ke mobil sedan yang sudah menjemputku dengan sopan. Sopir itu membukakan pintu hingga menutupnya kembali, aku diperlakukan bak ratu olehnya. 

Setelah duduk dan bersandar, aku coba bicara dengan sopir yang akan mengantarkan aku pulang. "Pak, maaf. Siapa yang menyuruh Bapak ke sini jemput saya?" tanyaku terpaksa menanyakan. 

"Maaf, Bu. Saya hanya diperintahkan oleh Bos untuk menjemput dan memastikan Bu Mona tiba di rumah dengan selamat," jawabnya membuatku menyunggingkan senyuman. 

Kata-kata yang sama saat aku menanyakan ke Pak Haris, ia hanya ditugaskan oleh seseorang. Astaga, siapa dia? Aku dilanda kebingungan, ditambah lagi dengan pesan Pak Haris mengenai Fikri. Ada apa ini?

Teringat kala itu, perkataan Fikri terhadapku. Jika ia sukses dengan viralnya masalah yang aku hadapi, maka Fikri akan berhenti bekerja di Domba Turah. Jadi ini maksud dan tujuan Fikri bicara seperti itu. Setelah ia berhasil menjebloskan aku ke penjara, Fikri pergi dan menghilang tak tahu rimbanya. Aku terjebak dengan masalahku sendiri. 

Aku menghela napas, kemudian membuka lembaran putih titipan Pak Haris. Namun, hanya ucapan kata-kata mutiara saja yang tertulis dalam kertas itu. 

[Dalam perjalanan hidup pasti ada momen di mana kamu harus menghadapi masalah. Pengalaman baik, buruk, dan tidak mengenakan dapat datang kapan saja. Yang terpenting bijak dan ikhlas dalam menghadapinya.]

Begitulah isi paragraf satu, aku baca sambil tersenyum, ternyata ada orang yang menguatkan aku diam-diam. Lalu kubaca paragraf kedua. 

[Hidup tanpa masalah adalah sekolah tanpa pelajaran. Satu pesan saya, jauhi Fikri. Dari orang yang sangat mengagumi kamu. Tetap semangat ya.]

Aku menghela napas, ternyata belum ada yang menyebutkan namanya. Baiklah, aku akan coba menunggu orangnya muncul nantinya. 

Aku periksa tas yang dikembalikan pihak kepolisian, terutama handphone yang tadi sempat disita. Lalu kubuka sebagian pesan, termasuk dari teman-teman. Namun, aku hanya membacanya, mereka hanya peduli melalui sosial media, tidak ada yang melakukan sesuatu hal yang membuatku terbebas, kecuali orang misterius tadi. 

"Bu, kita sudah sampai, ini rumah Bu Mona kan?" tanya laki-laki paruh baya itu.

"Iya, Pak. Terima kasih ya," ucapku sambil menoleh ke arah rumah yang tampak sepi. Berati Mas Ari pulang ke rumahnya, tidak pulang ke sini. 

Aku turun dan masuk ke dalam rumah. Lalu mandi untuk menyegarkan tubuh yang lengket. 

Di bawah kucuran shower, aku sempat terbayang dengan perlakuan Mas Ari dan Rinta. Apa yang ia lakukan benar-benar memalukan. Namun, di tengah-tengah masalah perselingkuhan pun ada orang yang tega memanfaatkan ini demi balas dendam rasa sakit hatinya padaku. 

Aku mematikan shower, lalu meraih handuk dan segera memakai baju. Setelah itu, duduk sendirian di kamar. Namun, terdengar suara mobil datang dan berhenti tepat di depan rumah. 

Kemudian, aku intip dari kaca jendela, ternyata Mas Ari datang. Aku segera duduk kembali di atas ranjang. Pura-pura tidak mengetahui kedatangannya. 

Brak!

"Ternyata kamu dapat menghirup udara bebas lagi ya. Aku tidak menyangka, siapa sih yang bisa melakukan hal ini? Membebaskan kamu tanpa syarat," tutur Mas Ari. 

Aku terdiam sambil menyoroti tubuhnya dari atas hingga bawah. Lalu menyunggingkan senyuman ke arahnya.

"Masih berani kamu ke sini, Mas? Apa perlu aku lanjutkan buat laporan perzinahan?" tanyaku balik. 

"Nggak semudah itu, Mona. Melaporkan masalah perselingkuhan tidak semudah membalikkan telapak tangan," sahutnya. Kemudian, ia menggeledah lemariku dengan bringas. 

Aku pun bangkit dari sandaran dan coba menghalanginnya. Aku tahu pasti ia menginginkan surat rumah.

"Mau apa, Mas?" tanyaku padanya. 

"Mau ambil surat rumah, ini rumahku, bukan rumahmu," pungkasnya membuatku tertawa lepas.

"Gila ya, nggak pernah kasih nafkah ke istri tapi mengakui apa yang dibeli, lucu kamu, Mas. Lagi pula katanya keluarga terhormat, masa rumah segini aja diambil balik," ejekku sengaja. Ingin tahu apa ia akan tersulut emosi. Padahal, ia mau geledah sampai lebaran idul fitri tiba pun tidak akan ketemu surat-surat rumah itu.

"Hah, kebanyakan bicara kamu, terlalu lancang pada suami, makanya bikin aku nggak nyaman," jawabnya sambil terus merogoh isi laci.

"Iya, nyamannya dengan pembantu," ejekku lagi membuat ia menghentikan geledahnya.

"Bisa stop mengatakan itu, bisa stop meremehkan Rinta?" Mas Ari marah, ia tersinggung atas ucapanku.

Aku hanya tertawa lalu duduk kembali. Namun, tiba-tiba Mas Ari menarik lenganku dengan kasar.

"Di mana surat-surat rumah?" sentaknya tepat di hadapanku. 

"Kamu ingat sebulan lalu? Aku meminta kamu menandatangani sebuah surat polos ketika kamu buru-buru berangkat kerja? Itu surat untuk pengalihan aset. Semua aset!" ucapku penuh penekanan. 

"Gila kamu ya, akan kutuntut kamu, Mona!" sentaknya. 

Aku meninggalkan Mas Ari begitu saja, lalu ia menarikku lagi. "Lepas, Mas," suruhku dengan mata membulat. Posisi daguku mendongak karena ia lebih tinggi dariku.

"Kalau kamu tega, aku pun akan tega denganmu. Cepat, ikut aku!" Mas Ari menarik bahkan menyeretku kasar. Lalu membuka pintu rumah dan memasukkan aku ke dalam mobilnya.

Buk! Punggungku dipukul olehnya, tapi aku masih tersadar. 

"Tolong!" Aku berteriak tapi ia tak peduli, dan orang sekeliling pun terlihat sepi. 'Astaga, ke mana warga sini? Kenapa baru jam segini sudah sangat sepi sekali? Aku takkan bisa berontak sebab punggungku terasa sakit dan sulit bangun dari kursi mobil,' gumamku dalam hati sambil coba memikirkan bagaimana caranya keluar dari mobil yang sudah dikunci.

Mas Ari menyalakan mesinnya, dan aku masih meringis kesakitan. Ia sudah menginjak gas, entahlah akan dibawa ke mana aku dengannya. 

"Mas, kamu mau bawa aku ke mana?" tanyaku sambil meringis.

"Aku akan jual kamu dengan laki-laki hidung belang, untuk uangnya akan kubelikan rumah untuk Rinta," tuturnya menurutku sudah sangat gila. Hanya demi Rinta, ia akan menjualku, istrinya ke laki-laki lain.

Tiba-tiba Mas Ari menoleh ke arah kaca spion tengah, ada yang membuntuti kami. Sebuah mobil sedan warna putih terlihat seperti mengawasi kami.

"Sial, siapa mobil di belakang? Ikut campur urusan orang saja," gerutu Mas Ari sendirian sambil berusaha menambah kecepatan. 

Bersambung 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Renni Sartika
authornya imajonasinya tinggi bgt.. ceritanya, bagussssss
goodnovel comment avatar
Lara Sati
np da suami sprt tu ya.....ego banget tuh laki
goodnovel comment avatar
catur wahyudi
bagus dan menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 9

    Mas Ari menambah kecepatannya, ia melaju dengan kencang, mobil yang ada di belakang pun terus mengikuti kami.'Semoga orang yang berada di belakang berniat baik,' gumamku dalam hati.Mas Ari memasuki area jalan yang sepi, mobil belakang pun masih mengikuti, itu artinya orang itu benar sedang membuntuti kami. Namun, Mas Ari tidak menghentikan laju mobilnya, ia tetap jalan entah ke mana tujuannya.Ponsel Mas Ari berdering, ia mengangkat telepon sambil mengendarai. "Tunggu di hotel, saya sebentar lagi sampai di lokasi, siapkan uang setengah milyar. Jangan lupakan itu, Anda bisa puas dengannya," tutur Mas Ari membuat hatiku seketika terasa diiris-iris. Bagaimana bisa seorang suami menjual sang istri demi pembantunya. Ini gila, sudah benar-benar gila, apa yang sebenarnya yang dilakukan oleh Rinta hingga Mas Ari tega begini kepadaku?Mas Ari menutup teleponnya, ia menoleh ke belakang, namun mobil itu tak ada lagi di belakang kami. Harapanku kini sirna, tidak ada lagi yang akan menolongku."

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 10

    Aku terdiam, mencerna dan mengingat berkali-kali siapa laki-laki ini? Sepertinya memang tidak asing. "Rio, kok diam?" tanyanya ketika aku lama terdiam."Emm, saya bukan Rio, saya ...." Telepon pun langsung diputus olehnya. Aku mengecap bibir, lalu merebahkan tubuh ini di ranjang empuk yang disediakan. Masih agak sakit punggung ini untuk mengubah posisi tidur, butuh jahe dan minuman hangat untuk memulihkan punggung yang dipukul oleh Mas Ari.Akhirnya aku hubungi saja Rio untuk menyegerakan jahe parut dan berbentuk minuman. "Halo, Rio. Aku minta diantar ya, tolong antar jahe parut dan yang berbentuk minuman," suruhku. "Oh iya, Bu. Tadi saya sudah pesan sebentar lagi juga diantar," timpal Rio. "Emm, ngomong-ngomong tadi ada kontak yang kamu save, Bos itu siapa ya?" tanyaku padanya. "Astaga, iya saya lupa hapus, maaf Bu nanti juga Bos nya ke apartemen jemput Bu Mona untuk melaporkan kelakuan suami Bu Mona ke kantor polisi," ucap Rio. "Tunggu-tunggu, memang siapa ya Rio?" tanyaku pe

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 11

    "Rio, biar saya yang ikuti dia," pintaku mencegah Rio mengikuti Fikri. Sebab, aku ingin menegurnya dengan cara sendiri. "Tapi, Bu. Bos sudah nunggu," timpal Rio."Sebentar, aku ingin tahu Fikri mau ke mana," jawabku lagi sambil meneliti ke mana perginya Fikri. Langkah kaki ini berjalan setengah berlari, supaya tidak kehilangan jejak Fikri. Terlihat jelas ia belok ke sebuah cafe. Kemudian, laki-laki yang pernah ketidak cintanya itu tengah menghampiri seorang wanita. Tangannya disodorkan ke wanita itu, aku melihatnya dari arah belakang, tidak mengetahui siapa dia. "Bu, ayo kita bertemu Bos, beliau sudah menunggu di lobi," ujar Rio tiba-tiba ada di sebelahku. Rasanya aku tidak ingin pergi dari sini, perasaanku berkata bahwa ada rencana jahat Fikri dengan wanita yang belum kuketahui. Sebab, dari belakang ia tertutup jaket dan tudungnya. "Sebentar ya," timpalku. Awalnya lebih ingin mengetahui Bos dari Rio. Namun, sekarang malah ingin mengetahui dengan siapa Fikri bicara."Bu, kita tid

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 12

    Laki-laki putih tinggi itu ternyata masih ada hubungan darah dengan Alan. Ya, Pak Nando yang selama ini menjadi atasanku di PT. Mega Sejahtera adalah kakaknya Alan."Kenalkan, ini Nando Herdiansyah. Ia adalah kakakku," ucap Alan seakan mengejekku. Kini senyumku sulit dilayangkan karena atasan di kantor ada di hadapanku. "Sudahlah tidak usah tegang gitu, biasa saja, bahunya jangan naik gitu," ejeknya juga membuatku menghela napas panjang. Bahu yang tadinya terlihat terangkat kini agak turun ketika aku menghela napas lega."Bukan tegang, tapi heran kok dunia sempit banget, Pak Nando dan Alan ternyata adik kakak, bagaimana bisa ini terjadi?" tanyaku keheranan. Alan tertawa, begitu juga dengan Pak Nando. "Usia saya 35 tahun, Alan 25 tahun, wajarlah kamu heran begitu, dulu sewaktu Nando masih sekolah SMP saya sudah kuliah jauh dari orang tua," jawab Pak Nando. Aku mengangguk, melihat kesuksesan dua kakak beradik ini membuatku mengagungkan kedua jempol. Hebat mereka berdua, usia muda sud

    Last Updated : 2022-09-16
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 13

    "Tutup kaca mobilnya!" suruh Pak Nando. "Fikri sadar ada yang mencintainya," tambahnya lagi. Setelah itu barulah kututup kaca mobilnya. "Tadinya saya berniat menghampiri Fikri, Pak," ujarku pada Pak Nando. Pak Nando mengecap bibirnya seraya kesal. Lalu ia menyuruh sang sopir jalan kembali tanpa mempedulikan usulku. Adiknya pun tertawa menyaksikan pola tingkah kakaknya. "Jangan heran, Mas Nando memang seperti itu, ia akan melakukan sesuatu tanpa kamu pinta, Mas Nando tahu apa yang akan ia lakukan," jelas Alan. "Ya, gara-gara ngurusin beginian, aku nggak ngantor sejak Mona melakukan hal bodoh di perumahan tempat Fikri tinggal," sindirnya membuatku naik darah. Kini posisi tubuhku tegak dan menyorot ke depan, tempat duduk Pak Nando. "Kamu mau marah sama kakakku? Nanti dipecat loh," ejek Alan sembari tertawa. Aku hanya menghela napas untuk mengontrol emosi. 'Sembarangan sekali Pak Nando sebut aku bodoh, yang kulakukan sudah benar kok, hanya saja kesialan terjadi padaku saat itu,' geru

    Last Updated : 2022-09-17
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 14

    Fikri sedang bertemu dengan Rinta. Sebelumnya aku benar-benar mengira bahwa Fikri datang untuk mengisi relung hatiku lagi. Namun, makin ke sini, makin terlihat bahwa Fikri masuk di kehidupanku bukan tanpa di sengaja."Coba tanya lagi, Lan, ada yang dikatakan Fikri lagi nggak?" tanyaku pada Alan."Sudah saya kirim pesan, tapi Rio balas tidak ada rekaman lagi," jawab Alan. Aku menatap ke jalan. Sambil memikirkan bagaimana caranya membalas dendam pada mereka. Namun, aku tidak ingin lagi melakukan kebodohan yang nyaris menjebloskan aku ke penjara.Jalan raya yang dipenuhi lalu lalang mobil yang melintas, membuatku semakin sulit berpikir bagaimana caranya tetap masuk dalam permainannya."Nggak usah sok mikir," celetuk Pak Nando sedikit sinis. "Sekarang sudah tahu kan mereka sedang merencanakan sesuatu? Lebih baik kamu pulang saja," suruh Pak Nando lagi. Laki-laki yang telah memiliki seorang istri itu memang orangnya menyebalkan. Baik di kantor maupun di sini.Alan tertawa mendengar celote

    Last Updated : 2022-09-17
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 15

    "Rio kecelakaan, sekarang ada di rumah sakit," ucap Alan membuat kami semua terkejut. Terutama Pak Nando, sebab Rio itu orang kepercayaannya. "Dilarikan di rumah sakit mana?" tanya Pak Nando. Ia menoleh ke belakang sambil menunjukkan mimik wajah yang panik. "Rumah Sakit Sumber Sehat," jawab Alan lemas. Aku tahu ini adalah berita buruk, sepertinya aku urungkan niat saja untuk bertemu dengan Fikri. Kemudian, Alan menyuruh sopir putar balik ke arah rumah sakit, seketika pertemuan aku dan Fikri pun ditunda. Kami semua memutuskan bergegas ke rumah sakit.Aku terdiam, tidak menanyakan perihal bagaimana rencana bertemu dengan Fikri."Yang hubungi kamu barusan pihak rumah sakit?" tanya Pak Nando menyelidik. "Ya, katanya seperti itu," jawab Alan masih melongo. "Pakai nomor Rio?" cecar Pak Nando. Kenapa ia tiba-tiba bertanya seperti itu?"Bukan, dia hubungi aku pakai nomor rumah sakit," jawab Alan lagi."Coba sebutkan nomornya," pinta Pak Nando. Kemudian, Alan pun menyebutkan nomornya, lal

    Last Updated : 2022-09-17
  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 16

    Mereka berdua menyuruh Rio memerintahkan anak buahnya membawa bobot tubuh Fikri. Alan dan Pak Nando tidak memberitahu aku bagaimana mereka akan ngerjain Fikri dan Rinta. "Kamu ikuti saya saja ya," suruh Alan. Sedangkan Pak Nando masih sibuk berbisik pada Rio. Anak buahnya itu pun mendengarkan bisikan sambil tersenyum. "Sepertinya ada hal yang lucu ya, kulihat Rio senyam-senyum ketika diberi tugas," ucapku pada Alan. Mata ini tak berhenti menyoroti Pak Nando dan Rio. "Sudahlah, nanti juga kamu tahu," ucap Alan. Hampir semua orang yang melintas melirik bahkan curiga dengan kami. Hingga pelayan cafe pun sempat menegur, tapi uang berbicara. Pak Nando memberikan beberapa lembar uang pada orang yang tak segan-segan menegurnya. Ada satpam yang hampir curiga ia menghampiri ketika melihat Rio dan anak buah yang baru saja datang menggendong Fikri. "Maaf, ini ada apa?" tanyanya membuatku terperangah. Namun, Rio tetap mencoba tenang bahkan berpura-pura berdialog dengan temannya."Ini bocah

    Last Updated : 2022-09-18

Latest chapter

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 29 End

    "Tante, itu semua salah paham," terangku padanya."Salah paham apanya? Fikri itu keponakan aku, dia anak baik-baik yang telah kamu sia-siakan," balasnya dengan percaya diri. Terkadang seperti itu, orang mengira yang baik di depan kita akan baik juga di belakangnya, padahal banyak yang baik di depan dan jahat di belakang. "Tante, ini saya sudah memiliki bukti bahwa mobil Fikri yang menabraknya, dan ini juga ada surat laporan yang sudah saya laporkan ke polisi," kataku sambil menyodorkan handphone dan secarik kertas.Tante Ambar meraihnya, lalu membacanya, sesekali mata Tante Ambar melirik ke arahku. Terlihat di sudut matanya ada air mata yang mengembun.Sesekali bibirnya dibasahi oleh lidahnya, lalu terlihat Tante Ambar menghela napasnya. Kemudian, pipi wanita yang memiliki dua anak itu terlihat basah. Kini air mata pun banjir setelah tahu semuanya. "Fikri," isak Tante Ambar. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan. Aku pun menghampiri dan menuntunnya untuk duduk."Tante yang sabar

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 28

    Setelah kami menghampirinya, ternyata darah segar sudah mengalir di kening Rinta. Tidak ada satu pun yang berani membawanya ke rumah sakit. "Alan, kita bawa Rinta ke rumah sakit," ajakku setelah menyeruak di kerumunan. "Pak tolong bantu kami bawa dia ke rumah sakit," kata Alan juga."Kata orang sini tabrak lari, Bu. Kami takut nyentuhnya. Nanti polisi jadiin kami saksi," jawab salah seorang warga.Tabrak lari lagi? Mungkinkah ini Fikri lagi? Kalau benar, berati laki-laki itu sudah gila.Darahnya terus mengalir, Rinta terlihat meringis kesakitan. Kemudian menarik telapak tanganku."Mon, tadi Fikri, tolong cari dia ...." Ucapan Rinta terhenti napasnya tampak sulit diatur. Seketika itu juga ia pingsan tergeletak di jalan."Lan, ayo cepat kita bawa saja!" suruhku berteriak. Setelah melihat ia tergeletak, barulah yang lain ikut membantu. Tiba-tiba suara sirine ambulance terdengar. Ternyata ada yang sudah menghubungi ambulance. Petugas langsung membawa Rinta yang sudah terkapar ke dalam

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 27

    Aku mengelus dada, ternyata orang yang berada di layar CCTV adalah Fikri. Ia benar-benar keterlaluan. Laki-laki itu harus rela dendamnya berakhir di jeruji besi, dan yang akan melaporkannya saudaranya sendiri. Tanganku mengepal, lalu mengembuskan napas perlahan. Sisi burukku cuma satu, menolak cintanya pada saat itu tanpa meminta maaf bahkan menganggap Fikri. Jadi, ia menilaiku benar-benar musuhnya. Seandainya pada waktu itu aku memilih Fikri pun rumah tangga takkan awet jika hatinya diselimuti dendam. "Mon, kita mau gimana?" tanya Alan mengejutkan aku. Seketika lamunanku tentang Fikri buyar, bukan menyesal, tapi aku sangat menyayangkan kalau hari-harinya akan menjadi kelam selamanya. "Kita ketemuan sama Rinta, tunjukkan CCTV ini," ajak Mona pada Alan."Jam berapa kamu janjian?" tanya Alan lagi."Tadi bilang jam 5 sore," timpalku padanya. "Coba telepon Rinta lagi, ketemu sekarang saja," saran Alan. Namun, aku tidak langsung mengindahkan ucapannya. Sebab, kalau kami keluar kantor

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 26

    "Boleh lihat CCTV nya nggak, Pak?" tanya Alan pada salah seorang yang berada di hadapan kami. Sepertinya mereka tetanggaan di sini, sering kumpul bareng."Wah, kalau itu nanti tanya ke yang punya rumah dulu ya, Pak, Bu. Soalnya orangnya kerja," terang yang tadi mengembalikan dompet Alan. "Oh begitu, ya sudah, ini nomor handphone saya, Pak, kalau orangnya sudah pulang, bisa telepon saya," tutur Alan sambil menyodorkan nomor ponsel yang telah ia tulis di kertas kecil.Kemudian, aku dan Alan kembali ke mobil, setelah memberikan tips untuk orang yang telah menemukan dompet Alan. Aku memakai sabuk pengaman sambil termenung, bisa-bisanya penabrak itu dengan sengaja menabraknya. "Aku yakin ini kerjaannya Fikri, aku pastikan ia masuk ke penjara juga. Kita tidak bisa menyudutkan dengan masalah sosial media, tapi kalau masalah kriminal gini, tentu polisi akan bertindak," kata Alan dengan yakinnya. Aku sedikit menelan ludah, sebab perbuatan ini sangat di luar kepala. Kalau iya Fikri orangnya

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 25

    Tadinya aku sudah mulai emosi saat Fikri bicarakan tentang aku melalui sambungan telepon. Namun, Alan mencegahku untuk jangan gegabah. Tangan Alan menahan pundakku yang berusaha keluar dari tempat persembunyian. Setelah memastikan Fikri pergi, kami pun beranjak ke mobil. Pintu mobil kututup dengan keras. Aku masih tidak percaya dendam kesumat Fikri denganku begitu mendalam. Hingga harus menyuruh Rinta, yang ternyata saudaranya sendiri sebagai pembantu, berzina pula. Aku mengelus dada, hingga napas ini mampu aku keluarkan dengan perasaan lega. "Sabar ya, Mon, mungkin ini ujianmu. Setelah ini akan ada kebahagiaan yang menghampiri, percayalah bahwa setelah gelap pasti akan datang terang."Kecewa aja, Lan, sama Fikri. Cuma gara-gara nolak cintanya sampai segitunya menghancurkan hidupku," timpalku masih menampakkan kekesalan. "Terkadang, ketika kamu kecewa, itu membuatmu lebih kuat, kamu itu wanita pilihan, Mon," ucap Alan sambil menyetir mobil. Kami memutuskan untuk menyudahi penyeli

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 24

    Kemudian langkah Rinta menuju Tante Ambar dan langsung menyergap tubuhnya. Aku menoleh ke arah Alan, kami berdua beradu pandangan. "Satu persatu ketebak, Mon. Ini ulah Rinta, ya kan?" Alan sangat yakin bahwa ini adalah ulah Rinta. "Lan, kok aku penasaran ya, kenapa Rinta peluk Tante Ambar? Bukankah yang sepupuan dengan Firman itu Fikri?" Aku bertanya-tanya pada Alan. Seketika kami berdua terdiam sejenak. Ini sungguh seperti teka-teki. Kami berdua yakin bahwa Rinta yang menjadi dalangnya. Akan tetapi masih bertanya-tanya juga ada hubungan apa Rinta dan Firman."Mon, mungkin nggak kalau Firman itu pacarnya Rinta juga?" tanyaku lagi. Pertanyaan yang satu belum terjawab sudah muncul pertanyaan lainnya. "Apa kita samperin ke sana?" tanyaku pada Alan. "Ya sudah, kita ke sana aja, pengen tahu si Rinta jawab apa nantinya," ajak Alan. Akhirnya kami memutuskan untuk menghampiri mereka. Langkah kakiku dan Alan sangat pelan. Kami berdua berdampingan dan jalan penuh kehati-hatian.Aku melaku

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 23

    Aku ditarik olehnya ke kursi tunggu. Wanita yang belum kuingat namanya itu tampak serius ingin bicara denganku."Ini nggak apa-apa saya negur saat ada pacarmu?" tanyanya membuatku terkejut. Alan dikira pacarku, padahal ketemu saja baru beberapa hari ini."Nggak apa-apa, Tante. Rasa penasaran saya memuncak nih," ucapku lagi.Tiba-tiba saja dokter datang saat kami hendak bicara di kursi tunggu. Jadi, ia memilih menunda lebih dulu."Maaf, keluarga dari Firman?" tanya dokter."Iya, saya ibunya Firman," jawabnya dengan serius.Jadi wanita yang barusan mengenalku itu orang tuanya Firman, tapi kenapa aku tidak mengenalnya? Bukankah ia tadi juga tahu bahwa aku ini mantannya Fikri?Sederet pertanyaan muncul, Alan pun menghampiriku, bibirnya sedikit mendekat dan berbisik. "Kok aku jadi tambah penasaran ya," bisik Alan. Jangankan aku yang memiliki permasalahan, Alan pun ikut penasaran yang hanya berniat membantu.Dokter itu mengajak ibunya Firman bicara empat mata di ruangan. jadi mereka berdua

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 22

    Ketika wanita itu datang ke UGD, ia langsung diarahkan ke ruangan ICU oleh suster. Sedangkan aku masih berusaha mengingat wajahnya. Namun ingatanku tidak juga muncul."Kita ke ICU, Lan. Tanya-tanya wanita itu, jujur saja aku belum mampu mengingatnya," kataku sambil memegang pelipis mata. "Memang siapa itu, Mon?" tanya Alan balik."Kalau tahu, aku nggak akan sepusing ini, Lan, aku juga penasaran kok rasanya nggak asing melihat dia," timpalku lagi. "Ayolah kita ke ICU!" ajakku lagi.Namun, ketika kami hendak melangkah, ponselku berdering. Panggilan masuk dari Pak Nando. Aku melirik ke arah Alan, sebab tadi dia yang menjamin bahwa aku bebas dari omelan Pak Nando. "Lan, ini Pak Nando, kata kamu ...." Ucapanku terputus karena lebih baik mengangkat teleponnya. Akhirnya aku angkat setelah berdering beberapa kali. "Halo, Pak," ucapku dengan hati gemetar. "Iya, Mona. Sekarang kamu kembali ke kantor. Saya harap sekarang juga ya, tolong jangan membantah. Bilang sama Alan sekalian dia yang an

  • Lingerieku Dipakai Pembantuku   Bab 21

    Bab 21Tiba-tiba saja ada suara teriakan minta tolong. Aku dan Mona sontak terkejut dan berusaha menoleh dengan sengaja ke arah ujung suara. Namun, karena kami lengah dalam sekejap laki-laki itu menepis tanganku hingga terjatuh. Buk! Ia pun lari cukup jauh. Mona yang melihatku terjatuh pun tidak fokus lagi pada lelaki yang nyaris kurang ajar padanya. Aku segera bangkit, jatuh karena tangkisan tangan lelaki tadi, jadi ia sengaja kabur setelah melihatku yang sedang lengah. "Sial dia kabur," kataku sambil melempar batu kecil di hadapanku. Sedangkan Mona mencari sumber suara yang berteriak tadi."Loh, suara nenek yang tadi di sana juga nggak ada," timpal Mona sambil mengedarkan pandangan. Kemudian ia turut membantuku dan mengekori saat aku berusaha mencari orang tadi.Kami cari laki-laki yang katanya sengaja melakukan ini, yang katanya dibayar oleh seseorang hanya untuk menjatuhkan Mona. "Kita cari laki-laki tadi, pasti belum jauh," ajak Alan sambil menarik pergelangan tanganku. Namun

DMCA.com Protection Status