“Aaah!!” Kinan spontan melempar ponselnya hingga terjatuh ke lantai saat melihat foto yang baru saja dikirim.
Ia terdiam, napasnya memburu, peluhnya tiba-tiba bercokol memenuhi keningnya. Berulang Kinan mengerjapkan mata sambil menggelengkan kepala.
“Apa benar? Apa benar yang terjadi di kehidupan beda, aku dan Saka mati karena terjatuh ke jurang?” gumam Kinan.
Dia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya di kehidupan itu karena saat dia tersadar, Kinan sudah berada di tahun berbeda dan mengulang kembali kehidupannya. Kinan terdiam membisu sambil duduk di lantai menekuk lututnya dalam-dalam.
Ia ketakutan sekaligus bingung. Kinan berasumsi kalau yang mengirim foto tadi adalah Fajar. Bukankah Fajar melarikan diri tadi malam, pasti dia bebas saat ini dan sedang menyusun rencana untuk mencelakai Kinan. Aneka bayangan ketakutan bermunculan di benak Kinan, hingga tiba-tiba ponselnya berdering kencang membuyarkan lamunan Kinan.
Perlah
“Maaf, siapa ya?” tanya Saka kemudian.Wanita cantik itu berjalan mendekat menghampiri Saka kemudian duduk di sebelahnya. Kinan yang duduk di sisi lain Saka hanya diam memperhatikan.“Kamu sudah lupa ternyata. Memang sudah lama sekali kita tidak bertemu, tapi aku sama sekali tidak melupakan malam itu,” ucap wanita itu lagi.Saka hanya terdiam kemudian matanya sudah melirik sekilas ke arah Kinan. Kinan hanya diam dan sedari tadi sudah mengunci tatapannya ke gadis cantik di sebelah Saka ini.“Iya, aku lupa. Apa kamu relasi bisnis atau teman sekolah?” tebak Saka.Wanita cantik itu tersenyum, duduk mendekat ke arah Saka seraya menopang salah satu kaki sehingga pahanya yang mulus terekspos dengan jelas. Kinan hanya melirik sekilas wanita cantik itu kemudian berganti melihat suaminya yang malah sedang mengamatinya.“Baiklah, aku kenalan ulang saja, ya. Aku Dianti.”Saka tampak manggut-manggut
Kinan terjingkat bangun karena bunyi alarm ponsel Saka tidak berhenti berdering. Wanita manis itu melirik sekilas ke samping, tampak Saka sedang terlelap memeluknya. Kinan mengulum senyum dan kembali ingatan semalam bermain di benaknya. Entah harus bagaimana Kinan mengutarakan perasaannya, karena setiap saat bersama Saka kini begitu indah. Dia benar-benar kembali lahir ke sosok Kinan yang berbeda dan melupakan semua yang pernah menimpanya di kehidupan beda.“Hmm ... .” Tiba-tiba Saka bersuara. Pria tampan itu menggerakkan tubuhnya sementara matanya masih terpejam.“Kamu gak bangun, Sayang?” tanya Kinan lirih.Perlahan Saka membuka mata kemudian mendaratkan sebuah kecupan lembut di pipi Kinan. “Aku masih ngantuk. Boleh gak aku bolos hari ini?”Kinan terkekeh mendengar ucapan Saka. Semakin hari sikap Saka semakin manja saja, tidak seperti yang Kinan tahu selama ini.“Memangnya kamu gak ada janji penting?&rdqu
“Sayang!” seru Kinan.Sontak Saka terjingkat kaget saat Kinan memanggilnya. Karena sibuk melamun, pria tampan itu langsung terkejut saat Kinan menyenggol lengannya. Kinan melihat Saka dengan mengernyitkan kedua alisnya.“Kok kaget banget gitu, sih. Ada apa?”Saka hanya tersenyum meringis sambil memperlihatkan deretan gigi rapinya. Ia bergegas menggeleng kemudian. “Gak papa.”“Ya udah. Kita sarapan, yuk! Aku laper banget.”Saka mengangguk kemudian berjalan beriringan menuju ruang makan. Vino tidak berkenan saat diajak Saka makan pagi tadi sepertinya dia sudah ada janji dengan orang lain di pagi ini.Tepat dugaan Saka, karena sekarang Vino sedang menemui salah satu temannya juga yang tak lain Fajar. Fajar langsung tersenyum menyambut kehadiran Vino di tempatnya.“Ada apa kamu memanggilku, Fajar? Mengapa kamu memintaku datang ke sini dan bertemu Saka ?” cercah Vino begitu bertem
“Sayang, seminggu ini aku ada urusan di luar negeri. Kamu gak papa aku tinggal?” tanya Saka pagi itu.Hampir seminggu berselang sejak kedatangan Vino ke rumah Saka saat itu. Pagi ini seperti biasa, Kinan menyiapkan Saka berangkat kerja.“Apa aku gak boleh ikut, Saka?” Kinan malah balik bertanya.Saka tersenyum membalikkan badan sambil tersenyum ke arah istrinya. Pelan, dia kecup kening Kinan lalu merembet ke hidung dan bibirnya.“Aku sih pengennya kamu ikut, tapi aku malah takut gak bisa temeni kamu. Aku banyak kerjaan, Sayang.”Kinan hanya diam sambil berulang menganggukkan kepala. Wajahnya tampak sedih dan kini sudah tertekuk rapat-rapat. Saka yang melihatnya hanya tersenyum kemudian perlahan menarik dagu Kinan hingga mata mereka saling bertatapan.“Jangan sedih gitu, dong, Sayang.” Kinan langsung merubah mimik wajahnya dan berangsur tersenyum.“Iya, gak sedih, kok. Hanya kesel a
“Lepasin, Fajar!!” ronta Kinan marah.Padahal tadi Fajar sudah berjanji tidak menculiknya, mengapa kini Fajar membawanya pergi dari mall. Kinan sudah di dalam mobil bersama Fajar dan tampak marah.“Kamu ingkar janji, Fajar. Lepasin aku!! Turunkan aku sekarang!!” seru Kinan.“Gak!! Aku gak akan melepaskanmu sebelum kamu melihat semuanya,” jawab Fajar.Kinan diam dan menatap Fajar dengan bingung. “Melihat apa maksudmu?”“Melihat bukti kalau suamimu, Saka Bramana tidak sebaik yang kamu kira. Dia bajingan, berengsek dan hanya seorang penipu ulung.”Kinan diam lagi seraya menghela napas panjang. “Aku tahu itu. Aku tahu siapa Saka. Dia bajingan wanita juga. Aku tahu.”Fajar berdecak dan menoleh sekilas ke arah Kinan.“Jadi rasanya percuma saja kamu menunjukkan siapa Saka ke aku, Fajar.” Kembali Fajar tersenyum menyeringai dan ini membuat Kinan kesal.
“Nyonya!! Anda dari mana? Saya menunggu di depan toilet dari tadi,” ujar Pak Wildan dengan wajah panik.Kinan hanya tersenyum kemudian sudah berjalan mendahului Pak Wildan. “Saya ketemu teman tadi, Pak. Jadi kami ngobrol sebentar,” jelas Kinan.Pak Wildan hanya manggut-manggut mendengarnya. “Syukurlah, Nyonya. Saya ketakutan terjadi sesuatu pada Anda tadi.”Sekali lagi Kinan hanya tersenyum sambil berulang menganggukkan kepala. “Kita langsung pulang saja, Pak.”Pak Wildan mengangguk kemudian bergegas menuju parkiran mobil mereka. Selang beberapa saat kemudian, Kinan sudah berada di dalam mobil. Ia hanya terdiam dan tampak termenung melamun. Lagi-lagi ucapan Fajar tentang Saka terlintas di benaknya. Kinan mengerjapkan mata sambil terus mengingat apa yang diceritakan Fajar.“Tidak mungkin Saka seperti itu. Memang dia seperti itu, tapi tidak sekarang,” gumam Kinan.Helaan napas panjang keluar masuk begitu saja dari mulut Fajar. Lagi-lagi Kinan teringat berkas perjanjian yang ditanda tang
“Sialan! Dia masih tidak percaya saja kalau suaminya itu berengsek,” sungut Fajar kesal.Pria berwajah manis itu tampak marah dan berjalan mondar mandir dengan kesal. Daniel yang melihatnya hanya tersenyum menyeringai sambil menggelengkan kepala.“Kamu tidak sabaran banget, sih,” celetuk Daniel. Fajar menoleh dengan cepat ke arah Daniel.“Aku kesal dengan Kinan, Om. Kenapa juga dia tidak percaya satu pun ucapanku. Dia tidak tahu siapa sebenarnya Saka dan dia juga tidak tahu seburuk apa suaminya itu.”Daniel tersenyum miring sambil menatap Fajar. “Memang Saka yang ini berbeda, Fajar. Jadi aku rasa wajar jika Kinan tidak percaya dengan semua ucapanmu.”Fajar mendengus kemudian duduk dengan napas tersengal. “Lalu aku harus bagaimana lagi, Om? Apa Om yakin Katrin akan membantu kita?”Lagi-lagi Daniel tersenyum. “Tentu. Katrin akan membantu dan melakukan apa yang aku perintah. Kamu
“KATRIN!? KA-KAMU NGAPAIN DI SINI?” seru Saka panik.Dia sudah mengurai pelukan dan secepat kilat menggeser tubuh menjauh dari wanita cantik yang tak lain Katrin itu. Wanita cantik bernama Katrin itu hanya tersenyum, menyibakkan rambutnya dengan gemulai dan kini menatap Saka dengan genit.“Kamu tetap gak berubah, ya? Padahal sudah beberapa tahun kita gak main di atas ranjang, tapi kamu masih gila saja, Babe.”Saka mendengus kesal, buru-buru bangun dan bergegas mengenakan celananya. “Kamu jangan ngomong aneh-aneh. Aku gak melakukan apa-apa semalam,” elak Saka.Sontak wanita cantik bernama Katrin itu tertawa lepas memenuhi atmosfer kamar itu seketika. Saka kembali diam, mematung di tempatnya. Jujur ia sangat bingung kini. Memang semalam dia benar-benar menggila dan berulang kali menuntaskan hasratnya. Hanya saja dalam bayangan Saka, semalam dia melakukannya dengan Kinan, istrinya bukan wanita lain di depannya ini.
“Gadis kecil di foto itu ... adalah ... aku,” lirih Kinan bersuara.Saka langsung tersenyum mendengar ucapan Kinan. Kinan hanya terdiam dan masih terkejut begitu tahu kalau dia sudah mengenal suaminya jauh hari sebelumnya.“Jadi ... jadi ... kamu anak kecil yang tertabrak mobil dulu?” imbuh Kinan.Sekali lagi Saka mengangguk dan sebuah senyuman terukir di wajah tampannya.“Ya Tuhan ... .” Kinan langsung menangkupkan kedua tangannya ke muka. Ini benar-benar kejadian yang tidak pernah dia duga.Memang Kinan yang menolong Saka saat Saka secara sengaja ditabrak mobil oleh Daniel. Kebetulan Kinan hendak bertandang ke rumah Saka saat itu. Kinan yang lebih dulu melihat Saka tergeletak tak berdaya di depan rumahnya saat mobil Daniel menabrak Saka. Kinan juga yang berlarian masuk ke dalam rumah Saka memberitahu ke orang tua Saka. Sementara orang tua Kinan sudah sigap menolong Saka.Kinan menunduk dan berurai air ma
“Nyonya Kinan sudah melalui masa kritisnya dan kondisinya kini sudah membaik,” ucap dokter wanita itu.Seketika kaki Saka lemas dan langsung duduk di kasur kembali. Dia merasa lega sekaligus senang usai mendengar perihal kondisi istri tercintanya. Hal yang sama juga ditunjukkan Nyonya Septa, Tuan Arya, Ardi dan Pak Wildan. Semuanya tampak tersenyum bahagia.Dokter itu menganggukkan kepala melihat mimik suka cita yang tampak pada semua yang hadir di ruangan ini.“Lalu tentang janinnya ---“ Dokter itu kembali menggantung kalimatnya dan kini sudah fokus melihat ke arah Saka.Saka membisu tak berani bersuara. Dia sudak ikhlas menerima apa pun yang terjadi. Saka yakin semua yang ditetapkan Tuhan untuknya adalah yang terbaik.“Jujur, saya baru kali ini menangani kasus seperti ini. Mungkin Tuhan telah memberi Anda sekeluarga mukjizat tak ternilai, Tuan.” Dokter itu kembali bersuara dan mengalihkan pembicaraannya.
“Bagaimana keadaan istri saya, Dok?” Bagai dejavu, Saka kembali mengulang kejadian yang sama seperti beberapa bulan lalu.Yang beda kali ini hanyalah, kondisi Kinan. Dulu Kinan lebih sehat dan tidak mengeluarkan banyak darah dari tubuhnya. Saka sudah pasrah apa pun yang terjadi, dia akan menerima dengan lapang dada.“Sabar, Tuan. Kami sedang berusaha semampu mungkin. Hanya dengan pertolongan Tuhan saja yang bisa memberi mukjizat dan membuat istri Anda selamat dari maut,” ujar dokter yang menangani Kinan.Saka hanya mengangguk lesu tak berdaya.“Mungkin lebih baik, luka Anda dirawat dulu, Tuan,” pinta dokter itu lagi.Saka hanya menghela napas sambil menganggukkan kepala. Usai dari rumah Om Daniel, polisi memang membawa Saka dan Kinan ke rumah sakit terdekat. Kinan langsung masuk UGD dan mendapat pertolongan secepatnya. Sementara Saka tidak mempedulikan lukanya malah sibuk mengejar dokter yang menangani Kinan.
“Aah ... .” Saka langsung tersungkur sambil memegang perutnya.Ternyata sedari tadi Daniel sudah mengamatinya saat berkelahi, Saka selalu kesakitan saat lawan memukul perutnya. Memang masih ada bekas luka tembak yang belum sembuh benar di sana. Bahkan Saka masih menutup lukanya dengan perban.“Jadi itu kelemahanmu. Apa itu lukamu, Saka? Sepertinya aku menyerang tepat sasaran saat ini.” Daniel terkekeh sambil menatap Saka penuh benci.Saka hanya diam, menyeka darah di sudut bibirnya kemudian menatap ke arah Daniel tanpa takut.“Aku tidak punya kelemahan. Om salah menebaknya.”Mendengar ucapan Saka yang sombong membuat Daniel makin murka. Dia kembali menyerang Saka dengan bertubi-tubi membuat Saka kewalahan. Dari dulu, Saka memang tidak pernah menang jika beradu tanding dengan pamannya. Namun, kali ini Saka ingin mengubah sejarah. Dia harus memenangkan perkelahiannya.Mereka masih asyik saling pukul, jotos,
“APA!!?” Saka terperanjat kaget mendengar ucapan Kinan.Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus meringis kesakitan sambil memegang perutnya.“Tolong, Saka. Ini ... ini sakit sekali. Aku tidak kuat,” rintih Kinan.“TIDAK!! TIDAK!! KAMU TIDAK BOLEH MENYERAH. KAMU HARUS MELAWANNYA, SAYANG.” Kinan hanya diam tidak menjawab dan terus merundukkan tubuh tak sanggup berdiri tegak. Tanpa banyak bicara, Saka langsung menggendong tubuh Kinan dan berjalan menuju lift.“Aku tidak mau kehilangan kalian berdua. Aku akan melakukan apa saja, Sayang.” Saka berkata seperti itu sambil berjalan masuk ke dalam lift. Kemudian begitu turun dia bersiap keluar dari ruang kerja Daniel. Saka harus secepatnya membawa Kinan ke rumah sakit.Namun, baru saja keluar dari ruang kerja Daniel, Saka menghentikan langkahnya. Ia melihat Daniel sedang berdiri menghadang dengan dua orang penjaga yang dilihat Saka tadi.“Tepat
“Tolong ... Tuan. Jangan lakukan itu!! Anak saya masih kecil dan istri saya juga masih membutuhkan saya,” lirih dokter tersebut memohon.Daniel sudah menodongkan pistolnya ke arah kening dokter tersebut dan tampak tersenyum menyeringai menatapnya.“Kalau kamu masih ingin hidup. Lakukan permintaanku!!”Dokter tersebut terdiam lama, tangannya sudah terangkat semua dan tertegun menatap Kinan. Ini adalah sebuah pilihan yang sulit baginya.“CEPAT!! TUNGGU APA LAGI?? APA KAMU MEMANG INGIN MATI??”Dokter itu mengerjapkan mata kemudian dengan sendu menatap Kinan dan menggelengkan kepala. Hampir tak terdengar sebuah kata keluar dari mulut pria berjas putih itu seakan sedang meminta maaf kepada Kinan.Kinan hanya terdiam menatapnya. Bahkan wanita berwajah manis itu itu tidak bisa menahan buliran bening yang luruh seketika membasahi pipinya.Perlahan dokter itu membalikkan badan dan berjalan menuju meja di sam
“Saka!! Apa yang terjadi?” tanya Nyonya Septa.Ibunda Saka itu mendengar saat Saka berteriak keras tadi dan langsung menyeruak masuk ke kamar Saka. Saka menoleh sambil menyerahkan ponselnya ke Nyonya Septa.“Om Daniel ... Kinan berada di tangan Om Daniel dan dia mau mengaborsi anakku.”“APA??!!” Seketika Nyonya Septa terbelalak kaget.Tuan Arya yang baru saja datang segera menghampiri Saka di kamarnya begitu juga Ardi dan Pak Wildan. Mereka tampak terkejut usai mendengar penjelasan dari Nyonya Septa.“Saka, kamu jangan gegabah. Kita harus lapor polisi. Papa takut mereka menjebakmu kali ini,” ujar Tuan Arya.“Aku gak mau menunggu, Pa. Ini tentang nyawa Kinan dan anakku. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus pergi menyelamatkan mereka.”“Iya, Mama tahu. Namun, kamu juga belum pulih benar. Kalau terjadi sesuatu padamu, bagaimana?” Nyonya Septa sudah menitikkan air mat
“Ma, apa ada kabar tentang Kinan?” tanya Saka.Dia baru saja keluar dari kamar dan menghampiri Nyonya Septa yang sedang duduk di ruang tengah.“Tadi Papa dan Pak Wildan sudah tahu tentang taxi online yang dipesan Kinan. Mereka sedang mengecek ke operator aplikasinya. Sementara Ardi sudah lapor polisi tentang hilangnya Kinan. Ardi juga sudah melacak ponsel Kinan. Mungkin sebentar lagi akan ada titik terang, Saka.”Saka hanya diam usai mendengar penjelasan Nyonya Septa.“Lalu sampai kapan Kinan ditemukan, Ma? Aku takut terjadi sesuatu padanya, pada anakku,” gumam Saka pelan.Nyonya Septa menoleh ke arah Saka, kemudian membelai wajah tampan putra kesayangannya itu.“Tenanglah, Saka. Kita sama-sama berdoa, supaya mereka cepat menemukan Kinan dan tidak terjadi sesuatu apa pun yang membahayakannya.”Saka hanya membisu sembari menganggukkan kepala. “Iya, Ma. Semoga saja tidak terjadi apa-
“Aku di mana?” lirih Kinan bertutur.Perlahan dia mengerjapkan mata sambil melihat ke sekeliling. Tadi pagi sekali Kinan memang pergi dari rumah. Ia tahu kalau hari ini Saka keluar dari rumah sakit. Harusnya Kinan bahagia mendengar kabar itu, tapi tidak dengan Kinan saat ini. Hatinya masih sakit, kecewa dan merasa dibohongi. Ia masih tidak bisa terima kenyataan kalau Saka suaminya ini adalah Saka yang sama telah membuat hancur hidupnya di malam itu. Yang lebih menyakitkan lagi, Saka berbohong dan berpura-pura padanya selama ini.Awalnya Kinan ingin menenangkan diri di rumah keluarganya, dia memesan taxi online tanpa sepengetahuan siapa pun. Bahkan Kinan sudah meninggalkan pesan untuk Saka agar tidak mencarinya. Namun, kini dia malah kebingungan berada di mana. Ini bukanlah tujuan utamanya dan Kinan tidak tahu mengapa berada di sini.Terakhir yang dia ingat, sopir taxi online itu mengajaknya mengobrol dan menanyakan tujuannya kemudian Kinan sudah tida