Share

Bab XXVII: Negosiasi Tak Alot

"Tuan Dokter Fadjar WongsoTjitro, maaf saya mengganggu waktu je lagi,” suara Kang Jang Hyuk menggema di ruang tamu kantor pemerintahan Hindia Belanda. Ruangan ini tentu tak asing bagi Fadjar. Setiap kali dia bertemu dengan mata-mata Hindia Belanda asal Joseon ini, tempatnya selalu di ruang penuh foto para gubernur Jenderal Hindia Belanda ini.

Kedua mata Fadjar tertuju pada rokok yang dijepit jemari telunjuk dan jari tengah Jang Hyuk. Bara merah kekuningan itu merontokan puntung rokok. Semakin lama, ukurannya semakin kecil. Tentunya bukan karena dihisap oleh Jang Hyuk, tetapi karena pemuda Joseon itu tengah menantikan sesuatu sejak tadi.

Sesuatu yang dapat menyudahi keheningan di antara Jang Hyuk dan Fadjar. Apalagi kalau bukan pernyataan Fadjar yang begitu penting, tak hanya bagi Jang Hyuk, tetapi juga jajaran pemerintah Hindia Belanda. Bisa dikatakan bahwa pada saat ini, banyak pihak yang tergantung pada Fadjar. Mirisnya, bagi Fadjar sendiri, dia tak tahu alasan apa yang membuat sem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status