Bab 35Sudah hampir dua jam Gani berkeliling mencari Mahira, ia menjalankan mobil dengan perlahan, matanya terus mencari-cari keberadaan istrinya.Keringat dingin membasahi tubuhnya, rasa takut akan kembali kehilangan istrinya menjalar dalam dada. Seharusnya, Ia sudahi saja sandiwaranya karena dia sudah berhasil dengan taktir ulur perasaannya.Namun, hari ini dia melakukan kesalahan fatal, dia sengaja berjalan dengan Sara dan berniat membuat Mahira cemburu, dia menolak makanan yang susah payah dibuat oleh Mahira dan yang lebih fatal, dia tak mengakui Mahira sebagai istrinya.Gani menepikan mobiilnya sejenak untuk beristirahat. Ia menyuruh Dita untuk terus menghubungi Mahira. Namun sayang, Mahira sama sekali tak mengangkat telponnya."Arhhhh!" teriak Gani, ia membenturkan kepalanya ke kemudi. "Bego lu, Gan. Begooo!" Dia mengumpat diri sendiri karena kelakuannya tadi.Ia terus mengutak-ngatik hapenya mencoba menelpon dan mengirim pesan pada istrinya. Namun, sayang. Tak ada balasan.Teti
Bab 36 akhirnya Goal Mahira terdiam saat mendengar ucapan semua ucapan Gani, walau dalam gelap ia bisa melihat keseriusan di wajah suaminya.Hatinya sangat sakit ketika Gani melewati tubuhnya. Kini, ia sadar ia mencintai Gani, dan ia tak ingin kehilangan Gani.Dengan cepat, Mahira melangkahkan kakinya dan berlari mengejar Gani, lalu memeluk suaminya dari belakang.Gani tersenyum, rencanya berhasil padahal ia sempat bingung membujuk istrinya.Gani berdehem, menetralkan perasaan senangnya. Sangking girangnya ia ingin sekali melompat dan berteriak. Umurnya sudah menginjak 40 tahun, tapi saat dia menikah kembali dengan istrinya, dia merasakan seperti abg kembali. Jiwa muda nya kembali bangkit."Kenapa?" tanya Gani, dia berusaha berbicara dengan nada yang datar, padahal di belakang Mahira ia tersenyum lebar.Mahira menggeleng, ia terlalu malu mengatakan yang sesungguhnya, bahwa dia telah jatuh cinta pada suaminya.Karena kepala Mahira berada di punggungnya, Gani bisa merasakan bahwa Mahir
Bab 37 Maafin ayah Dita Setelah Gani menindih tubuhnya, Mahira pun menutup telinganya. Ia sungguh takut mendengar Gani memanggil wanita lain, seperti dulu saat Gani memanggil nama mendiang Rahma.Gani yang akan mencium Mahira, menatap dalam-dalam ekpresi wajah istrinya yang sedang menutup telinga sambil memejamkan matanya.Ia tau, istrinya masih takut dan tak percaya kepadanya. Ingin Gani berhenti dan menunggu Mahira sampai siap. Tapi tak bisa,. Bagian tubuh yang lain tak bisa diajak kerja sama dan menuntut untuk di segerakan.Gani menarik tangan istrinya yang sedang menutupi telinganya, Gani tersenyum, "Sayang, kamu gugup?" tanya Gani.Mahira membuka matanya, ia langsung melihat Gani yang sedang tersenyum kepadanya."Ja-jangan, nyebut nama lain lagi," lirih Mahira.Tanpa menjawab ucapan Mahira, Gani langsung mencium bibir istrinya.Gani melakukannya dengan lembut, ia memerlakukan Mahira dengan sangat istimewa.Dengan caranya, Gani membuat Mahira melayang, dan setelah Mahira melayan
Bab 38 Ruangan Rahasia "Kenapa belum tidur?" tanya Gani setelah mereka kembali berbaring. Ia mendekap tubuh Mahira begitu erat, merasakan bahagia yang membuncah karena penantiannya tak sia-sia."Ini masih sakit," Jawab Mahira sambil malu-malu."Kalau sakit, harus satu kali lagi, Yank. mau ya?" jawab Gani, ia tergelak. Di tengah rasa bahagianya, ia pun merisaukan kondisi putrinya.Tanpa membalas ucapan Gani, Mahira mengangkat tangannya dan mengelus pipi Gani. Ia masih merasa tak percaya bahwa suaminya yang dulu sangat kejam, galak dan dingin berubah seratus delapan puluh derajat."Kenapa sayang?" tanya Gani. Saat Mahira memegang pipinya. Ia menarik tangan istrinya yang sedang berada di pipinya lalu mengecupnya."Mas, kenapa sih dulu kamu kejam banget terus tiba-tiba berubah drastis?"Gani tampak berpikir, Entah dari mana dan bagaimana rasa itu hadir, ia hancur ketika Mahira pergi."Mas dulu jahat banget ya, sampai kamu terus aja nanyain kenapa Mas berubah?"Mahira pun mengangguk, Gan
Bab 39Setelah pulang dari rumah sakit, Gani pun menyusul Dita yang sudah masuk ke kamar, dia ingin berbicara dari hati ke hati bersama putrinya."Dita, boleh ayah bicara?" tanya Gani. Ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar putrinya.Gadis kecil itu pun mengangguk, Dita yang sedang berada di meja belajar pun bangkit dari duduknya dan mendudukan dirinya di ranjang.Gani pun mengikuti langkah putrinya, melihat Dita yang menunduk. Gani pun menekuk lututnya dan berjongkok di hadapan putrinya. Ia tau putrinya sedang ketakutan, Setelah berjongkok, Gani pun menggenggam tangan Dita."Boleh ayah tanya sesuatu sama kamu?" tanya Gani dengan nada yang super lembut.Gadis kecil itu pun mendongak melihat Gani. "Ayah mau tanya apa?" ucap Dita.Gani mengehela napas sejenak, sebelum berbicara dengan putrinya."Kamu haid udah berapa kali, selama haid berapa hari?" tanya Gani. Ia bertanya dengan lembut. Kali ini dia bertanya layaknya seorang dokter pada pasien. Ia sangat sering mendapat kasus seper
Bab 40 seharusnya aku yang bertanya Setelah Mahira turun dari ranjangnya dan berjalan ke kamar mandi.Gani pun menyusul untuk turun dari ranjang, untuk membangunkan anak-anaknya.Saat Gani akan mengetuk pintu Dita, ternyata Dita sudah membuka kamarnya."Ayah ngapain berdiri disitu?" tanya Dita. Ia baru saja akan turun ke moshola di bawah."Lah, kamu bukannya lagi haid. Kenapa kamu udah pake mukena?" tanya Gani. Ia mengenyit heran saat melihat putrinya sudah memakai mukena."Aku udah bersih, udah beres. Jadi aku udah bisa sholat," jawab gadis kecil tersebut. Ia sedikit risi dengan pertanyaan sang ayah. Tapi tidak dengan Gani. Ia yang berpropesi sebagai dokter kandungan, tentu saja sudah tak aneh dengan pembahasan yang sedang mereka bahas saat ini."Udah ah, aku mau turun kebawah duluan!" seru Dita saat melihat ayahnya akan kembali bertanya.Gani menggeleng melihat tingkah putrinya, ia pun kembali melangkahkan kakinya ke kamar Albi.Ia melihat Albi masih tertidur pulas, Awalnya, Albi m
Bab 41 Aku tau kau terlukaSesak, perih dan hancur, itu yang Mahira rasakan saat masuk kedalam ruangan ini.Mahira menelusuri semua ruangan itu, dia tersenyum getir. Serasa ada godam yang menghantam dadanya. Bagaimana tidak, ruangan itu masih sama percis dengan kamar yang di tempatinya dulu.Semua tertata begitu rapih pertanda ruangan itu memang seperti sangat di rawat. Mahira tersenyum getir saat membuka lemari, ternyata di lemari itu masih tersimpan semua pakaian, tas, sepatu dan koleksi milik Rahma.Mahira teringat ketika dulu Gani membentaknya dan memarahinya saat Mahira membuka lemari milik Rahma. Saat itu, Gani berteriak marah pada Mahira dan mengatakan barang-barang milik Rahma lebih berarti dari nyawa Mahira. Sungguh saat ini rasa sakit yang menderanya berkali-kali lipat dari pada saat dulu ia di bentak di caci maki dan hina oleh suaminya.Tak perlu mendengar penjelasan lagi dari suaminya, melihat ruangan ini sudah Lebih dari cukup. Seandainya Gani jujur dari awal tentang pavi
Bab 42 I love you mas"Ma-mas," ucap Mahira saat Gani menaruh kembali tangan di pinggangnya."hemm," jawab Gani. Ia semakin mengeratkan pelukannya."Kenapa belum tidur?" tanya Gani lagi. Ia lebih memilih berpura-pura tak menyadari bahwa istrinya kecewa padanya. Meminta maaf pun percuma. Gani tau, istrinya sudah kadung memercayai apa yang di lihat. Menjelaskan pun Mahira akan menganggapnya sebagai omong kosong.Kini Gani hanya perlu lebih menunjukan cintanya, membuat istrinya yakin bahwa cintanya hanya untuk Mahira. Tak ada lagi yang lain di hatinya. Itulah cara Gani meminta maaf dan merebut hati istrinya kembali, membuat amarah istrinya luntur karena cintanya."A-aku mau ke toilet dulu," jawab Mahira. Ia melepaskan tangan Gani dari pinggangnya. Lalu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi.Setelah Mahira turun, Gani bangkit dari tidurnya, ia duduk dengan menyenderkan punggungnya kebelakang lalu memanjangkan kakinya. Gani mengucek matanya, rasa lelah sudah menyapanya. Namun, dia