“Bukan membenci. Dia hanya sedang merasa kecewa. Karena orang yang baru saja dia gantungkan harapan, malah menjatuhkan nya begitu saja”
~Life Must Go On~
Hari ini adalah hari sabtu. Itu tanda nya, yaya harus berangkat ke rumah sakit hari ini.
Ternyata memang ada untungnya dia bekerja saat hari libur. Itu akan membuatnya jauh dari kak ryan.
Yaya keluar dari kamarnya pagi ini dengan pakaian kerjanya."Semoga saja dia tidak menggangguku." Harap yaya
Saat dia akan menuruni tangga,dia malah mendapati ryan yang sedang berada di sana.
"Kenapa harapanku malah tidak terkabul ?" Batin yaya
Bahkan, pria itu tidak hanya kebetulan ada di sana. Itu karena yaya menemukan kak ryan sedang duduk di tangga.
"Sedang apa dia disana ?" Pikir yaya
Saat yaya akan menuruni tangga, ryan malah menyadari keberadaan istrinya disana.
"Sayang" panggil ryan Dia melihat penampilan yaya dariDua hari setelahnya, yaya telah siap dengan setelan pakaian rapinya. Ini adalah hari senin. Jadi yaya tidak akan berangkat ke rumah sakit.Entahlah. Dia hanya ingin pergi keluar. Walau tidak tahu juga harus pergi kemana."Sayang, tolong pasangin dasi aku" pinta ryan saat melihat yaya hendak turun ke lantai bawah.Yaya hanya menatap pria itu dengan pandangan sinis.“Kapan dia akan membiarkan aku sendiri ?” batin yaya“Sayang” panggil ryan sekali lagiNamun tetap saja. Yaya sama sekali tidak menggubris perkataan pria itu.“Yay. Pliss.” Ucap ryan saat yaya sudah hampir berada di ujung anak tangga.“Bisa tidak, menjauh dari jalan saya ?” ujar yaya. Dia mulai kesal dengan tingkah pria itu pagi ini."Saya sedang sibuk" lanjut yaya lagi dengan wajah datar. Lalu segera pergi begitu saja"Tunggu" cegah ryan tidak membiar
Siang ini ryan pulang kerja lebih awal. Dia memang sengaja melakukan itu.Dia ingin bertemu yaya dan menanyakan dari mana saja dia.Namun saat dia sampai di rumah, Ryan tidak mendapati yaya di manapun."Bi!" Panggil ryan"Iya tuan ?" Ujar bibi"Yaya mana ? Belum pulang ?" Tanya ryan"Iya tuan. Nyonya belum pulang sejak tadi." Jawab bibi"Kemana perginya ?" Ucap ryan"Yasudah!" Kata ryan pada bibiRyan beranjak naik ke kamarnya dan akan mengganti pakaiannya lebih dulu."Mungkin sebentar lagi Yaya akan kembali!" Pikir ryanDia menunggu selama kurang lebih satu jam disana. Namun yaya belum juga pulang.Bahkan televisi yang sedang menyiarkan tayangan itupun, terasa tidak menarik sedikitpun bagi ryan."Yaya kemana sih ?" Ujar ryan sembari melihat jam yang ada di ponselnya.Rumah mereka terasa sepi sekali saat tidak ada yaya di sana.Dan ryan baru menyadari hal itu setelah dia tidak di
Saat ini, vano baru saja sampai di kantornya."Selamat pagi pak"!"Pagi pak!"Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya, langsung menyapa vano."Selamat pagi pak!""Iya, pagi juga!" Balas vanoPara karyawan yang mendapat balasan dari vano itu, langsung merasa kebingungan.Apa dunia sedang terbalik ?Tumben sekali boss mereka berperilaku seperti itu.Tentu saja semua itu terjadi karena perasaan vano yang sedang senang hari ini.Apa lagi jika bukan karena Audrey ?Saat vano akan masuk ke dalam lift, seseorang tiba-tiba saja memanggilnya.“Kak !” teriak anna yang berlari menyusul vano.Dia terlihat kesusahan dengan sepatu hak tingginya.“Bentar kak” ucap anna lagiVano yang melihat itu, hanya bisa menghembuskan napas pasrah.Dia sudah maklum dengan kelakuan adikknya itu.“Pelan-pelan aja An!” tegur vanoAnna yang dikatai sep
“Mba.. Mba audrey” teriak anna yang berlari keluar dari ruangan vanoAudrey dan dika lekas berdiri dari tempat mereka“Kenapa Ann ?” tanya audrey“It- itu mba” anna terlihat panik dan tidak bisa menyelesaikan kata-katanya“Pelan pelan an” kata audrey“Ka vano mba. Ka vano pingsan” kata annaAudrey dan dika kaget karena mendengar itu.“Kok bisa ?!” audrey berlari ke ruangan vano dengan cepat, diikuti anna dan dikaDisana mereka melihat vano sedang berada di lantai ruangan.Itu pingsan, tidur atau lagi baring ? Tapi memang mukanya pucat sih“Eh Aud. Ngapain diliatin aja, bantuin cepet” kata dika“Panggil security An” kata audrey pada annaAudrey tersadar dan membantu dika membopong vano.“Ann” panggil vano pelan sembari memegang tangan audrey“Jangan pergi..” ucap
Keesokan harinya, audrey kembali menjalani rutinitas nya seperti biasa.“Woi ogeb” teriak suara yang tidak asing di telinga audrey. Siapa lagi kalau bukan dika ?“Lo kalo manggil nama gue yang bener dong. Udah bagus namanya audrey malah lo panggil ogeb” kata audrey“Audrey mah enggak cocok. Lo kan bar-bar” jawab dikaIni anak kelakuan nya tidak pernah berubah sedari dulu. Audrey penasaran apa yang dilihat lara dari pria ini.Waktu berlalu dan sekarang audrey sedang sibuk bekerja.Tiba-tiba, ponselnya berdering dengan nyaring.Nomor baru.“Halo. Selamat pagi” sapa audrey“Halo sayang. Ini mama” ucap seseorang diserang sanaSiapa lagi kalau bukan mamanya vano ?“Iyaa ma” jawab audrey“Gini sayang, mama boleh nggak, minta tolong audrey buat nemenin vano di rumah sakit ?” tanya mama“Semenjak sadar, van
“Kamu nyari cincin ?” tanya Audrey memastikan“Enggak !” balas vano cepat.Audrey langsung menatap pria itu dengan pandangan tidak percaya."Pengen banget yah liat aku pakai cincin tunangan ?" Ujar audreyVano langsung menatap audrey setelah dia mengatakan itu."Aku nggak mau kayak gitu. Aku maunya, cincin tunangan itu adalah pemberian aku." Batin vanoTapi pria itu terlalu ragu untuk mengatakan hal itu."Sebentar.." Ucap audrey tiba-tiba"Apa ?" Balas vanoWalau mukanya terkesan datar. Tapi jantungnya sedang tidak baik-baik saja.“Jangan bilang, kamu sakit karena…” ucap Audrey.Dia sengaja menggantungkan ucapannya“Enggak kok. Ini bukan soal lamaran kemarin” bantah vano“Memangnya aku ngomong apaan ?” tanya audreyMereka terdiam agak lama. Karena audrey sedang memainkan ponselnya saat ini.“Oh iya van&rdquo
“Apa mereka harus melakukan itu,disaat dia memutuskan untuk berpisah ?”Hari terus berganti namun hubungan yaya dan ryan belum juga membaik. Bukan nya membaik, hubungan mereka malah semakin memburuk."Ryan" panggil diana yang baru saja tiba dikantornya dengan perut yang sedikit membuncit."Apa yang terjadi denganmu ?" Tanya ryan datar"Aku ingin meminta tolong untuk mengantar-ku memeriksa kandungan" ucap diana"Kenapa harus saya ?" Tanya ryan lagi. Dia sangat tidak ingin berhubungan dengan wanita itu lagi. Dia juga sudah memutuskan hubungan mereka, dua bulan yang lalu"Kamu dan saya sudah putus. Tidak ada hubungan lagi. Dan saya tidak ingin kamu berada disini" lanjut ryan. Dia dengan terang-terangan mengusir diana"Aku tauu. Hanya sebagai tanggung jawab karena asisten-mu itu tidak mau mengantarku" jawab diana“Tidak bisa” ujar
"Yay, aku bisa jelasin" kata ryan setelah pemeriksaa itu berakhir. Untung saja diana adalah pasien terakhir hari ini."Anda belum pergi juga ?" Tanya yayaRyan sudah menyuruh diana untuk pulang sendiri saja, dan meminta perawat tadi untuk pergi. Perawat itu bahkan tahu jika ryan suaminya. Makanya dia segera pergi."Itu bukan anak aku yay" kata ryan berterus terang"Terus kamu pikir saya percaya ?" Tanya yaya"Tolong percaya sama aku. Aku enggak sebrengsek itu" ujarnya“Setelah kamu selingkuh ? Kamu pikir saya akan percaya ?” tanya yaya. Dia sudah lelah dengan semua perilaku ryan."Cukup. Saya capek. Saya capek sama semua kebohongan kamu" kata yaya lagi. Dia membereskan semua barang-barangnya dan akan segera pulang."Yay" panggil ryan"Saya akan keluar dari rumah kamu tapi enggak gini caranya. Kenapa enggak minta saya buat pergi?&r