Beranda / Rumah Tangga / Life After Marriage / Bab 9 Mencari Caramel

Share

Bab 9 Mencari Caramel

Penulis: Rindu Pelangi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-07 20:37:08

Kepergian Caramel dari rumah Yuan membawa kesedihan tersendiri bagi Caramel. Jika bukan karena mengikuti suaminya, Caramel akan lebih memilih untuk menempati rumahnya yang sederhana tapi penuh cinta.

Meski rumahnya tidak mewah seperti rumah suaminya, tapi di rumah sederhana itu Caramel bisa menemukan kenyamanan dan kebahagiaan. Berbeda halnya dengan rumah Yuan yang hanya merasakan kesedihan karena keberadaannya tidak dianggap.

Caramel berjalan menyusuri trotoar dengan beralaskan sandal yang sudah usang. Sama sekali tidak mencerminkan bahwa dirinya seorang istri dari pengusaha muda ternama. Ia terus berjalan dan menaiki angkutan umum menuju pemakaman ibunya.

Air mata Caramel terjatuh saat melihat gundukan tanah yang mulai mengering.

“Ibu ... Caramel datang, Bu. Caramel bawakan bunga kesukaan ibu,” ucap Caramel sesampainya di depan pusara makam ibunya dan meletakkan seikat bunga yang sempat dia beli di dekat gerbang pemakaman.

Bibir Caramel bergetar menahan tangis.

“Caramel kangen banget sama ibu. Kenapa ibu pergi secepat ini? Caramel belum siap menghadapi hidup ini sendirian, Bu. Caramel butuh ibu untuk menguatkan Caramel saat Caramel sedih.”

Perasaan Caramel semakin teriris. Hatinya pilu. Kehidupan yang kini ia jalani ternyata lebih menyakitkan.

Caramel memeluk nisan sang ibu. Dia mengadukan apa yang menjadi kesedihannya. Dia juga menceritakan awal mula bisa menikah dengan Yuan hingga kini Devon berada di Singapura.

“Ternyata sabar itu sakit, ya, Bu … semua orang bisa berkata sabar tapi mereka tidak bisa merasakan kesedihan di dalam kesabaran itu. Luka itu tidak bersuara, karena air mata jatuh tanpa berbicara. Semoga aku bisa menerima takdirku dan Allah memberikan aku kekuatan untuk memahami semua ini sebagai Anugerah.”

Caramel memejamkan mata. Rasanya terasa berat kehidupan yang ia alami sekarang. Statusnya sebagai istri tak mampu ia emban karena penolakan dari mertua dan keluarga suaminya.

“Jika perceraian jalan terbaik, aku ikhlas menerima takdirku sebagai janda,” lirih Caramel terdengar putus asa. Rasanya mustahil baginya untuk bisa meluluhkan hati Damitri yang sekeras baja.

***

Tring!

Ponsel Yuan berdering tanda adanya pesan masuk dari seseorang. Yuan sedang menatap layar monitor laptop dan mengerjakan beberapa pekerjaan hingga ia mengabaikan pesan tersebut.

Yuan masih terus bergelut dengan pekerjaan dan mengabaikan ponselnya. Karena jika bukan sebuah panggilan maka Yuan tidak akan cepat menanggapi.

Pekerjaan Yuan sangat banyak, hingga ia tidak sempat membuka ponselnya hingga waktu menunjukkan pukul delapan malam.

Tok! Tok!

“Masuk!” sahut Yuan masih terfokus dengan laptop yang ada di depannya.

“Sudah jam delapan malam, Tuan. Apa tidak sebaiknya Tuan pulang saja dan melanjutkan pekerjaan besok? Istri Anda pasti sudah menunggu di rumah, Tuan,” ucap Dirga. Asisten Yuan yang menjadi saksi pernikahan Yuan dan Caramel.

“Iya, ini juga sudah selesai. Terima kasih sudah mengingatkan. Kalau begitu aku pulang dulu, tolong kamu beresi semuanya, ya,” pinta Yuan seraya menutup laptop kemudian mengenakan jas yang bertengger di kursi kebesarannya.

“Baik, Tuan,” jawab Dirga.

Yuan mengambil ponsel yang tergeletak di atas tumpukan berkas dan memasukkan ponsel tersebut ke dalam saku celananya tanpa melihat terlebih dahulu pesan yang seseorang kirim untuk dirinya.

“Jangan lupa kunci pintunya,” ucap Yuan sambil berlalu dari hadapan Dirga.

“Baik, Tuan.”

Semenjak Surya dipecat, Yuan belum berniat untuk menggantikan posisi Surya. Ia lebih memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Surya telah banyak berjasa untuk keluarganya. Bahkan Surya sudah bekerja sejak ayahnya masih hidup. Sebenarnya sangat disayangkan, tetapi itu lebih baik daripada Surya harus di penjara dan tidak bisa lagi menafkahi istri dan anak-anaknya.

Gemerlapnya kota Jakarta yang penuh dengan hingar bingar, mengingatkan Yuan dengan sosok Caramel yang sedikit mencuri perhatiannya. Kilasan bayangan Caramel mulai bermunculan di pikirannya.

Entah apa yang dimiliki wanita itu hingga dengan cepat menjerat Yuan yang terkenal dengan sosok dinginnya terhadap wanita. Tetapi dengan Caramel, Yuan bisa begitu mudah sikapnya menghangat.

Yuan selalu menyangkal perasaannya, ia selalu meyakinkan diri bahwa apa yang ia rasakan hanyalah perasaan bersalah dan iba terhadap wanita itu.

Dengan kecepatan sedikit tinggi Yuan melajukan mobilnya. Karena jalan cukup lenggang membuat Yuan semakin leluasa.

Tidak ada setengah jam, Yuan telah sampai di rumah dan langsung menuju kamar.

Yuan melewati Damitri dan Selina yang tengah asyik bercengkerama dengan tamunya di ruang keluarga.

“Caramel, tolong siapkan air hangat, aku mau mandi,” pinta Yuan.

Yuan meletakkan jas dan tas kerjanya di kasur kemudian melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya.

“Caramel,” panggil Yuan lagi sambil berjalan ke arah kamar mandi.

Yuan mengitari ruangan mencari keberadaan Caramel hingga membuka pintu rahasia barangkali Caramel masuk ke ruang kerjanya namun juga tidak ditemukan.

Yuan keluar kamar untuk menanyakan kepada para pembantu tetapi mereka hanya diam, membuat Yuan geram.

“Kalian ini dengar tidak saya sedang bicara? Di mana istriku? Cepat katakan! Masa tidak ada satu orang pun yang tahu!” Yuan tersulut emosi.

“Non Caramel ... Non Caramel ....” Pembantu itu terlihat ketakutan untuk menjawab.

“Bi Tyas, di mana Caramel? Aku yakin Bi Tyas pasti tahu,” tanya Yuan tertuju pada seorang pembantu yang ia percaya.

“Non Caramel—”

Belum sempat Tyas melanjutkan ucapannya, Damitri sudah lebih dulu datang memecah ketegangan itu.

“Yuan... kamu apa-apaan, sih? Mama sedang ada tamu ini, lho. Kamu yang sopan dong,” ucap Damitri mendekati Yuan.

“Di mana Caramel, Mah? Di mana dia?” Yuan mengatakan dengan nada tinggi.

“Mama enggak tau, Yuan. Mama juga baru sampai rumah. Mungkin dia pergi dari rumah ini karena dia sadar diri. Lagian kamu asal bawa orang ke rumah kita, kalau dia maling bagaimana?” kelakar Damitri enteng.

Yuan berlalu begitu saja meninggalkan mamanya yang masih terus menjelekkan Caramel. Yuan menuju kamar Jennifer untuk menanyakan kepada Jannifer. Meskipun Jennifer sedikit lama berpikir, tetapi Jennifer bisa diandalkan kejujurannya.

“Jen! Buka pintunya, Jen!” seru Yuan mengetuk pintu kamar Jennifer dengan kasar.

Jennifer membuka pintu. “Ada apa sih, Kak?” tanya Jennifer polos dengan menggunakan masker putih di wajahnya.

“Kakak ipar kamu ke mana?”

“Siapa?”

“Memangnya kakak ipar kamu berapa? Ya, Caramel dong, Jen! Kamu pasti mengetahui sesuatu, 'kan?”

“Aku kan sudah kirim videonya ke Kakak, memangnya Kakak belum buka?”

Jennifer menjawab dengan sedikit kesusahan karena ketatnya masker yang menempel di wajah. Ia menahan gerak bibirnya agar maskernya tidak pecah.

“Video?”

“Iya, video. Makanya kalau punya ponsel itu dibuka, jangan cuma dibawa, Kak,” sindir Jennifer santai.

Dari kejadian yang Caramel alami tadi pagi, diam-diam Jennifer merekam semua momen pengusiran Caramel dari rumah Alexander. Jennifer tidak memihak pada siapa pun. Namun, dia memihak yang menurutnya benar. Sekalipun apa yang dia bela bertentangan dengan orang-orang yang ada di rumahnya.

Yuan mengambil ponsel dari saku celananya dan membukanya.

“Astaga, jadi benar semua ini ulah mama dan Selina. Benar-benar keterlaluan! Kejadiannya tadi pagi dan aku baru mengetahui sekarang? Lalu di mana Caramel sekarang? Apa dia kembali ke rumahnya?” Berbagai pertanyaan terlontar dari mulutnya.

“Mana aku tahu!” jawab Jennifer dengan mengangkat kedua pundaknya.

Tanpa pikir panjang, Yuan langsung pergi meninggalkan Jennifer. Yuan melewati Damitri, Selina dan tamunya dengan tatapan murka.

Yuan benar-benar marah, tetapi Yuan memilih untuk diam dan mengabaikan.

“Kamu mau ke mana, Yuan?” teriak Damitri yang sama sekali tidak digubris oleh putranya.

Yuan masuk ke dalam mobil lalu melaju dengan kecepatan tinggi untuk mencari keberadaan Caramel.

Bab terkait

  • Life After Marriage   Bab 10 Menginap di rumah Caramel

    Sesampainya Caramel di rumah, ia kembali merasakan kehangatan dan kedamaian. Ia merasa seperti berada di zona nyaman yang selama ini dia rindukan. Zona yang membuatnya senang, nyaman dan merasa aman berada di dalamnya. Caramel meletakkan tasnya. Ia membaringkan tubuhnya di kasur yang sudah terasa tidak empuk lagi. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan melupakan kejadian buruk yang menimpanya hari ini.Saat bayangan tentang perlakuan keluarga suaminya itu datang, dengan segera Caramel menyapunya. Ia tidak ingin berlarut dalam belenggu yang membuatnya tertekan. Caramel bergegas membersihkan diri. Badannya terasa lengket sejak siang akibat terkena keringat dan sinar matahari.Usai mandi dan berganti pakaian Caramel duduk di ruang tamu dengan memandangi foto keluarganya. “Ayah… ibu... maafkan aku. Selama hidup aku belum sempat membahagiakan kalian. Aku belum bisa membuat kalian bangga,” sesal Caramel sambil mengelus foto tersebut. Air matanya kembali terjatuh.“Ayah… maafkan aku belum b

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-08
  • Life After Marriage   Bab 11 Semakin Tertarik

    Yuan terbangun setelah mendengar suara tukang bubur melintas di depan rumah Caramel.Yuan mengedarkan pandangan namun tak mendapati Caramel dalam ruangan itu. Dia berpikir mungkin saja Caramel masih tidur.Ya, mereka tidur terpisah. Yuan di ruang tamu sementara Caramel tidur di kamarnya. Mereka sudah berkomitmen untuk tidak melakukannya sebelum mereka saling mencintai.“Caramel… Mel... kamu di mana?” panggil Yuan mencari keberadaan Caramel. Yuan membuka pintu kamar Caramel namun kosong. Yuan beralih ke dapur dan kamar mandi tapi Caramel tak juga ia temukan.“Mel, Mel... kamu ke mana lagi, sih? Hobi banget ngilang-ngilang begini,” gumam Yuan. Yuan membuka pintu utama dan melihat Caramel sedang berbelanja di tukang sayur bersama ibu-ibu lainnya. Caramel terlihat akrab sesekali mereka juga bercanda saling melempar candaan. “Ternyata senyum kamu manis juga,” celetuknya terlontar begitu saja. “Semoga suatu saat kita bisa menjadi pasangan suami istri sungguhan. Saling melengkapi, saling m

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-16
  • Life After Marriage   Bab 12 Kekecewaan Yuan

    Caramel terbangun saat merasakan ada sesuatu yang besar melingkar di perutnya. Caramel perlahan menoleh ke belakang. Betapa terkejutnya Caramel saat mendapati Yuan tidur satu ranjang dengannya.Caramel ingin berteriak, tapi dia urungkan. Bagaimana pun mereka berdua suami istri. Tidak ada larangan untuk mereka tidur satu ranjang bersama. Caramel memutuskan untuk melihat ciptaan tuhan tersebut mumpung Yuan sedang tidur. “Kamu tampan juga baik hati. Tapi aku nggak habis pikir kenapa kamu bisa memilih perempuan seperti aku. Aku tahu jodoh itu penuh misteri, tapi aku rasa kisah kita terlalu rumit untuk dimengerti,” lirih Caramel sambil memandangi wajah rupawan suaminya.Yuan menggeliat, membuat pelukannya di tubuh Caramel terlepas. Caramel segera pura-pura tidur agar Yuan tidak memergoki dirinya yang diam-diam mulai mengangumi sosok suaminya. “Nggak usah pura-pura tidur, aku tahu kok kamu sudah bangun,” sindir Yuan.Caramel terpaksa membuka matanya dan melihat Yuan sedang memandangi Caram

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-19
  • Life After Marriage   Bab 13 Lingerie

    “Mas, kopinya sudah aku buatkan. Sarapannya juga sudah siap,” ucap Caramel menghampiri Yuan di kamar setelah selesai memasak.“Iya, terima kasih.” Yuan masih merapikan dasinya, kemudian melewati Caramel begitu saja. Bisa dipastikan Yuan masih kecewa dengan sikap Caramel. Dia hanya meminta hak-nya sebagai suami, namun Caramel masih terlihat enggan untuk melakukan kewajibannya. Tentu saja Caramel merasa bersalah. Tapi bagaimana lagi? Apakah dia bisa melakukan itu dengan setengah hati yang masih keberatan?“Mas, bekalnya juga sudah aku siapkan. Sudah aku taruh di mobil kamu,” ucap Caramel lagi saat berhadapan dengan Yuan yang tengah sarapan.“Iya, terima kasih.”Lagi-lagi hanya jawaban itu. Tidak ada kalimat lain yang keluar dari mulut Yuan selain kalimat tersebut. Apa Yuan sekesal itu? Bukan... Bukan kesal. Lebih tepatnya hanya kecewa karena Caramel belum yakin dengan apa yang dia janjikan. “Aku berangkat dulu,” pamit Yuan usai sarapan dan menenggak segelas air putih.“Mas, kopinya be

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-23
  • Life After Marriage   Bab 14 Akhirnya Bersatu

    Caramel sudah mandi, sudah dandan, dan sudah bersiap-siap dengan pakaian dinas yang baru dia beli. Sesekali dia mematutkan tampilannya di cermin. Namun setiap kali melihat cermin, Caramel langsung menutup wajahnya karena malu.Sebelumnya Yuan telah mengabari jika dirinya lembur dan akan pulang sekitar jam delapan malam. Tapi jam delapan sudah lewat Yuan tak kunjung muncul di hadapannya. Caramel sudah berselimut rapat. Dia sangat malu tapi dia juga ingin terlihat menggoda di depan Yuan. Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, dua keraguan saling memenuhi ruang pikirnya.Ceklek! Terdengar gagang pintu dibuka membuat degup jantung Caramel berpacu hebat. Dia seperti sedang lari maraton karena keringat mulai menjalari wajah dan tubuhnya.Yuan membuka pintu kamar dan melihat Caramel menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut. Menyisakan wajah yang sudah basah akan keringat.“Caramel, kamu kenapa?” tanya Yuan khawatir karena Caramel berkeringat. Khawatir jika keringat itu keringat ding

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-24
  • Life After Marriage   Bab 15 Menjadi Pusat Perhatian

    Pergulatan yang terjadi antara Caramel dan Yuan semalam membuat mereka bangun kesiangan. Sang Surya telah berdiri gagah sementara Caramel dan Yuan masih bergelung selimut menutupi tubuh polos keduanya.Yuan memeluk Caramel begitupun sebaliknya. Kedua insan di mabuk cinta itu masih terbuai oleh euforia yang mereka ciptakan. Euforia yang membuat mereka terhanyut dalam kenikmatan dunia.Caramel terbangun dan mengucek matanya mencari sumber cahaya. Sesaat Caramel tersadar bahwa dirinya telah menjatuhkan diri sepenuhnya ke pelukan Yuan.Senyumnya mengembang saat melihat sang suami masih tertidur pulas. Betapa letihnya Yuan setelah bekerja keras tadi malam demi membuat istrinya bahagia dan merasa terpenuhi. Tangan Caramel terulur menyentuh wajah Yuan. Sekilas Caramel melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul delapan pagi. Tetapi Caramel tidak kaget karena Yuan sudah bilang akan mengambil cuti untuk hari ini. “Selamat pagi suamiku. Terima kasih sudah meruntuhkan ketakutanku. Sekara

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-25
  • Life After Marriage   Bab 16 Shoping

    Usai memakaikan gaun, penjaga toko itu juga merias tipis wajah Caramel. Rambut Caramel yang panjang diurai membuat kesan anggun yang menyihir pasang mata yang melihat. Mengenakan gaun berwarna peach, panjang semata kaki dengan bahan premium membuat Caramel terlihat mahal. Apalagi kulitnya yang putih kian terpancar karena seolah menyatu dengan gaun yang dia kenakan.“Cantik sekali. Suami Kakak pasti takjub dengan penampilan Kakak,” puji penjaga toko tersebut dengan tulus. “Terima kasih, Mbak,” balas Caramel.Caramel memang cantik. Senyumnya manis, wajahnya ayu, tidak akan bosan memandangnya berlama-lama.Penjaga toko membimbing Caramel keluar dari ruang ganti. Dari kejauhan Caramel melihat Yuan tengah sibuk memainkan ponselnya. Caramel merasa canggung harus memanggil Yuan.“Bagaimana penampilan istrinya, Kak? Sudah sempurna bukan?” Yuan menoleh. Seketika matanya terpana melihat kecantikan istrinya yang sangat berbeda dari penamp

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06
  • Life After Marriage   Bab 17 Kembali ke rumah Alexander

    Yuan dan Caramel telah sampai di kediaman Alexander sekitar jam sepuluh malam. Waktu yang cukup larut bagi Caramel yang tidak pernah keluar malam.Caramel kembali ke rumah besar yang menurutnya jauh dari kesan bahagia. Tempat di mana Caramel merasa asing dan kesepian saat tidak ada Yuan dan Devon di dalamnya. Jujur Caramel masih enggan untuk kembali lagi ke rumah itu. Tapi Caramel tak bisa menolak keinginan suaminya yang di mana Yuan juga memiliki tanggung jawab terhadap ibu dan adik-adiknya Yuan menggandeng tangan Caramel memasuki rumah yang terlihat sudah sepi, mungkin sang penghuni rumah telah bersarang di kamarnya masing-masing. “Selamat malam, Tuan, Nona? Senang rasanya Nona bisa kembali lagi ke rumah ini,” sapa Bi Tyas saat Yuan dan Caramel hendak menaiki tangga.“Bi Tyas, terima kasih Bi atas sambutannya yang ramah. Saya juga senang bisa bertemu Bibi lagi,” balas Caramel tersenyum ramah.“Sama-sama, Nona. Tuan dan Nona butuh sesuatu? Akan saya buatkan.…” Bi Tyas menawarkan.“

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-07

Bab terbaru

  • Life After Marriage   Bab 38 Ada apa dengan Caramel?

    Beberapa minggu setelah kejadian yang menimpa Caramel di hotel kala itu, Damitri dan Selina benar-benar mendapat pelajaran atas perbuatannya sesuai arahan Caramel. Caramel memang tidak mau membawa kasus itu ke jalur hukum, tapi demi membuat mertua dan adik iparnya itu jera, Caramel menyerahkan seluruhnya kepada Yuan untuk memberikan hukuman yang sepadan. Yuan menarik semua fasilitas mereka dan juga mengawasi mereka dengan sangat ketat. Hingga tak ada celah bagi mereka untuk melakukan kejahatan. Apalagi sampai menerobos masuk ke dalam apartemen yang juga dijaga ketat oleh bodyguard Yuan.Pagi ini udara terasa sejuk, nikmat rasanya bergelung di bawah selimut dengan saling berpelukan bersama orang tersayang. Namun, kejadian pelecehan itu membuat Caramel menutup diri dalam jangka waktu yang cukup lama. Sehingga Yuan kesulitan untuk mengajak Caramel untuk sekadar bermesraan. Rasa trauma kerapkali masih menyapa Caramel. Hal itu pula yang membuat Yuan harus banyak bersabar menghadapi istr

  • Life After Marriage   Bab 37 Rasa Kecewa

    Sesampainya Caramel dan Yuan di kamar apartemen, wajah Caramel kembali murung. Apa yang masih dia pikirkan? Apakah dia sebenarnya masih bimbang dan ingin kembali ke rumahnya? Tapi melihat senyum Caramel saat bersama Deril membuat Yuan tanpa sadar cemburu. Caramel bisa tersenyum karena laki-laki lain jujur itu bukanlah sebuah pencapaian bagi Yuan.“Sayang …” panggil Yuan lembut. Mencoba menyenderkan kepala Caramel di bahunya.“Aku mau memaafkan keluargamu,” ucap Caramel dengan pandangan kosong. Buliran bening terjatuh tanpa diminta. Seolah hal itu menjadi keputusan terberat untuk Caramel ucapkan.Yuan menoleh, tidak percaya dengan apa yang Caramel katakan. Dia ingin memastikan. “Kamu serius? Apa kamu sudah pikirkan hal ini matang-matang? Ini bukan masalah sepele.” Yuan meraih tangan Caramel dan menggamitnya. Seandainya Caramel membuat keputusan yang berbeda, Yuan tidak akan keberatan.Caramel menggeleng. “Untuk apa? Apa kamu pikir aku tega memenjarakan ibuku sendiri? Bukankah ibumu ju

  • Life After Marriage   Bab 36 Bertemu Deril Lagi

    Pintu lift terbuka. Saat Caramel hendak melangkahkan kaki keluar dari lift tersebut, kepalanya mendadak pusing. Pandangannya buram, rasa nyeri di tengkuknya terasa semakin berat.“Astaga, kenapa ini? Kenapa bumi terasa berputar? Kepalaku … kepalaku pusing sekali.” Caramel memegang kepalanya. Tiba-tiba saja….“Caramel, kamu kenapa?” Tangan sigap pria itu menangkap tubuh Caramel yang hampir tumbang. Di sisa penglihatannya Caramel dapat mengenali sosok itu, tapi bibirnya seolah tak mampu berucap. Caramel pingsan di dekapan pria itu.Beberapa orang langsung menghampiri dan ikut membantu. “Pak Deril, kita tidurkan wanita ini di sofa itu saja,” saran seorang resepsionis apartemen menunjuk sofa panjang yang berada berlawanan dengan letak lift. Pria itu adalah Deril. Teman Caramel. Seorang pria yang wajahnya sengaja Evelin rekam dan dikirimkan kepada Yuan hingga Yuan marah besar. Tanpa menjawab Deril langsung membopong tubuh Caramel untuk ditidurkan di sofa yang resepsionis itu maksud. “Di

  • Life After Marriage   Bab 35 Memutuskan untuk Pergi

    Caramel mengerjapkan mata saat mulai tersadar. Dia menoleh kanan dan kiri mendapati suaminya tengah tertidur pulas di sampingnya dengan menjadikan tangan sebagai tumpuan.Dia melihat sekeliling namun rasanya asing. Tapi hatinya merasa lega saat yang berada di sampingnya Yuan suaminya, bukan laki-laki bengis yang tadi hampir.…“Astaga, apa aku sudah?”Caramel memaksa bangun. Dia meneliti tubuhnya dan merasakan adakah yang aneh dari dalam tubuhnya. Caramel coba mengamati dan tidak ada yang terasa aneh dari area sensitif.Namun, dia melihat beberapa luka lebam di area pundaknya. Dia juga melihat beberapa tanda merah kebiruan yang terlihat di area leher dan gunung kembar miliknya.Tiba-tiba air matanya menetes. Dia merasa hina. Dia merasa kotor. Laki-laki biadap itu sudah membuatnya tidak terhormat.“Aku benci tubuh ini, aku benci! Aku sudah kotor, aku hina!” Caramel meraung membuat Yuan terbangun. Yuan terkejut saat melihat Caramel mengacak kasar rambutnya hingga tak beraturan. “Sayang

  • Life After Marriage   Bab 34 Terbongkar

    Selina seperti kebakaran jenggot saat mendengar kabar pria itu gagal melancarkan aksinya. Pria itu mengadu kalau suami dari wanita yang dia beli datang dan menghancurkan semuanya. Pria itu juga meminta ganti rugi atas apa yang menimpanya. "Astaga, apa yang harus aku lakukan? Tuhan tolong bantu aku. Aku takut, pasti kak Yuan marah sekali sekarang."Di tengah kegundahan hati Selina yang berkecamuk karena situasi menghimpit, Selina hanya bisa menggigit jari dengan panik melihat ke arah jendela tanpa bisa berpikir.“Ah, Tante bisa aja. Aku cantik karena aku selalu melakukan perawatan, Tante. Nggak seperti menantu Tante yang buluk itu.”Di belakang Selina terdengar Evelin dan Damitri sedang bersenda gurau saling memuji. Mereka belum mengetahui jika rencana mereka telah digagalkan oleh Yuan. “Sel, kenapa? Kenapa gugup seperti itu?” tanya Damitri yang menyadari kegelisahan putrinya sambil terus memegangi ponsel. Selina terlihat ketakutan. Tentu saja ketakutan akan kemarahan Yuan yang sema

  • Life After Marriage   Bab 33 Tinggal di Apartemen

    Setelah kejadian yang baru saja menimpa Caramel, Yuan tidak ingin lagi mengajak istrinya tersebut tinggal bersama orang tuanya. Yuan benar-benar murka. Kepercayaan yang dia berikan untuk Damitri dan Selina disalahgunakan begitu saja. Bahkan dengan tega mereka menjual istrinya untuk laki-laki yang tidak jelas asal-usulnya. Demi menjaga Caramel tetap aman, Yuan memutuskan untuk tinggal di apartemen.“Sayang… maafkan Mas... maafkan Mas lagi-lagi abai dengan keselamatan kamu. Mas sudah mengingkari janji mas lagi. Suami macam apa aku ini?” Yuan menggamit tangan Caramel dan menciumnya. Matanya berkaca-kaca, terlihat sekali dia sangat merasa bersalah dengan peristiwa buruk ini. “Jen, terima kasih kamu sudah berusaha menjaga kakak kamu dengan baik,” ucap Yuan menoleh ke arah adiknya yang sedari tadi setia menjaga Caramel. Jennifer tersenyum samar. Dia mengelus pundak sang kakak sekilas. “Sudah menjadi tugasku, Kak... beruntung aku tahu, kalau tidak... aku nggak bisa membayangkan apa yang

  • Life After Marriage   Bab 32 Pelecehan

    “Hei, kau tuli?” teriak pria itu sambil mendekat ke arah Jennifer. “Se-sepertinya masih ada yang berkeliaran, Pak,” jawab Jennifer mencari alasan.“Apa?”“Astaga, Pak! Itu tikusnya di belakang Bapak!” Jennifer berteriak membuat pria itu terjingkat kemudian berlari dan menaiki sofa.“Hotel macam apa ini? Benar-benar menjijikkan. Aku akan kompline pelayanan kalian!” ancam pria itu dengan wajah marah namun diliputi rasa ketakutan. Jennifer harus bisa membuat pria itu keluar dari kamar. Jennifer harus membangunkan Caramel agar tersadar dan bisa melarikan diri dari kamar itu.“Pak… apa tidak sebaiknya Bapak keluar dulu sampai kondisinya aman?”“Tidak. Aku sudah tidak takut. Aku akan segera pergi dari kamar ini setelah aku menyelesaikan tugasku. Pergi kamu dari sini.” Pria itu turun dari sofa dan mengusir Jenifer.‘Bagaimana ini? Aku tidak mungkin membiarkan kak Caramel dimangsa pria biadap itu.’ Batin Jennifer.“Ayo pergi, tunggu apalagi?” ulangnya dengan nada tinggi.“Ba-baik, Pak.” Den

  • Life After Marriage   Bab 31 Usaha Jennifer

    Jennifer baru saja sampai di Restoran. Dia langsung menanyakan kepada pelayan restoran tentang ruangan yang digunakan untuk acara arisan. Mudah saja bagi Jennifer menemukan tempat yang dia cari. Jennifer masuk ke ruangan itu dengan menggunakan topi untuk menutupi wajahnya. Dia sengaja menyamar untuk melihat sendiri apa yang terjadi di dalam sana tanpa harus diketahui oleh Damitri.Tak perlu waktu lama dia sudah menemukan keberadaan Damitri. Namun anehnya kenapa Damitri justru bersama Evelin. Ke mana Caramel? Pikir Jennifer. Dia mencari-cari keberadaan Caramel hingga sudut ruangan tapi tak ditemukan juga. Jennifer keluar dari ruangan itu untuk mencari keberadaan Caramel barangkali ada di luar ruangan.Karena tak kunjung menemukan Caramel, Jennifer pergi ke toilet. Mungkin saja Caramel sedang berada di sana.Jennifer hendak membuka pintu namun dia urungkan saat mendengar percakapan seseorang dari dalam toliet sepertinya sedang menelpon seseorang.“Sudah kubilang jangan banyak tanya. B

  • Life After Marriage   Bab 30 Pesan Misterius

    Tok! Tok!“Masuk!” sahut Yuan dari dalam ketika mendengar suara ketukan pintu. Matanya masih terfokus pada monitor laptop di depannya.“Siang, Kak,” sapa Jennifer memasuki ruangan Yuan.“Hai, Jen. Tumben, ada apa?” sahut Yuan hanya melihat beberapa detik kemudian menatap monitornya lagi.“Lihat aku bawa apa?” Jennifer memamerkan bekal makanan yang dia bawa.Yuan malas menanggapi. “Bawa apa memangnya?” jawabnya tidak antusias.Jennifer menarik kursi dan duduk di depan meja Yuan. Senyumnya mengembang membuat Yuan merasa aneh.“Kenapa kamu cengengesan? Ada yang lucu?” seloroh Yuan.“Enggak.”“Lalu kenapa kamu melihat Kakak seperti itu?” Yuan menutup laptopnya beralih memandang Jennifer dengan teliti.“Coba katakan dosa apa yang sudah kakak perbuat pagi ini?” tanya Jennifer mencondongkan sedikit badannya.Yuan tampak berpikir. “Dosa apa? Maksud kamu?” tanyanya bingung.“Kakak sudah membuat kak Amel menangis.” Jennifer kembali menyenderkan punggungnya ke belakang.“Iya aku memang bersalah.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status