“Hai, Cora. Sudah lama tidak melihatmu,” sapa pria itu setelah mendudukkan dirinya di hadapan Cora.
Mendengar kalimat itu, Cora langsung mengalihkan pandangannya dari cangkirnya untuk mengamati wajah pria itu. Setelah lama membolos dari perkuliahan, Cora jadi lupa dengan teman-temannya. Apalagi di awal-awal kuliah, dia lebih sering menyendiri untuk menutupi KDRT yang menimpanya. “Kita pernah sekelas?” tanyanya. Dia tidak ingat sama sekali dengan pria itu. Dia juga tidak merasa pernah melihat wajahnya.
“Ternyata kau tidak mengingatku,” kekeh pria itu.
Cora jadi malas menggubris pria itu dan memilih kembali menikmati kopi pesanannya. Dia merasa sangat terganggu. Sebenarnya niatnya ke cafe ini untuk menenangkan pikirannya dan tak ingin bicara dengan siapapun.
“Kau sekarang terlihat lebih segar,” sahut pria itu lagi sambil menatap dalam mata Cora.
&n
“Aku memang tak pernah melihatmu,” elak Cora dengan tatapan yakinnya. Dia tidak mungkin salah. Wajah Rexy tak pernah melintas di depan matanya, apalagi sekelas dengannya.“Tidak. Kita sering bertemu. Sangat sering,” ucap Rexy dengan nada lembut dan tatapan intens-nya.Cora membuang mukanya karena tatapan yang diberikan Rexy. Bukan salting, malas saja melihat tatapan seperti itu tapi bukan dari mata Max. “Kau mau jalan kapan?”Rexy mengulum senyum, menelan kecewa sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Ternyata yang dikatakannya benar. Cora adalah orang yang berkepribadian dingin. “Mulai sekarang kalau kau butuh bantuan, kau bisa menghubungiku,” tawarnya. “Tingkahmu sangat mencurigakan,” sahut Cora masih enggan bertatapan lagi dengan Rexy.“Perubahan sikapmu juga karena sesuatu, kan?” b
Cora mendekati mobil yang sama dengan milik Axel dulu. Dia menekan tombol di kuncinya sebelum membuka pintu dan masuk. Sebelum melajukannya, dia mengamati tiap sudut mobil itu. Mencari kamera yang mungkin saja sengaja dipasang untuk mengawasinya. Ya, setakut itu dia dengan rencana Tn. Warren yang sama sekali belum tercium olehnya.Ternyata Cora tak menemukan apapun yang mencurigakan. Mobil ini benar-benar kosong. Hanya ada beberapa permen kopi di laci kecil yang ada di sebelah setir mobil. Dia kemudian mencomot permen itu sebelum melajukan mobil ke apartemennya.Dari kejauhan 50 meter, masih ada Rexy yang memang menanti mobil itu berjalan. Melihat mobil pemberiannya sudah jalan menjauh, diabaru melangkah kembalipulangke apartemennya. Diatinggal di apartemen yang tak jauh dari tempat pertemuan yang Cora gunakan tadi. Cukup berjalan kaki 5 menit, dia sudah berada di rumah.“Bagaimana Rex
Cora mengawali pagi inidengan pergi ke kampus.Masih hari yang sama dengan hari pertama, ia membuka perjudiannya.Dia memang sudah terbiasa langsung beraktivitas di pagi hari tanpa tidursedikitpun. Jam tidurnya memang sering terbalik.Apalagi kebiasannya yang sering minum minuman bercafein saat malam hari. Alhasil walau hari sudah gelap, ia tak merasakan kantuk sama sekali. Tubuhnyabaru bisa tidurtengah hari, tepat setelah dia pulang kuliah.Sebenarnya dia sudah tidak ada niat untuk melanjutkan kuliahnya hingga lulus menjadisarjanakedokteran lagi.Alasan sekarang dia masih datang ke kampusnya adalah untuk mencari tahu di mana Finn sekarang. Tak peduli dia menjilat ludahnya sendiri, dia ingin segera bertemu dengan Finn.“Akhirnya selesai juga,” lega Corasetelah dosen mengucapkan kalimat terakhir untuk menutup kelasnya. Dia langsung membereskan buku-buku yang sama sekali
“Call! Berikan aku 5 chips lagi,”potong Chelsea sambil memanggil asistennya untuk membayar chips tambahannya itu.“Baiklah, kita tutup di 15 chips. Selanjutnya, pemain silahkan memakai headseat kalian dan tentukan dua tombolnya.” Cora membalik jam pasir, mempersilakan mereka menentukan kartu pair-nya.Vita langsung menekan 2 tombol yang ia dapat dari kode Aidan dengan sangat yakin, tanpa mendengarkan lagu-lagu yang lain. Bahkan sebelum 60 detik berakhir.Sedangkan Chelsea, masih sibuk menerka-nerka lagu lawas itu. Dia sudah mempelajari lagu-lagu di permainan sebelumnya tapi ternyata hari ini alurnya jauh berbeda. "Waktu habis! Panitia silahkan cek kartunya. Untuk pemain, selamat menikmati minuman kami hari ini," kata Cora mengistirahatkan pemain.Vita dengan santai menikmati minuman yang diracik spesial itu, sambil tersenyum. Dengan saba
Sesuai tujuan Rexy tadi, dia mulai memasang kaset pada walkman Cora untuk mengungkap sedikit trik dari perjudian Zero O’clock nanti malam. Dengan penuh harap, dia berusaha memenangkan perjudian itu.“Oke, jadi aku harus mulai dari mana?” gumam Rexy sambil mendudukkan pantatnya di ranjang tanpa divan, lalu menyeret kotak berisi kaset-kaset lawas. Dia mulai memperhatikan satu-satu kaset dengan berbagai genre, penyanyi, dan pencipta. Iseng dia mengambil satu kaset dengan asal, memasangnya di walkman untuk mendengarkannya.Satu lagu selesai, dan secara otomatis walkman itu memutar lagu kedua. Masih di kaset yang sama dan penyanyi yang sama.“Astaga… Lagunya sangat membosankan,” keluh Rexy setelah menghabiskan semua lagu di satu kaset itu. Dia mengganti kaset tadi dengan kaset yang lain. Kaset selanjutnya yang ia pilih, ternyata genrenya tidak jauh berbeda dengan kaset pertama. Sama-sama g
Rexy kemudian mengejar Cora. “Kau serius dengan permintaanmu itu?”Cora menghentikan langkahnya lalu menatap Rexy. “Memang aku terlihat seperti bercanda?” tanyanya dengan nada serius.“Kupikir kau akan menagih uang ratusan juta padaku,” sindir Rexy. Perkataan itu keluar karena doktrin dari Mr. X yang bersamanya di apartemen. Dia sendiri juga percaya, Cora memang mengincar uangnya.“Kau menganggapnya begitu?” dingin Cora.Rexy jadi merasa sungkan karena nada tak terima dari Cora. “Maafkan aku… Maksudku…”“Kalau begitu aku tambah dengan 1 miliar,” potong Cora.Rexy tertegun. “Maksudmu, kau minta kucing dan uang 1 miliar?”“Ya.” Cora kemudian kembali berjalan meninggalkan Rexy lagi. “Oh iya, kalau kau tidak memberi hadiahnya, k
Cora sudah menjalani harinya dengan 2 kelas di kampusnya, juga tambahan satu jam di salah satu ruangan dosen. Dia dipanggil karena tak pernah mengumpulkan tugas dari dosenakhir-akhir ini.Omelan-omelan dosen itu awalnya didengarkannya dengan diam, tapi karena sudah terlalu lama dia kemudian mengeluarkan selembar cek lalu menuliskan nominal 100 juta di sana. Detik itu jugasang dosenmenghentikan omelannya.“100 juta untuk nilai 100,” enteng Cora.Tak banyak membantah Dosen itu langsung menulis angka 100 pada kertas tugas yang masih kosong. “Sudah. Kau boleh pergi.”Cora tersenyum miring lalu beranjak keluar dari ruangan yang menyebalkan itu.“Karena uang, aku tak perlu repot-repot menghabiskan waktuku di perpustakaanlagi,” gumamnyasambil melirik ke dalam perpustakaan yang baru saja dilewatinya. Tapi dia kembali berjalan mundur, 
Brakk!!!Vita menggebrak keras meja Cora. Dia sangat kesal dengan kekalahannya dari Chelsea hari ini. “Kenapa aku bisa kalah?! Aku membayar mahal hanya untuk kalah?!” marahnyatak terima.Cora tetap bersikap santaidan malahmelanjutkan aktivitasnya menghitung uang-uang yang semakin hari, jumlahnya semakin banyak. “Ya itu mungkin karena Chelsea pemain yanghebat. Dia sepertinya sudah tahu alur perjudiannya. Kenapa kau malah menyalahkanku?”Nada tenang Cora, semakin memantik api amarah Vita lebih besar lagi. “Kau pasti menjual kecurangan pada Chelsea, kan?!” tuduhnya curiga.“Bagaimana caranya? Chelsea saja membelakangi meja bar,” elak Cora, meyakinkan Vita agar tak terlalu curiga padanya.Vita mendudukkan pantatnya kasardi kursi yang berhadapan dengan Cora. Dia berfikir sejenak, untuk menentukan cara agar bisa memenangka
“Siapa yang menolongmu?” tanya Ny. Beatrice pada Axel. Dia datang karena Rexy yang meneleponnya. Kalau tidak ada Ny. Beatrcie mungkin sampai pagi Cora masih memberontak sambil menangis kencang. Hanya ibunya yang bisa menenangkan Cora.“Tn. Edgar,” jawab Axel.“Edgar?” kaget Ny. Beatrice mendengar nama mantan suaminya itu. “Apa tujuannya?”“Entahlah. Saat setengah tubuhku sudah terkena api karena di bakar oleh Shea, tiba-tiba ada yang masuk sambil menyemprotkan alat pemadam kebakaran. Ternyata dia adalah Tn. Edgar. Setelah aku diobati dan tubuhku membaik, dia menyelamatkanku karena dia menganggapku sebagai anaknya. Itu agak aneh tapi, memang begitu,” jelas Axel, sesuai kejadian sesungguhnya.Ny. Beatrice sangat malas mendengar nama Tn. Edgar yang ternyata masih ada di sekeliling mereka. Dia sudah tidak bisa lagi mempercayai mantan suami
“Sakha ditemukan tertembak di cafe-nya. Siapa yang menembak masih dalam penyelidikan karena tidak ada rekaman CCTV. Kenapa?” tanya komandan polisi bername tag ‘Edgar’.“Sakha itu anak buah Tn. Warren. Aku sangat yakin kematiannnya juga sangat berhubungan dengan dia,” duga Axel. Dia sengaja datang ke kantor polisi yang sedang menyelidiki kasus kematian Sakha. Kebetulan yang mengomandani kasus itu adalah Tn. Edgar. Kini mereka sedang berdebat di ruangan komandan Edgar.“Apa yang kau bicarakan? Permainan itu sudah selesai dan sudah diambil alih oleh Cora. Sebaiknya kau membantuku menemukan di mana tempat baru perjudian itu,” kata Tn. Edgar membantah dugaan Axel.“Tn. Warren tidak akan semudah itu melepas bisnis besarnya. Pasti dia sedang merencanakan sesuatu,” kata Axel menekankan dugaan yang pasti terjadi itu.“Bisa kau jelaskan ap
Ny. Beatrice kembali dengan membawa makanan sehat. Dia memilih menu ayam dengan sandwich. Ibu hamil memang harus menjaga makannya untuk kesehatan bayinya. “Sayang, ayo turun, makanannya sudah datang!” panggil Ny. Beatrice dari bawah.“Ibu! Tolong aku!” sahut Cora dari atas.Ny. Beatrice sangat khawatir dan langsung berlari ke atas. “Astaga… Kalian sudah baikan rupanya,” kaget Ny. Beatrice ketika melihat anak dan menantunya sedang berpelukan. Tidak, yang benar Rexy sedang memeluk Cora seerat-eratnya.“Ibu, dia membuatku sesak napas,” keluh Cora.Ny. Beatrice terkekeh. “Nanti lagi bermesraannya. Sekarang makan dulu.”“Ayo makan, sayang.” Rexy langsung menggendong Cora membawanya turun ke meja makan.“Aku bisa jalan sendiri, Rexy!” Cora masih terus mengomel.&
Cora baru membuka matanya saat hari sudah memasuki siang hari. Saat dia hendak mengucek matanya yang tertutup bunga tidur, namun tangannya tertahan kain yang terikat di ujung sandaran kasur. Jangankan mau memukul perutnya lagi, mengangkat tangannya saja sangat susah. “Astaga…” keluhnya. Cora kemudian menyisir pandangan dan menemukan Rexy yang sedang tidur di sofa tak jauh dari ranjang. “Rexy!” panggilnya.Rexy masih tidur. Suara Cora tadi ternyata tidak berhasil masuk ke telinga Rexy.“Rexy!” Kali ini Cora menambah volume teriakannya.Akhirnya Rexy mendengar panggilan itu dan membuatnya terbangun . Dia menegakkan duduknya dan langsung melihat Cora. “K-kenapa?” tanyanya canggung.“Lepaskan tanganku,” pinta Cora.“Kau tidak boleh memukul perutmu lagi,” larang Rexy.
5 menit, tentubukan waktu yang lama untuk di tunggu.Mereka sudah mendapat hasildari test pack itu. 2 garis biru terlihat jelas pada alat itu.Ny. Beatrice tidak tahu harus menempatkan dirinya bagaimana. Haruskah senang atau malah sedih?“Apa? Aku tidak hamil, kan?” tanya Cora berharap rahimnya masih kosong.“Kau, hamil sayang,”jawab Ny. Beatrice.Rexy tersenyum lebar mendengarnya. Dia akhirnya berhasil mengikat Cora sepenuhnya.Berbeda dengan Cora yang langsung mematung mendengar perkataan itu. Bukan mimpi, janin bayi memang mengisi rahimnya sekarang. Ia tidak mau harapan untuk bisa bersanding dengan pria lain hilang karena hal ini. Kembali lagi, dia tidak mau seumur hidup bersama Rexy seperti ketakutannya selama sebulan pernikahannya ini. Hal lain yang membuatnya tak bisa menerima kehamilannya adalah nama Max yang masih terukir di
Satu bulan kemudian“Kapal pesiarnya sudah jadi bu. Kau mau melihatnya?” tawar Finn.“Tentu saja.”Finn dan Ny. Beatrice langsung berangkat ke pulau yang waktu itu Cora dan Rexy datangi, menggunakan mobilnya. Seusai 5 jam perjalanan darat dan 30 menit perjalanan laut, mereka telah sampai. Di sekitar pulau itu sudah ada kapal pesiar yang sangat mewah terparkir. Tak hanya itu ada beberapa kapal kecil dan jet ski yang nantinya akan digunakan juga untuk penyerangan.“Kau mau mulai dari mana?” tanya Finn yang sudah naik ke kapal pesiarnya.“Ruang senjata dulu,” pinta Ny. Beatrice.“Ayo, itu ada di lantai bawah.” Finn menuntun ke sebuah pintu yang bisa mengakses ke lantai paling bawah. Biasanya ruangan itu digunakan untuk menyimpan sekoci darurat, tapi kali ini ruangan itu digunakan untuk menyimpan banyak
*Flashback“Jangan ikut campur. Mulai sekarang kau harus tetap di rumah. Bagaimanapun caranya kau harus lulus karena aku sudah memilihkan kampus terbaik di Australia untuk S2-mu.”“Apa maksudmu? Kau memintaku melepas Cora begitu saja setelah merenggut semua keluarganya?”“Shea…”“Kau lupa? Kita sudah membunuh kakaknya!”“Ini demi kebaikanmu.” Kemudian 2 orang bodyguard datang lalu berdiri di samping kanan dan kiri Shea.“Apalagi ini?”“Mereka akan mengikutimu setiap kau keluar rumah untuk ke kampus. Kau tidak boleh kemana-mana selain ke kampus. Mana ponselmu?”“Kau juga mau men
Cora, Rexy, dan Finn tak menghabiskan banyak waktu, hanya mengobrol sebentar sekedar menjelaskan sedikit cara yang akan dilakukan nanti. Setelah 2 jam, Cora dan Rexy pamit pulang sedangkan Finn masih ingin di markas snipernya. Perjalanan dengan perahu selama 30 menit juga 5 jam perjalanan dengan mobil membuat mereka baru sampai saat malam hari sekitar jam sepuluhan.Sebelum ke apartemennya, Rexy memang sudah berencana untuk mampir ke cafe judi. Tetapi melihat Cora masih tertidur pulas, membuatnya tak tega membangunkannya. Akhirnya dia menggantikan Cora untuk mengatur kaset-kasetnya.“Kau, bukannya pemain ya?” bingung Yoland melihat ada pengunjung yang sudah datang padahal masih belum waktunya.“Aku sekarang sudah menikah dengan Cora. Dan Cora sedang tidur jadi aku yang akan mengatur kasetnya,” jawab Rexy.“Oh Cora sudah menikah. Kalau begitu silahkan masuk.” Yoland
Masalah yang satu persatu mencuat, semakin membuat Finn pusing. Di sangat menyesal menghilang sesaat untuk memberikan pelajaran pada Cora. Perbuatan cerobohnya membuat sang adik kembali merasa menderita. “Cora ternyata sudah menikah. Tapi Cora sepertinya tak menginginkan pernikahan itu terjadi,” ungkap Finn menceritakan kondisi Cora sekarang kepada ibunya. Mereka sedang berada di tepi kolam renang di rumah Ny. Beatrice. “Kenapa menikah kalau Cora tidak mau?” heran Ny. Beatrice.“Alasan dari keduanya sangat membingungkan. Rexy bilang diancam Axel dan Cora bilang dia menikah untuk mendapat perlindungan. Tapi Cora terlihat sangat sedih. Aku sempat melihat matanya sangat lebam,” jelas Finn sambil mengingat wajah Cora setelah dia bilang sudah memiliki suami.“Aku jadi penasaran dengan Rexy, itu.”“Kau mau bertemu?”