Rexy kemudian mengejar Cora. “Kau serius dengan permintaanmu itu?”
Cora menghentikan langkahnya lalu menatap Rexy. “Memang aku terlihat seperti bercanda?” tanyanya dengan nada serius.
“Kupikir kau akan menagih uang ratusan juta padaku,” sindir Rexy. Perkataan itu keluar karena doktrin dari Mr. X yang bersamanya di apartemen. Dia sendiri juga percaya, Cora memang mengincar uangnya.
“Kau menganggapnya begitu?” dingin Cora.
Rexy jadi merasa sungkan karena nada tak terima dari Cora. “Maafkan aku… Maksudku…”
“Kalau begitu aku tambah dengan 1 miliar,” potong Cora.
Rexy tertegun. “Maksudmu, kau minta kucing dan uang 1 miliar?”
“Ya.” Cora kemudian kembali berjalan meninggalkan Rexy lagi. “Oh iya, kalau kau tidak memberi hadiahnya, k
Cora sudah menjalani harinya dengan 2 kelas di kampusnya, juga tambahan satu jam di salah satu ruangan dosen. Dia dipanggil karena tak pernah mengumpulkan tugas dari dosenakhir-akhir ini.Omelan-omelan dosen itu awalnya didengarkannya dengan diam, tapi karena sudah terlalu lama dia kemudian mengeluarkan selembar cek lalu menuliskan nominal 100 juta di sana. Detik itu jugasang dosenmenghentikan omelannya.“100 juta untuk nilai 100,” enteng Cora.Tak banyak membantah Dosen itu langsung menulis angka 100 pada kertas tugas yang masih kosong. “Sudah. Kau boleh pergi.”Cora tersenyum miring lalu beranjak keluar dari ruangan yang menyebalkan itu.“Karena uang, aku tak perlu repot-repot menghabiskan waktuku di perpustakaanlagi,” gumamnyasambil melirik ke dalam perpustakaan yang baru saja dilewatinya. Tapi dia kembali berjalan mundur, 
Brakk!!!Vita menggebrak keras meja Cora. Dia sangat kesal dengan kekalahannya dari Chelsea hari ini. “Kenapa aku bisa kalah?! Aku membayar mahal hanya untuk kalah?!” marahnyatak terima.Cora tetap bersikap santaidan malahmelanjutkan aktivitasnya menghitung uang-uang yang semakin hari, jumlahnya semakin banyak. “Ya itu mungkin karena Chelsea pemain yanghebat. Dia sepertinya sudah tahu alur perjudiannya. Kenapa kau malah menyalahkanku?”Nada tenang Cora, semakin memantik api amarah Vita lebih besar lagi. “Kau pasti menjual kecurangan pada Chelsea, kan?!” tuduhnya curiga.“Bagaimana caranya? Chelsea saja membelakangi meja bar,” elak Cora, meyakinkan Vita agar tak terlalu curiga padanya.Vita mendudukkan pantatnya kasardi kursi yang berhadapan dengan Cora. Dia berfikir sejenak, untuk menentukan cara agar bisa memenangka
“Hei!”“Rexy! Kau mengagetkanku saja,” kesal Shea. Teriakan keras Rexy berhasil membuat jantungnya hampir meledak.“Apa yang kau lamunkan? Sudah 5 jam kau begitu.” Keisengan Rexy tadi memang disebabkan oleh sikap Shea yang sejak kedatangannya di apartemen Rexy sore tadi, sampai berubah malam. Tak ada satupun obrolan yang dilontarkan Shea. Padahal biasanya Shea yang selalu menggebu-gebu saat membicarakan bocoran yang di dapat saat menyelidiki Cora.“Axel,” jawab Shea tanpa sadar.“Axel?”bingung Rexy.“Mobil Axel tadi, membuatku mengingatnya.”Rexyterkekeh.“Jangan bilang kau sekarang menyesal sudah membunuhnya.”“Aku takut saja, Cora tiba-tiba menyerangku karena aku sudah membunuh kakaknya. Ya, walaupun dia tak pernah meng
“Kau yang mempermainkanku.” Rexy membalik perkataan Cora.Nada bicara Rexy yang terdengar serius, membuat Cora menurunkan tangannya, urung menampar Rexy.“Aku sampai menghabiskan banyak waktuku untuk menghafal kaset bodohmu itu.”Cora mulai ketar-ketir, menyadari apa maksud perkataan Rexy itu.“Aku juga tahu. Kau sengaja meniadakan kartu pair di semua kartuku, kan?” tembak Rexy membongkar kebohongan yang Cora bubuhi di perjudiannya.Walau Cora sudah terpojok, dia tak mau terlihat kelagapan. “Tahu dari mana?” tanyanya meremehkan.“Karena tak ada satupun kesamaan di lagu yang ku dengar tadi,” jawab Rexy. Tak hanya menjawab. Dia juga meberikan bukti dengan menata kaset yang terpasang di meja judi tadi, sesuai 8 tombolnya. “Seperti itu kan?”Cora ternganga tak percaya, me
Pyar!Cora membanting cangkir yang masih berisi setengah kopinya yang belum diminum. Ulah Aidan tadi, membuat mood-nya seketika rusak. “Dia merendahkanku?!” Aidan yang bertanya ‘butuh uang?’ padanya, sangat menyinggungnya.“Dari mana dia tahu? Pasti Rexy yang mengatakan itu pada Aidan,” gumam Cora menduga. Sekujur tubuhnya gemetar merasa ketakutan yang luar biasa. Bahkan dari tadi ia tak henti menggigit kuku tangannya yang terus bergetar.Kriing…Dering telepon dengan suara rendah itu, bisa membuat Cora melonjak kaget. Suara itu semakin membuatnya gelisah. Dia memilih mendiamkan dering itu sampai berhenti sendiri.Namun sang penelpon, tak menyerah untuk membuat ponsel Cora kembali berdering.Setelah membuat cangkirnya terbang dan pecah, kini giliran ponselnya yang menerima itu. Seperti sedang diincar pembunuh, Cora langsung mengun
Sesuai arahan dari sambungan earphone-nya, Rexy pulang ke apartemennya memenuhi permintaan pria itu untuk bertemu.“Itu karena Aidan tahu, kalau aku akan memberi Cora uang. Cora pikir aku bekerja sama dengannya,” jelas Rexy yang kini sudah duduk di balkon, bersama seorang pria dengan luka bakar di separuh wajahnya.Ya, pria itu salah satu pemain yang dibakar Shea, yang tak lain adalah Axel.“Aku ingin tahu apa rencana Tn. Warren untuk Cora. Dan kenapa harus Cora?” heran Axel, dalang di balik rencana penghancuran Tn. Warren yang akan diwakilkan Cora nantinya.“Ada masalah baru, Shea sudah tidak bisa membantu karena ketahuan oleh ibunya. Tentu saja Ny. Yara tidak mau semuanya bocor pada Cora.”“Iya juga, Ny. Yara pasti mendukung selingkuhannya,” kekeh Axel. “Ngomong-ngomong, apa maksudmu 2 triliun dengan syarat menikah denganmu?
“Kau harus membayar hutangmu dengan cara menjadi istriku,” potong Rexy.“Apa?!” Cora melotot mendengar ucapan asal dari mulut Rexy itu.“Kalau tidak mau tidak apa,” santai Rexy sambil melipat tangannya di dada. Dia sangat yakin, Cora tidak akan menolaknya lagi.“Kemarin kau memberi 2 pilihan kan?” protes Cora.“Pilihan pertama kau sudah memilih 100 juta, kan?”Cora sangat kesal dengan kecerdasan Rexy. Itu membuatnya merasa menjadi orang yang paling bodoh yang hanya mementingkan gengsinya. “Jadi hanya tersisa pilihan kedua itu?”Rexy mengangguk. Kemudian dia mengeluarkan jam pasir persis seperti yang biasa digunakan saat perjudian berlangsung. Bedanya pasirnya terlihat lebih banyak dan setara dengan waktu 60 menit. “Aku beri kau waktu 1 jam untuk berpikir,” ujarnya seraya membalik jam pasir itu.Cora tersenyum kecut. “Kenapa pilihannya harus menik
Waktu seperti terasa cepat di saat kita menginginkan waktu lebih panjang dari ini. Kenyataan kerap kali terjadi berkebalikan yang kita inginkan. Seperti sekarang, Cora seperti merasa beberpa menit yang lalu masih di lapangan tembak bersama Finn. Tapi tiba-tiba sekrang sudah pagi lagi dan memasuki hari yang berbeda. Dia bukan berada di ruangannya ataupun di apartemen tempat tinggalnya. Kini dia sudah berdiri di depan sebuah gedung yang sering digunakan untuk menggelar pernikahan.Gedung yang seharusnya memancarkan aura kebahagiaan, terasa seperti mimpi buruk di mata Cora. Tak satu atau dua menit, dia ragu melangkah masuk. Tapi sudah hampir 30 menit dia masih saja ragu. Bagaimana hidupnya setelah ini? Apa penderitaannya masih akan berlanjut?“Ayo masuk sayang,” ajak Rexy yang tiba-tiba merangkul Cora.Tanpa penolakan Cora, memasrahkan dirinya masuk ke gedung itu. Di dalamnya tak ada tatanan atau pernak-pernik m
“Siapa yang menolongmu?” tanya Ny. Beatrice pada Axel. Dia datang karena Rexy yang meneleponnya. Kalau tidak ada Ny. Beatrcie mungkin sampai pagi Cora masih memberontak sambil menangis kencang. Hanya ibunya yang bisa menenangkan Cora.“Tn. Edgar,” jawab Axel.“Edgar?” kaget Ny. Beatrice mendengar nama mantan suaminya itu. “Apa tujuannya?”“Entahlah. Saat setengah tubuhku sudah terkena api karena di bakar oleh Shea, tiba-tiba ada yang masuk sambil menyemprotkan alat pemadam kebakaran. Ternyata dia adalah Tn. Edgar. Setelah aku diobati dan tubuhku membaik, dia menyelamatkanku karena dia menganggapku sebagai anaknya. Itu agak aneh tapi, memang begitu,” jelas Axel, sesuai kejadian sesungguhnya.Ny. Beatrice sangat malas mendengar nama Tn. Edgar yang ternyata masih ada di sekeliling mereka. Dia sudah tidak bisa lagi mempercayai mantan suami
“Sakha ditemukan tertembak di cafe-nya. Siapa yang menembak masih dalam penyelidikan karena tidak ada rekaman CCTV. Kenapa?” tanya komandan polisi bername tag ‘Edgar’.“Sakha itu anak buah Tn. Warren. Aku sangat yakin kematiannnya juga sangat berhubungan dengan dia,” duga Axel. Dia sengaja datang ke kantor polisi yang sedang menyelidiki kasus kematian Sakha. Kebetulan yang mengomandani kasus itu adalah Tn. Edgar. Kini mereka sedang berdebat di ruangan komandan Edgar.“Apa yang kau bicarakan? Permainan itu sudah selesai dan sudah diambil alih oleh Cora. Sebaiknya kau membantuku menemukan di mana tempat baru perjudian itu,” kata Tn. Edgar membantah dugaan Axel.“Tn. Warren tidak akan semudah itu melepas bisnis besarnya. Pasti dia sedang merencanakan sesuatu,” kata Axel menekankan dugaan yang pasti terjadi itu.“Bisa kau jelaskan ap
Ny. Beatrice kembali dengan membawa makanan sehat. Dia memilih menu ayam dengan sandwich. Ibu hamil memang harus menjaga makannya untuk kesehatan bayinya. “Sayang, ayo turun, makanannya sudah datang!” panggil Ny. Beatrice dari bawah.“Ibu! Tolong aku!” sahut Cora dari atas.Ny. Beatrice sangat khawatir dan langsung berlari ke atas. “Astaga… Kalian sudah baikan rupanya,” kaget Ny. Beatrice ketika melihat anak dan menantunya sedang berpelukan. Tidak, yang benar Rexy sedang memeluk Cora seerat-eratnya.“Ibu, dia membuatku sesak napas,” keluh Cora.Ny. Beatrice terkekeh. “Nanti lagi bermesraannya. Sekarang makan dulu.”“Ayo makan, sayang.” Rexy langsung menggendong Cora membawanya turun ke meja makan.“Aku bisa jalan sendiri, Rexy!” Cora masih terus mengomel.&
Cora baru membuka matanya saat hari sudah memasuki siang hari. Saat dia hendak mengucek matanya yang tertutup bunga tidur, namun tangannya tertahan kain yang terikat di ujung sandaran kasur. Jangankan mau memukul perutnya lagi, mengangkat tangannya saja sangat susah. “Astaga…” keluhnya. Cora kemudian menyisir pandangan dan menemukan Rexy yang sedang tidur di sofa tak jauh dari ranjang. “Rexy!” panggilnya.Rexy masih tidur. Suara Cora tadi ternyata tidak berhasil masuk ke telinga Rexy.“Rexy!” Kali ini Cora menambah volume teriakannya.Akhirnya Rexy mendengar panggilan itu dan membuatnya terbangun . Dia menegakkan duduknya dan langsung melihat Cora. “K-kenapa?” tanyanya canggung.“Lepaskan tanganku,” pinta Cora.“Kau tidak boleh memukul perutmu lagi,” larang Rexy.
5 menit, tentubukan waktu yang lama untuk di tunggu.Mereka sudah mendapat hasildari test pack itu. 2 garis biru terlihat jelas pada alat itu.Ny. Beatrice tidak tahu harus menempatkan dirinya bagaimana. Haruskah senang atau malah sedih?“Apa? Aku tidak hamil, kan?” tanya Cora berharap rahimnya masih kosong.“Kau, hamil sayang,”jawab Ny. Beatrice.Rexy tersenyum lebar mendengarnya. Dia akhirnya berhasil mengikat Cora sepenuhnya.Berbeda dengan Cora yang langsung mematung mendengar perkataan itu. Bukan mimpi, janin bayi memang mengisi rahimnya sekarang. Ia tidak mau harapan untuk bisa bersanding dengan pria lain hilang karena hal ini. Kembali lagi, dia tidak mau seumur hidup bersama Rexy seperti ketakutannya selama sebulan pernikahannya ini. Hal lain yang membuatnya tak bisa menerima kehamilannya adalah nama Max yang masih terukir di
Satu bulan kemudian“Kapal pesiarnya sudah jadi bu. Kau mau melihatnya?” tawar Finn.“Tentu saja.”Finn dan Ny. Beatrice langsung berangkat ke pulau yang waktu itu Cora dan Rexy datangi, menggunakan mobilnya. Seusai 5 jam perjalanan darat dan 30 menit perjalanan laut, mereka telah sampai. Di sekitar pulau itu sudah ada kapal pesiar yang sangat mewah terparkir. Tak hanya itu ada beberapa kapal kecil dan jet ski yang nantinya akan digunakan juga untuk penyerangan.“Kau mau mulai dari mana?” tanya Finn yang sudah naik ke kapal pesiarnya.“Ruang senjata dulu,” pinta Ny. Beatrice.“Ayo, itu ada di lantai bawah.” Finn menuntun ke sebuah pintu yang bisa mengakses ke lantai paling bawah. Biasanya ruangan itu digunakan untuk menyimpan sekoci darurat, tapi kali ini ruangan itu digunakan untuk menyimpan banyak
*Flashback“Jangan ikut campur. Mulai sekarang kau harus tetap di rumah. Bagaimanapun caranya kau harus lulus karena aku sudah memilihkan kampus terbaik di Australia untuk S2-mu.”“Apa maksudmu? Kau memintaku melepas Cora begitu saja setelah merenggut semua keluarganya?”“Shea…”“Kau lupa? Kita sudah membunuh kakaknya!”“Ini demi kebaikanmu.” Kemudian 2 orang bodyguard datang lalu berdiri di samping kanan dan kiri Shea.“Apalagi ini?”“Mereka akan mengikutimu setiap kau keluar rumah untuk ke kampus. Kau tidak boleh kemana-mana selain ke kampus. Mana ponselmu?”“Kau juga mau men
Cora, Rexy, dan Finn tak menghabiskan banyak waktu, hanya mengobrol sebentar sekedar menjelaskan sedikit cara yang akan dilakukan nanti. Setelah 2 jam, Cora dan Rexy pamit pulang sedangkan Finn masih ingin di markas snipernya. Perjalanan dengan perahu selama 30 menit juga 5 jam perjalanan dengan mobil membuat mereka baru sampai saat malam hari sekitar jam sepuluhan.Sebelum ke apartemennya, Rexy memang sudah berencana untuk mampir ke cafe judi. Tetapi melihat Cora masih tertidur pulas, membuatnya tak tega membangunkannya. Akhirnya dia menggantikan Cora untuk mengatur kaset-kasetnya.“Kau, bukannya pemain ya?” bingung Yoland melihat ada pengunjung yang sudah datang padahal masih belum waktunya.“Aku sekarang sudah menikah dengan Cora. Dan Cora sedang tidur jadi aku yang akan mengatur kasetnya,” jawab Rexy.“Oh Cora sudah menikah. Kalau begitu silahkan masuk.” Yoland
Masalah yang satu persatu mencuat, semakin membuat Finn pusing. Di sangat menyesal menghilang sesaat untuk memberikan pelajaran pada Cora. Perbuatan cerobohnya membuat sang adik kembali merasa menderita. “Cora ternyata sudah menikah. Tapi Cora sepertinya tak menginginkan pernikahan itu terjadi,” ungkap Finn menceritakan kondisi Cora sekarang kepada ibunya. Mereka sedang berada di tepi kolam renang di rumah Ny. Beatrice. “Kenapa menikah kalau Cora tidak mau?” heran Ny. Beatrice.“Alasan dari keduanya sangat membingungkan. Rexy bilang diancam Axel dan Cora bilang dia menikah untuk mendapat perlindungan. Tapi Cora terlihat sangat sedih. Aku sempat melihat matanya sangat lebam,” jelas Finn sambil mengingat wajah Cora setelah dia bilang sudah memiliki suami.“Aku jadi penasaran dengan Rexy, itu.”“Kau mau bertemu?”