Pyar!
Cora membanting cangkir yang masih berisi setengah kopinya yang belum diminum. Ulah Aidan tadi, membuat mood-nya seketika rusak. “Dia merendahkanku?!” Aidan yang bertanya ‘butuh uang?’ padanya, sangat menyinggungnya.
“Dari mana dia tahu? Pasti Rexy yang mengatakan itu pada Aidan,” gumam Cora menduga. Sekujur tubuhnya gemetar merasa ketakutan yang luar biasa. Bahkan dari tadi ia tak henti menggigit kuku tangannya yang terus bergetar.
Kriing…
Dering telepon dengan suara rendah itu, bisa membuat Cora melonjak kaget. Suara itu semakin membuatnya gelisah. Dia memilih mendiamkan dering itu sampai berhenti sendiri.
Namun sang penelpon, tak menyerah untuk membuat ponsel Cora kembali berdering.
Setelah membuat cangkirnya terbang dan pecah, kini giliran ponselnya yang menerima itu. Seperti sedang diincar pembunuh, Cora langsung mengun
Sesuai arahan dari sambungan earphone-nya, Rexy pulang ke apartemennya memenuhi permintaan pria itu untuk bertemu.“Itu karena Aidan tahu, kalau aku akan memberi Cora uang. Cora pikir aku bekerja sama dengannya,” jelas Rexy yang kini sudah duduk di balkon, bersama seorang pria dengan luka bakar di separuh wajahnya.Ya, pria itu salah satu pemain yang dibakar Shea, yang tak lain adalah Axel.“Aku ingin tahu apa rencana Tn. Warren untuk Cora. Dan kenapa harus Cora?” heran Axel, dalang di balik rencana penghancuran Tn. Warren yang akan diwakilkan Cora nantinya.“Ada masalah baru, Shea sudah tidak bisa membantu karena ketahuan oleh ibunya. Tentu saja Ny. Yara tidak mau semuanya bocor pada Cora.”“Iya juga, Ny. Yara pasti mendukung selingkuhannya,” kekeh Axel. “Ngomong-ngomong, apa maksudmu 2 triliun dengan syarat menikah denganmu?
“Kau harus membayar hutangmu dengan cara menjadi istriku,” potong Rexy.“Apa?!” Cora melotot mendengar ucapan asal dari mulut Rexy itu.“Kalau tidak mau tidak apa,” santai Rexy sambil melipat tangannya di dada. Dia sangat yakin, Cora tidak akan menolaknya lagi.“Kemarin kau memberi 2 pilihan kan?” protes Cora.“Pilihan pertama kau sudah memilih 100 juta, kan?”Cora sangat kesal dengan kecerdasan Rexy. Itu membuatnya merasa menjadi orang yang paling bodoh yang hanya mementingkan gengsinya. “Jadi hanya tersisa pilihan kedua itu?”Rexy mengangguk. Kemudian dia mengeluarkan jam pasir persis seperti yang biasa digunakan saat perjudian berlangsung. Bedanya pasirnya terlihat lebih banyak dan setara dengan waktu 60 menit. “Aku beri kau waktu 1 jam untuk berpikir,” ujarnya seraya membalik jam pasir itu.Cora tersenyum kecut. “Kenapa pilihannya harus menik
Waktu seperti terasa cepat di saat kita menginginkan waktu lebih panjang dari ini. Kenyataan kerap kali terjadi berkebalikan yang kita inginkan. Seperti sekarang, Cora seperti merasa beberpa menit yang lalu masih di lapangan tembak bersama Finn. Tapi tiba-tiba sekrang sudah pagi lagi dan memasuki hari yang berbeda. Dia bukan berada di ruangannya ataupun di apartemen tempat tinggalnya. Kini dia sudah berdiri di depan sebuah gedung yang sering digunakan untuk menggelar pernikahan.Gedung yang seharusnya memancarkan aura kebahagiaan, terasa seperti mimpi buruk di mata Cora. Tak satu atau dua menit, dia ragu melangkah masuk. Tapi sudah hampir 30 menit dia masih saja ragu. Bagaimana hidupnya setelah ini? Apa penderitaannya masih akan berlanjut?“Ayo masuk sayang,” ajak Rexy yang tiba-tiba merangkul Cora.Tanpa penolakan Cora, memasrahkan dirinya masuk ke gedung itu. Di dalamnya tak ada tatanan atau pernak-pernik m
Cora menangis sangat lama hingga membuatnya tertidur. Untuk sekian kalinya kandungan cafein pada kopi yang baru ditelannya, tak berfungsi.Aidan yang merasa Cora menjatuhkan tubuhnya padanya langsung memindahkan Cora ke sofa. Dia sengaja menidurkan Cora di pelukannya. Karena belum tidur dan juga merasa cukup setelah melayani para pejudi tadi malam, membuatnya ikut tidur. Mereka berdua tertidur di sana hampir seharian.Di jam 10 malam, Aidan baru bisa bangun setelah tidur nyenyaknya. Merasakan kebas pada tangannya. Ternyata itu karena salah satu tangannya ditindihi oleh Cora yang masih tidur di pelukannya. Sebenarnya dia sangat ingin membangunkan Cora karena sebentar lagi perjudian Zero O’clock dimulai. Seharusnya Cora sudah mulai menyiapkan kaset-kasetnya. Tapi, melihat Cora yang masih sangat pulas membuatnya tak tega.“Cora…” Dengan nada sangat pelan, Aidan mencoba membangunkan Cora. Dia juga me
Setelah permainan panas semalam, Cora dan Rexy tidur dalam keadaan berpelukan di balik selimut. Bukan, lebih tepatnya Rexy yang tidur sambil memeluk erat tubuh Cora.Samar-samar Rexy mendengar sebuah suara yang membuatnya terbangun. Suara yang mengganggunya itu ternyata berasal dari Cora yang sedang menangis. Mata Cora sangat membengkak mungkin akibat menangis sepanjang malam. “Hey… Kau kenapa?” khawatir Rexy.Cora masih menangis sesenggukan tak mampu menjawab.Rexy berpikir, Cora mungkin tidak terbiasa dengan hubungan itu. Dia juga sedikit menyadari caranya memang agak kasar untuk seorang pemula.“Sakit ya?”“Kau bukan mau menyiksaku dengan cara seperti ini kan?” tanya Cora masih terisak.Rexy tertegun dengan ucapan Cora. Ternyata perkataan Axel malam itu benar. Dia yang memang berlatar algojo yang tentunya bisa dinilai sadis dan kejam,
“Kakak?” heran Rexy. Apa mungkin Axel sudah menampakkan dirinya pada Cora? Dia langsung melongok ke bawah, ternyata ada pria lain. Kakak yang tak pernah Axel ceritakan.“Hai, kau suami Cora?” tanya Finn to the point setelah Rexy sudah ada di hadapannya. Dia juga memberikan tatapan yang agak tajam sambil mengulurkan tangannya.“Ya, aku Rexy suami Cora,” kata Rexy memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Finn.“Ayo duduk dulu.”“Aku buatkan minuman ya,” pamit Cora, membiarkan kakak dan suaminya bersatu.Rexy dan Finn duduk di sofa yang terbuat dari bulu beruang kutub.Rexy memperhatikan Finn dari atas hingga bawah. Dia menilai, Finn lebih rapi dan baik bila dibandingkan dengan Axel. Wajah datar plus tatapan tajam Finn saja, masih terlihat damai dan tidak seram sama sekali. Seperti lebih bisa dipercaya menja
Masalah yang satu persatu mencuat, semakin membuat Finn pusing. Di sangat menyesal menghilang sesaat untuk memberikan pelajaran pada Cora. Perbuatan cerobohnya membuat sang adik kembali merasa menderita. “Cora ternyata sudah menikah. Tapi Cora sepertinya tak menginginkan pernikahan itu terjadi,” ungkap Finn menceritakan kondisi Cora sekarang kepada ibunya. Mereka sedang berada di tepi kolam renang di rumah Ny. Beatrice. “Kenapa menikah kalau Cora tidak mau?” heran Ny. Beatrice.“Alasan dari keduanya sangat membingungkan. Rexy bilang diancam Axel dan Cora bilang dia menikah untuk mendapat perlindungan. Tapi Cora terlihat sangat sedih. Aku sempat melihat matanya sangat lebam,” jelas Finn sambil mengingat wajah Cora setelah dia bilang sudah memiliki suami.“Aku jadi penasaran dengan Rexy, itu.”“Kau mau bertemu?”
Cora, Rexy, dan Finn tak menghabiskan banyak waktu, hanya mengobrol sebentar sekedar menjelaskan sedikit cara yang akan dilakukan nanti. Setelah 2 jam, Cora dan Rexy pamit pulang sedangkan Finn masih ingin di markas snipernya. Perjalanan dengan perahu selama 30 menit juga 5 jam perjalanan dengan mobil membuat mereka baru sampai saat malam hari sekitar jam sepuluhan.Sebelum ke apartemennya, Rexy memang sudah berencana untuk mampir ke cafe judi. Tetapi melihat Cora masih tertidur pulas, membuatnya tak tega membangunkannya. Akhirnya dia menggantikan Cora untuk mengatur kaset-kasetnya.“Kau, bukannya pemain ya?” bingung Yoland melihat ada pengunjung yang sudah datang padahal masih belum waktunya.“Aku sekarang sudah menikah dengan Cora. Dan Cora sedang tidur jadi aku yang akan mengatur kasetnya,” jawab Rexy.“Oh Cora sudah menikah. Kalau begitu silahkan masuk.” Yoland