Kanaya menghempaskan bokong sintalnya ke atas kursi kebesaran milik Luke dengan sekenanya. Tangannya langsung bergerak untuk memijit-mijit pelan kepalanya yang terasa sangat berat.
Saat ini, Kanaya baru saja menyelesaikan rapat pertanggung jawaban keuangan perusahaan GueZ kepada para penasihat Perusahaan GueZ. Kanaya kira, semuanya akan berjalan mulus, lancar dan cepat. Namun ternyata... semuanya terjadi di luar dugaan Kanaya.
Seingat Kanaya, Kanaya tidak melakukan kesalahan apapun saat di rapat tadi. Dia bahkan dapat menjelaskan semua perincian data keuangan dengan lugas di hadapan para penasihat itu. Namun, apa yang didapatkan Kanaya dari para penasihat itu? Bukan senyum dan anggukan setuju, melainkan wajah datar dengan sorot mata menyeramkan serta beberapa pertanyaan-pertanyaan yang sangat membelitkan pikiran.
Ingin rasanya Kanaya memaki para penasihat perusahaan itu, jika Kanaya tidak ingat bahwa
Kanaya melangkahkan kakinya memasuki rumahnya yang nampaknya telah lenggang. Kanaya menghela napasnya dengan kasar, setelah tadi dirinya terlambat makan siang, kini dirinya harus terlambat juga makan malam.Kanaya menatap jam tangan berwarna silver yang menggantung manis di tangannya. 10. 20 PM. Luar biasa! Kanaya hanya berperan sebagai pengganti sementara Alvin, namun ia harus pulang se larut ini dari kantor."Bagaimana keadaan di kantor, tadi?"Kanaya langsung tersentak dan memegang dadanya yang bergemuruh. Sungguh, Kanaya merasa sangat terkejut saat mendengar suara Alvin yang tiba-tiba muncul."Apa kau berniat membunuhku, hah!" sentak Kanaya marah sambil menatap Alvin yang tengah menyilangkan kakinya di sebuah sofa yang berada di hadapan Kanaya."Untuk apa aku membunuh mu? Aku masih memerlukan dirimu di sampingku," ucap ALvin sambil mengendikan bahunya.&n
Alvin menyandarkan punggungnya dengan nyaman di tembok kamarnya. Tangannya saat ini sedang menggenggam sebuah jepit rambut berwarna perak yang berbentuk seperti bunga. Sebuah senyum kecil tak pernah lepas dari wajahnya.Tadi, Alvin berniat untuk menemui Kanaya dan mengatakan kepada istrinya itu bahwa koki di rumah mereka telah menyiapkan makanan untuk Kanaya di meja makan. Namun, niat Alvin itu langsung menghilang saat Alvin tanpa sengaja menatap Kanaya tengah makan di dapur.Kanaya saat itu terlihat sangat bebas dan tidak terkekang. Duduk di atas meja saat sedang menikmati makanan bukanlah attitude yang pantas untuk istri dari seorang pebisnis muda nan sukses yang sering wara-wiri memenuhi cover majalah Forbes.Namun, entah kenapa, Alvin tidak merasa kesal saat melihat tingkah Kanaya itu. Karena, sosok itulah yang merupakan sosok Kanaya yang asli. Sosok yang polos, mudah tersenyum, apa adanya dan sedikit t
"Aku ingin ikut ke Bali!" ucap Kanaya bersikeras sambil mendorong koper yang sedari tadi diseretnya ke depan Kanaya.Alvin menghela napasnya dengan kasar saat melihat tindakan kekanak-kanakan yang baru saja dilakukan oleh Kanaya.Saat ini, ALvin memang berniat untuk pergi ke Bali, Indonesia. Kepergiannya kali ini masih berhubungan dengan kerja sama perusahaan GueZ dan perusahaan Carmen.Setelah Alvin memutuskan untuk menerima tawaran permohonan kerja sama dengan perusahaan Carmen beberapa minggu lalu, pihak perusahaan GueZ dan perusahaan Carmen telah berdiskusi lebih dalam tentang proyek ini. Pada proyek kali ini, perusahaan GueZ telah mengambil part 40% terhadap pembangunan sebuah hotel bergaya klasik namun dengan tingkat kenyamanan yang sangat super di salah satu kota wisata di Indonesia, Bali."Bukannya sejak kemarin aku sudah mengajakmu, namun kau selalu saja menolak. Sekarang, kau
29. I KnowKanaya menatap lukisan yang sudah selesai dibuatnya dengan tatapan datar. Lukisan itu menggambarkan seorang wanita dengan sayap malaikat yang tengah menggandeng seorang anak perempuan kecil. Lukisan itu terlihat sangat kelam.Kanaya menghembuskan napasnya dengan kasar. Melukis adalah salah satu dari sekian hal yang dilakukannya untuk mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang tidak ingin diingatnya.Kanaya memukul-mukul pelan punggungnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk. Kedua matanya langsung mengarah menuju sebuah jam yang tergantung di dinding ruang melukisnya itu. 11.39 PM. Berarti sudah 15 jam lebih Kanaya menghabiskan waktunya berada di ruangan ini untuk melukis.Kanaya bangkit dari duduknya dan menatap lukisan-lukisan yang berhasil dibuatnya pada hari ini. Hari ini, Kanaya berhasil melukis 6 buah lukisan. Kanaya menatap semua lukisan itu dengan tatapan datarnya. Semua lukisa
Kanaya menatap pemandangan kota Bali dari balik jendela jet pribadi milik Alvin dengan tatapan kagum. Sebenarnya, Bali adalah salah satu dari sekian kota di dunia yang sangat ingin dikunjungi oleh Kanaya. Keeksotisan pantai, kebudayaan yang unik serta masyarakat yang ramah membuat Bali menjadi kota wisata yang sangat terkenal. Dan ya, baru-baru ini, salah satu hotel yang berada di Bali berhasil menempatkan diri sebagai hotel terbaik nomor 1 di dunia.Melihat Alvin yang telah bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari jet pribadi miliknya membuat Kanaya tersentak dari kekagumannya. kanaya juga bangkit dan mengikuti langkah Alvin."Eumh... udara Bali..." gumam Kanaya saat dirinya telah menapaki kakinya di sebuah area lepas landas jet pribadi. Jika Kanaya tidak salah, area lepas landas ini masihlah milik Alvin, meskipun di bawah naungan perusahaan GueZ.Kanaya menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan matan
Byur!!Alvin menjatuhkan dirinya ke dalam air kolam privatnya yang terlihat sangat tenang. Hari ini adalah hari pertamanya sampai di Bali, namun, hari ini juga adalah hari tersibuk nya. Sangking sibuknya, Alvin bahkan tidak sempat untuk sekedar mandi, padahal bau badan Alvin sudah menguar kemana-mana, untung saja Alvin tak lupa membawa parfum, sehingga dirinya dapat menyamarkan bau badannya itu.Air kolam privat yang terasa menusuk tulang itu tak membuat Alvin berhenti untuk berenang di kolam itu. Satu kali, dua kali, tiga kali, tujuh kali, tak terkira sudah berapa kali Alvin berenang bolak-balik di kolam itu.Alvin mengusap wajahnya dengan kasar saat dirinya merasa bahwa dirinya harus menghentikan aktivitas berenangnya itu.22.15."Sudah semalam ini, pantas saja airnya terasa sangat dingin," gumam Alvin saat matanya tanpa sengaja menatap sebuah jam di
Kanaya menghembuskan napasnya dengan kasar. Tangannya menarik selimut hotel yang telah menutupi wajahnya selama 3 jam terakhir.Hari ini adalah hari kelima Kanaya berada di Bali, kalau tidak ada masalah, Kanaya dan Alvin akan kembali ke Madrid sekitar tiga hingga empat hari lagi.Kini, Kanaya menyesali ucapannya sebelumnya. Kanaya sangat menyesal saat mengatakan bahwa dirinya akan tahan berada di dalam kamar hotel ini selama Alvin melakukan perjalanan bisnis. Ingin rasanya Kanaya keluar dari kamar hotel ini dan berkeliling ke pantai-pantai terkenal yang ada di pulau Bali ini. Namun, Kanaya tidak memiliki seorang teman untuk diajak bersantai dan berkeliling.Alvin?Tentu saja suaminya itu sibuk mengurus urusan bisnisnya. Pria itu bahkan belum pernah mengunjunginya semenjak mereka telah sampai di Bali. Ya, pria itu sesibuk itu.Alan?Ah... sempat
Alvin menyandarkan punggungnya dengan lelah di bangku mobilnya. Sejenak, ia menutup matanya, ia berharap ia dapat tertidur sebentar kemudian bangun lagi dengan keadaan tubuh yang sudah fresh."Tuan, kita telah sampai."Suara supir Alvin membuat Alvin tersentak dari tidur ayamnya. Alvin mengusap matanya yang terlihat sangat lelah. Beberapa hari belakangan ini, Alvin memang terlalu memaksakan dirinya untuk ikut dalam peninjauan proyek ini."Silahkan tuan," ucap sekretaris Alvin yang telah membukakan pintu mobil hitam itu untuk Alvin.Alvin menganggukkan kepalanya pelan dan melangkahkan kakinya untuk keluar dari mobil itu. Matanya langsung menyipit saat melihat pemandangan yang ada dihadapannya. Pantai?"Kukira kita akan pergi ke restoran dan melakukan pertemuan disana," ucap Alvin sambil menatap sekretarisnya yang berdiri tepat di belakangnya.&nb
"Apa anda yakin ingin menjual rumah anda, nyonya? Rumah anda sangat indah, anda mungkin tak akan bisa mendapatkannya kembali jika anda menjualnya kepada saya," ucap seorang wanita yang berada di samping Kanaya tanpa bisa mengalihkan tatapan takjubnya dari rumah megah Kanaya yang hendak dibelinya. "Saya yakin sekali ingin menjual rumah saya. Saya dan keluarga kecil saya ingin pindah ke tempat yang lebih sepi," jawab Kanaya tak kalah ramahnya. "Ah... semoga anda bisa menemukan rumah impian anda," ucap wanita itu sembari tersenyum. Kanaya menganggukkan kepalanya dengan mantap. Setelah percakapan singkat itu, Kanaya langsung menyerahkan kunci rumah yang telah ditempatinya bersama Alvin selama beberapa tahun terakhir kepada wanita tersebut. Wanita itu juga menyerahkan selembar cek ke depan Kanaya. Kanaya lantas membiarkan wanita itu melangkahkan
"Mereka belum memanggilku, jadi aku menghabiskan waktuku untuk bersenang-senang disini. Lagipula, Madrid lebih baik daripada Sisilia," ucap Loco sembari menampilkan senyumannya.Apa yang dikatakan oleh Loco itu memang benar adanya. Dibandingkan tinggal di Sisilia, Loco lebih suka tinggal di Madrid. Di Madrid, Loco tak perlu repot-repot memikirkan tentang nyawanya yang mungkin saja bisa hilang kapan saja, namun saat dia berada di Sisilia, untuk tidur 2 jam saja, rasanya Loco tidak mampu.Rasa antisipasi milik pria itu sangat tinggi ketika berada di Sisilia. Mungkin hal itu karena Loco adalah seorang penjahat buronan yang selalu menjadi target para polisi Sisilia. Selain itu, Sisilia juga terkenal dengan angka tindak kriminalnya yang sangat tinggi. Meskipun Loco adalah seorang penjahat, namun ia juga mewaspadai teman se pekerjaan nya... well... karena dalam dunia kejahatan, tidak ada satupun orang yang bisa kau percayai. Semua orang adalah musuh mu.
"Tiket," ucap seorang bodyguard bertubuh tambun yang sedang berjaga di pintu masuk yacht. Bodyguard itu dan satu teman nya yang lain bertugas untuk mengawasi tamu-tamu yang masuk ke dalam pesta yacht ini. Mereka harus memastikan bahwa di antara tamu-tamu itu, tidak terselip satu orang anggota kepolisian yang sangat nasionalis, karena hal itu akan membawa petaka bagi pemilik bisnis yang mengadakan pesta yacht ini."2 VVIP," ucap Loco sembari menyodorkan dua tiket berwarna hitam dengan tulisan berwarna gold yang menambah kesan elegan tiket itu.Bodyguard bertubuh tambun itu langsung mengambil tiket itu dan mengecek keaslian masing-masing tiket itu dengan melakukan pengecekan terhadap kode QR yang terdapat di tiket itu.Setelah memastikan bahwa tiket itu adalah tiket asli, bodyguard itu langsung menyerahkan kedua tiket itu kepada teman bodyguard nya yang lain. Namun, nampak nya, pengecekan identi
Berhari-hari semenjak kejadian malam peringatan hari tunangan Alvin dan Kanaya yang kedua tahun itu, hubungan antara Alvin dan Kanaya semakin merenggang. Sudah berhari-hari juga, Alvin selalu pulang terlambat ke rumah mereka dan pergi ke perusahaannya pagi-pagi sekali.Awalnya, Kanaya mengira jika Alvin melakukan hal itu karena pria itu sedang memiliki proyek besar yang sangat membutuhkan dirinya. Namun, lagi-lagi semua itu hanya pikiran naif Kanaya. Dari Loco, Kanaya tau jika suaminya itu beberapa kali menghabiskan waktunya bersama dengan Claudia.Terkadang, mereka akan bertemu di perusahaan Alvin, di rumah Claudia atau di tempat-tempat umum seperti restoran dan café mahal yang pastinya sudah dibooking seluruhnya oleh Alvin. Sepertinya, pria itu tak ingin pertemuan mereka diketahui oleh publik. Cih!Jujur, hati Kanaya sangat sakit ketika mendengar hal itu dari Loco. Namun, Kanaya
"Permintaanku kali ini... aku harap... pria yang saat ini sedang bersamaku, dapat membalas perasaanku kepadanya," ucap Claudia penuh keyakinan sembari menatap wajah Alvin dari samping.Alvin yang mendengar ucapan Claudia itu langsung mengernyitkan dahinya. Pria itu menolehkan wajahnya ke samping agar dirinya bisa melihat seluruh wajah Claudia."Maaf... tapi sepertinya permintaanmu itu tidak akan pernah menjadi nyata," ucap Alvin.Glek.Claudia menegak ludahnya dengan kasar."Aku sudah menikah, Claudia. Aku adalah pria yang sudah beristri."Rasa panas menjalari punggung Claudia. Ia sangat malu, sangking malunya, wanita itu tak berani menatap mata Alvin.Astaga... bagaimana kata-kata memalukan itu bisa keluar dari mulut Claudia? Nampaknya, Claudia memang sudah benar-benar kehilangan akalnya."Tapi... aku t
Aku sudah berada di bawah. Kau cepatlah keluar. Aku tidak memiliki banyak waktu.Claudia tidak bisa menahan senyumannya ketika dirinya menerima email dari Alvin. Well... perlu kalian tau, sampai sekarang, baik Alvin dan Claudia tak pernah saling bertukar nomor ponsel. Claudia sangat ingin mendapatkan nomor ponsel pria itu, tapi ia sangat segan untuk memintanya selain itu, ia takut dikira wanita murahan oleh pria itu.Sejujurnya, Claudia tidak menyangka jika Alvin akan menerima permintaannya itu.FLASH BACK."Cepat katakan! Aku tidak memiliki banyak waktu," ucap Alvin sembari melempar tatapan tajamnya kepada Claudia.Claudia menggigit bibir bawahnya. Ia sudah memiliki satu permintaan. Permintaan yang mungkin akan mengubah hubungan mereka."Jika aku meminta waktumu, apa kau akan memberikannya kepadaku?" tanya Claudia dengan berani seolah-olah urat
"Sssshhh..."Claudia meringis kecil, ketika dirinya merasakan sensasi dingin dari batu es yang diusap-usap kecil di atas pipinya yang sudah membiru."Saya minta maaf atas nama istri saya. Sejak dulu, Kanaya memang tidak pernah bisa mengontrol emosinya," ucap Alvin sembari menekan-nekan batu es yang sudah dilapisi dengan sebuah kain ke pipi Claudia yang sudah membiru akibat tamparan maha dahsyat dari istrinya, Kanaya."Saya juga ingin minta maaf... Jika saya menjelaskan kedatangan Alvin kesini, pasti nyonya Dominguez tidak akan marah dan... dan... Alvin serta nyonya Dominguez pasti tidak akan bertengkar. Ini semua salah saya," ucap Claudia sembari menundukkan kepalanya.Alvin menghela nafasnya dengan kasar.Jika diingat-ingat, semua masalah ini disebabkan oleh Alvin sendiri. Andai saja tadi malam ia tidak bertemu dengan Claudia di Club, andai saja pagi
Brumm... Brumm... Brumm...Kanaya menambah kecepatan motor milik Loco yang saat ini sedang dikendarainya. Jika diingat-ingat, sudah lama rasanya Kanaya tidak menaiki motor apalagi mengendarainya. Semenjak menikah dengan Alvin, Kanaya selalu dimanjakan dengan berbagai macam mobil mewah, helikopter dan jet pribadi. Meskipun di dalam garasi rumah mereka terdapat motor, namun motor itu hanya satu dari sekian koleksi pribadi milik Alvin dan Alvin tak pernah membiarkan Kanaya untuk menaiki motor itu.Well... nampaknya Alvin lebih menyayangi motor itu dibandingkan istrinya sendiri.Tak perlu waktu lama, kini motor yang dikendarai oleh Kanaya itu sudah berhenti di depan sebuah kawasan perumahan yang tidak terlalu mewah namun lumayan besar.juga ingin masuk? Saya akan men-"Plak!Sebuah tamparan keras mendarat dengan mulus di pipi put
Kanaya menatap ponselnya yang saat ini sedang menghubungkan panggilan kepada Loco. Loco adalah satu-satunya orang yang bisa diandalkan Kanaya saat ini. Awalnya, Kanaya ingin menelpon Alan dan meminta bantuan dari pria itu agar mengeluarkannya dari rumah ini, namun setelah berpuluh-puluh kali percobaan, panggilan itu tak pernah diangkat oleh Alan. Sama seperti terakhir kali Kanaya menelponnya."Halo."Kanaya menghela nafasnya lega saat dirinya mendengar suara Loco."Kau ada dimana?" tanya Kanaya saat mendengar suara berisik dari ujung panggilan itu."Sedang melatih anak-anak," ucap Loco gamblang.Well... Kalian perlu tau, selain menjadi salah satu tangan kanan Kanaya, Loco juga merupakan seorang penjahat dunia bawah yang sangat ditakuti dan disegani. Oleh dunia bawah, dirinya dijadikan panutan dan sekarang, Loco sudah dipilih untuk menjadi pemimpin anak-anak dunia ba