Beranda / Fantasi / Lembah Kaisar Takdir / Bab 56: Jejak di Balik Kabut

Share

Bab 56: Jejak di Balik Kabut

Penulis: Lann
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 19:27:42

Liu Feng berdiri di atas tebing curam, memandang lembah yang tertutup kabut pekat. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah dan keheningan yang menggantung. Di bawahnya, suara gemuruh air terjun memecah kesunyian, namun di balik itu, ada sesuatu yang lebih mendalam, sebuah keheningan yang menyeramkan. Ia tahu bahwa tempat ini bukanlah tempat biasa—ini adalah tempat di mana banyak cerita gelap terpendam, tempat yang menyimpan jejak sejarah yang terlupakan.

"Aku merasakan sesuatu di sini," gumam Liu Feng, matanya menyipit, berusaha menembus kabut. "Energi ini... tidak biasa."

Shen Tao, yang berdiri di belakangnya, mengangguk dengan ekspresi serius. "Ini adalah tempat yang disebut orang-orang tua sebagai 'Kabut Pemisah Jiwa.' Banyak yang masuk ke sini, tapi sedikit yang kembali. Dan mereka yang kembali... tidak pernah menjadi diri mereka yang sama."

Kata-kata Shen Tao menggantung di udara, berat dan menekan. Liu Feng mengeratkan cengkeramannya pada gagang pedang di pinggangnya.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 57: Ancaman dari Langit

    Langit yang sebelumnya kelabu kini berubah menjadi pekat, hampir seperti malam yang turun tiba-tiba. Liu Feng berdiri diam di atas tanah berbatu, memandang bayangan raksasa yang mulai terbentuk di cakrawala. Bayangan itu bergerak perlahan, namun setiap langkahnya mengguncang bumi. Suara gemuruh yang menyertainya bukan hanya berasal dari tanah yang bergetar, tetapi juga dari suara seruan yang asing, seperti raungan makhluk purba yang penuh dengan amarah."Apa lagi ini?" pikir Liu Feng, tangannya secara refleks meraih gagang pedang di pinggangnya. Ia sudah menghadapi bayangannya sendiri, melewati ujian kabut yang melelahkan, tetapi ancaman ini terasa berbeda. Energi yang memancar dari makhluk itu begitu menekan, seperti udara yang berat di tengah badai.Saat sosok itu semakin dekat, Liu Feng mulai bisa melihat lebih jelas bentuknya. Makhluk itu menyerupai naga, tetapi dengan tubuh yang dilapisi paku tajam seperti duri-duri pohon tua. Matanya merah menyala, penuh dengan kebencian yang da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 58: Jejak Sang Pengkhianat

    Setelah pertarungan sengit di dataran merah, Liu Feng dan rombongannya terus melanjutkan perjalanan. Luka-luka mereka telah sembuh sebagian berkat ramuan penyembuh yang mereka peroleh dari kuil kuno, tetapi rasa lelah yang menggerogoti tubuh mereka tidak bisa diabaikan. Perjalanan ini mulai terasa seperti ujian tanpa akhir, dan setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke tujuan, tetapi juga semakin berat untuk dilalui.Di malam yang sunyi, saat mereka beristirahat di sebuah lembah kecil, Shen Tao mendekati Liu Feng dengan raut wajah yang serius. "Liu Feng, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku," katanya, suaranya nyaris berbisik agar tidak membangunkan yang lain."Apa itu, Guru?" tanya Liu Feng, mengangkat alisnya."Aku telah merasakan jejak energi gelap sejak kita meninggalkan kuil kuno. Sepertinya seseorang atau sesuatu sedang mengikuti kita," Shen Tao menjelaskan sambil menatap ke arah hutan yang gelap di sekitar mereka.Liu Feng mengepalkan tangan. Ia sudah menduga ada sesuatu ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 59: Jejak Takdir yang Tergelap

    Langit mulai memerah saat fajar menjelang, namun tidak ada rasa lega yang menyelimuti hati Liu Feng. Setelah peristiwa pengkhianatan Qi Lian, situasi semakin mencekam. Shen Tao masih terbaring lemah, sementara kelompok kecil mereka kini hanya tersisa segelintir orang. Beban tanggung jawab di bahu Liu Feng terasa semakin berat, tetapi ia tahu bahwa tidak ada waktu untuk menyerah.Liu Feng duduk di samping Shen Tao yang terbaring di atas hamparan dedaunan. Luka Shen Tao begitu parah sehingga bahkan ramuan penyembuh terbaik pun hanya mampu menahan kematian yang mengintai. "Guru, kau harus bertahan," bisik Liu Feng dengan suara lirih.Shen Tao membuka matanya perlahan, menatap muridnya dengan senyum lemah. "Liu Feng, tugas ini kini ada di tanganmu," katanya. "Aku tak akan mampu melanjutkan perjalanan. Tapi kau harus menemukan Qi Lian dan menghentikannya sebelum dia membuka segel kegelapan yang terlarang."Kata-kata Shen Tao seperti pisau yang menancap di hati Liu Feng. Ia tahu bahwa gurun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 60: Jalan Tanpa Kepastian

    Liu Feng menatap puncak kegelapan yang menjulang di kejauhan, jantungnya berdegup cepat di dalam dada. Angin dingin yang berhembus membawa bisikan yang samar, seolah-olah dunia ini sendiri memperingatkan mereka tentang bahaya yang menunggu. Xiao Ling berdiri di sisinya, wajahnya penuh ketegangan."Qi Lian tahu kita mendekat," kata Liu Feng, suaranya rendah tetapi penuh tekad. "Dia tidak akan membiarkan kita melangkah lebih jauh tanpa perlawanan."Xiao Ling mengangguk pelan. "Dia tahu kelemahan kita sekarang. Kita kehilangan banyak hal—orang-orang yang kita percaya, sumber daya, bahkan kepercayaan diri. Tapi kita tidak bisa mundur. Dunia ini membutuhkan kita."Langkah mereka menuju puncak dimulai dengan kehati-hatian. Medan berbatu dan jurang-jurang curam memaksa mereka untuk bergerak perlahan. Namun, bahaya terbesar tidak datang dari tanah di bawah kaki mereka, melainkan dari bayangan-bayangan yang bergerak cepat di sekeliling mereka."Liu Feng," bisik Xiao Ling tiba-tiba. "Kau meliha

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 61: Kegelapan yang Terlepas

    Di bawah langit yang berwarna merah darah, Liu Feng menatap tajam ke arah Qi Lian yang berdiri dengan tenang di depan portal besar yang memancarkan energi gelap. Di sekitar mereka, tanah retak, dan kabut hitam perlahan merayap, menyelimuti segalanya. Xiao Ling berdiri di samping Liu Feng, napasnya memburu, sementara tubuhnya mulai memancarkan cahaya pelindung untuk menghalau kabut tersebut."Qi Lian," seru Liu Feng, suaranya menggema di udara tegang. "Tutup portal itu sebelum semuanya terlambat!"Namun, Qi Lian hanya tersenyum dingin. "Kalian bodoh kalau berpikir aku akan mundur sekarang. Segel yang membatasi kekuatan kegelapan telah terbuka. Sebentar lagi, kekuatan sejati akan membanjiri dunia ini. Dan aku, pemimpinnya, akan menjadi penguasa segalanya."Liu Feng mengepalkan tangannya dengan keras, pedangnya berkilauan dengan energi biru yang memancar. "Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan dunia ini!"Sebelum Qi Lian bisa menjawab, Liu Feng melompat maju dengan serangan penuh kek

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 62: Jejak Keputusasaan

    Hembusan angin malam yang dingin merambat melalui celah-celah reruntuhan, membawa bau darah, debu, dan kehancuran. Liu Feng berdiri diam di tengah puing-puing pertempuran, memandangi tempat di mana portal kegelapan pernah berdiri. Di sekelilingnya, tanah yang sebelumnya subur kini berubah menjadi tandus, retak seperti kaca yang pecah. Kabut gelap yang tadinya mendominasi perlahan-lahan memudar, namun jejak energi yang tersisa tetap menghantui udara.Xiao Ling duduk bersimpuh di dekatnya, matanya memandangi luka-luka yang memenuhi tubuh Liu Feng. Tangannya yang kecil bergetar saat dia menyalurkan energi penyembuh ke dalam luka-luka tersebut. Namun, meski tubuh Liu Feng perlahan pulih, tatapan kosong di matanya menunjukkan luka yang lebih dalam, luka yang tidak bisa sembuh hanya dengan sihir penyembuhan."Ini bukan akhir," bisik Xiao Ling, suaranya lirih tapi tegas. "Qi Lian mungkin telah pergi, tapi aku yakin dia masih memiliki rencana lain."Liu Feng menarik napas dalam-dalam, mencoba

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 63: Api Kebenaran

    Langit malam di atas pegunungan berselimut bintang, seolah memandang rendah pada pertempuran sengit yang terjadi di bawahnya. Di tengah lembah, Liu Feng berdiri tegak, tubuhnya dipenuhi luka. Namun, matanya menyala dengan semangat yang tak tergoyahkan. Di depannya, seorang pria bertopeng dengan aura gelap yang memancar dari tubuhnya menatap dingin, mengangkat pedang hitam yang seolah menyerap cahaya di sekitarnya. "Dunia ini penuh dengan kebohongan," suara pria bertopeng itu berat, bergema di antara tebing-tebing, "Hanya dengan menghancurkannya, kita bisa membangun dunia baru." Liu Feng mengepalkan tangannya, mengabaikan rasa sakit yang menyengat. "Kebohongan hanya bisa dilawan dengan kebenaran. Aku tidak akan membiarkanmu menghancurkan segalanya!" Tiba-tiba, angin malam berubah menjadi badai. Energi di sekitar mereka bergolak, menciptakan pusaran yang menyerap daun-daun kering dan debu. Pria bertopeng itu menyerang lebih dulu, pedangnya meluncur cepat seperti kilat. Liu Feng melomp

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 64: Keheningan yang Mengintai

    Malam itu, bulan memancarkan sinarnya yang redup di antara awan-awan kelabu yang bergerak lambat. Di atas lembah yang luas, angin berdesir membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang tergerus waktu. Liu Feng berdiri di atas sebuah bukit kecil, memandangi perkemahan di bawah sana. Tenda-tenda berwarna kusam tertata rapi, sementara nyala api unggun memancarkan bayangan para prajurit yang sedang bersiap menghadapi pertempuran berikutnya. Namun, suasana malam itu terlalu hening. Tidak ada suara tawa atau percakapan biasa yang sering terdengar dari para prajurit. Hanya ada bisikan lembut angin yang membawa kecemasan, seolah-olah dunia tengah menahan napas menunggu sesuatu yang besar terjadi. Liu Feng menghela napas panjang, matanya menyipit memandangi cahaya api unggun. Pikirannya dipenuhi oleh peringatan sosok berjubah hitam yang mereka temui beberapa malam sebelumnya. "Pemimpin sejati kegelapan akan bangkit." Kata-kata itu masih terngiang di telinganya, menimbulkan rasa cemas yang su

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31

Bab terbaru

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 128: Pusaran Ajaib Semesta

    Di bawah langit yang tak berujung, di mana awan gelap dan sinar rembulan saling bertarung untuk menguasai cakrawala, terdapat sebuah lembah yang terlupakan oleh waktu. Lembah itu dipenuhi oleh sisa-sisa pertempuran kuno dan keheningan yang menyimpan rahasia masa lampau. Setiap sudutnya bercerita tentang perjuangan para penyihir, kesatria, dan makhluk ajaib yang pernah bertarung demi melindungi keseimbangan alam. Angin dingin berhembus, membawa aroma tanah basah, dedaunan yang layu, dan secercah harapan yang masih tersisa di antara reruntuhan zaman.Di tengah lembah itu, berdirilah sebuah danau kecil yang airnya berkilauan dengan cahaya aneh, seolah-olah memantulkan energi dari semesta yang jauh. Air danau itu tampak hidup, bergerak perlahan, menyatu dengan irama alam yang misterius. Di sekelilingnya, tumbuh pepohonan purba yang akarnya menembus batu, seakan menyimpan rahasia dari dalam bumi. Suasana itu begitu hening sehingga hanya ada suara gemericik air dan desir angin yang menemani

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 127: Cahaya Abadi dari Alam Lain

    Langit di atas Kerajaan Lembah Elysia tampak seperti kanvas raksasa yang dihiasi warna-warna senja, namun di balik keindahan itu terselubung bayang-bayang misterius yang selalu mengancam. Angin malam yang sejuk mengalir lembut menyusuri lembah, membawa aroma bunga-bunga liar dan embun pagi yang masih menempel pada dedaunan. Di antara keheningan alam, terdengar suara gemericik sungai kecil yang mengalir di antara bebatuan, seolah-olah memberikan irama bagi kisah yang akan segera terungkap.Di sebuah dataran tinggi yang menghadap lembah, berdirilah sekelompok kesatria yang tampak kelelahan, namun matanya menyala dengan tekad yang membara. Di antara mereka, seorang pemuda bernama Armand, dengan rambut hitam legam dan mata biru yang tajam, memimpin barisan itu. Wajahnya, meski dipenuhi bekas luka pertempuran, memancarkan keberanian yang tak tergoyahkan. Ia mengenakan baju zirah berlapis perunggu yang berkilau samar di bawah sinar rembulan, dan di tangannya terhunus pedang pusaka yang tela

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 126: Kebangkitan Pemberani

    Di balik awan gelap yang menyelimuti langit, fajar perlahan mulai memecah kegelapan malam. Namun, sinar yang menyusup itu bukanlah cahayanya matahari yang hangat, melainkan kilauan magis yang datang dari dalam jiwa para pejuang yang telah lama terlupakan. Di tengah medan pertempuran yang hancur lebur, di antara reruntuhan dan debu yang menutupi tanah, para penyintas berkumpul dengan harapan yang tertinggal dari masa lalu. Suasana itu terasa seperti perisai terakhir yang memisahkan dunia dari kehancuran mutlak.Awan-awan berarak di langit dengan gerakan lambat namun pasti, seolah-olah menyaksikan sebuah pertunjukan yang telah ditentukan oleh takdir. Di antara debu dan sisa-sisa kehancuran, Armand berdiri tegak, meskipun tubuhnya dipenuhi luka dan kelelahan. Mata Armand yang dulunya menyala dengan semangat kini menunjukkan jejak penderitaan, namun tekadnya tetap menggelora. Di balik setiap luka, ada cerita tentang pertempuran, pengorbanan, dan janji untuk tidak pernah menyerah.Di sisi

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 125: Keabadian Sang Penjaga

    Di antara reruntuhan sebuah dunia yang telah lama terpuruk dalam kegelapan, muncul secercah cahaya yang tak terduga. Langit yang dahulu suram kini mulai menunjukkan secercah fajar, meskipun bayang-bayang masa lalu masih menghantui setiap sudut. Di tengah medan pertempuran yang hancur, di mana batu-batu retak berserakan dan tanah basah oleh darah para pejuang, berdiri seorang pria dengan tatapan penuh tekad. Namanya adalah Rasyid, sang Penjaga, yang tak pernah mengingkari janjinya untuk melindungi sisa-sisa harapan dunia ini.Rasyid mengenakan baju zirah yang berkilauan meskipun sudah banyak goresan dan retak, tanda pertempuran yang tak terhitung jumlahnya. Di tangannya, tersandang pedang legendaris yang telah mengantar ribuan jiwa menuju keabadian atau kehancuran. Pedang itu, yang dikenal sebagai "Sinar Purnama", memancarkan cahaya lembut di tengah kegelapan, seolah menandakan bahwa meskipun dunia telah terbenam dalam kehancuran, masih ada secercah harapan yang takkan pernah padam.Da

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 124: Titik Balik di Dunia yang Terbelah

    Di suatu pagi yang kelabu, ketika embun masih menempel di dedaunan dan udara terasa dingin menyelinap ke dalam setiap celah, dunia seolah-olah sedang mengalami pergeseran. Di balik langit yang kelabu dan megah, terdapat sebuah kekosongan yang menggantung, seolah-olah alam semesta sedang menahan nafas. Di sinilah titik balik yang selama ini dinanti telah tiba, di mana segala sesuatu yang telah terjadi mulai menemukan maknanya dan jalan menuju keabadian mulai terbuka.Di tengah kekacauan itu, Armand berdiri di atas reruntuhan sebuah kota kuno yang pernah menjadi pusat peradaban. Tubuhnya yang penuh luka menandakan betapa pertempuran yang telah ia lalui sangatlah berat. Meski begitu, matanya yang tajam tetap menyala, menyiratkan tekad yang tak tergoyahkan untuk melanjutkan perjuangan. Di sekelilingnya, puing-puing bata, potongan-potongan kayu, dan debu-debu halus berterbangan, menorehkan gambaran dari kehancuran yang melanda dunia. Namun, di balik setiap reruntuhan itu tersimpan harapan—

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 123: Pencerahan Abadi

    Di ufuk timur, matahari perlahan muncul dari balik awan mendung, menyinari dunia yang telah lama didera kegelapan. Setiap sinar cahayanya seolah membawa harapan baru bagi tanah yang hancur dan jiwa-jiwa yang terluka. Angin pagi menyapa dengan lembut, membawa aroma bunga liar yang mulai mekar kembali di tengah reruntuhan zaman yang penuh penderitaan.Di sebuah lembah yang dulunya pernah dipenuhi kebahagiaan, kini tersisa hanya puing dan kenangan pahit. Armand, Aveline, dan beberapa penyintas lain berjalan perlahan melewati medan pertempuran yang sunyi. Langkah mereka berat, namun semangat mereka tetap menyala, seperti bara api yang tidak pernah padam. Setiap jejak kaki mereka menorehkan kisah perjuangan, sebuah bukti bahwa walaupun dunia ini telah dihantui oleh kegelapan, masih ada cahaya yang tak terpadamkan.Armand menatap jauh ke depan, ke arah cakrawala yang perlahan berubah warna. Ia teringat akan janji yang telah diikrarkannya kepada mereka yang ia cintai, janji untuk membebaskan

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 122: Fajar di Ujung Kegelapan

    Di balik reruntuhan pertempuran yang masih menggema di lembah, fajar perlahan menyingsing, membawa secercah harapan di tengah kehancuran. Udara masih dipenuhi abu dan debu, namun sinar matahari yang mulai menembus awan gelap menyiratkan janji tentang hari baru. Suasana pagi itu begitu kontras dengan malam yang penuh deru petir dan tawa makhluk kegelapan, seolah alam pun bersumpah untuk memulihkan keseimbangan.Di tepi lembah yang hancur, Armand terbaring di atas batu besar yang retak, tubuhnya terluka parah namun jiwa masih berkobar. Dia terbangun perlahan, merasakan setiap denyut nadi sebagai bukti bahwa hidupnya masih menyala meskipun pertempuran telah meninggalkan bekas yang dalam. Setiap luka yang ia rasakan mengingatkannya pada pengorbanan dan perjuangan yang telah dilalui, membuatnya tersadar bahwa hari ini adalah kesempatan kedua untuk membangun kembali dunia.Aveline berdiri di samping Armand, wajahnya penuh dengan campuran kelelahan dan tekad. Ia menyaksikan cakrawala yang pe

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 121: Sang Fajar yang Bangkit

    Di ufuk timur, ketika rembulan mulai menghilang dan langit perlahan berubah dari kelam menjadi keabu-abuan, terdengar bisikan angin yang seolah membawa harapan yang lama hilang. Di balik reruntuhan sebuah kota kuno yang hancur, sekelompok penyintas berkumpul dalam keheningan. Suara langkah kaki dan deru napas mereka teredam oleh getar bumi yang masih tersisa dari pertempuran dahsyat yang baru saja berlalu. Di antara mereka, seorang pemuda dengan mata penuh tekad berdiri teguh, memandang jauh ke ufuk timur, di mana cahaya fajar mulai mengintip di balik awan.Pemuda itu bernama Raka, dan ia telah melewati banyak penderitaan. Tubuhnya dipenuhi bekas luka, namun setiap luka bercerita tentang perjuangan dan pengorbanan. Raka memegang erat pedangnya, senjata yang sudah hampir usang namun masih memancarkan kilauan yang mengingatkannya pada janjinya kepada orang-orang yang ia cintai. Ia berdiri di antara reruntuhan, memikirkan bagaimana dunia yang dulu penuh keajaiban kini terjebak

  • Lembah Kaisar Takdir    Bab 120: Gerbang Kehidupan Abadi

    Di balik langit yang kelam dan awan gelap yang terus bergulung, terhampar sebuah lembah yang dulu pernah dikenal sebagai tanah subur dan penuh kehidupan. Kini, lembah itu berubah menjadi medan pertempuran antara kekuatan cahaya dan kegelapan. Reruntuhan bangunan kuno, sisa-sisa peradaban yang telah lama hilang, serta bebatuan besar yang tercabik-cabik oleh ledakan sihir, menjadi saksi bisu dari pertempuran yang telah melanda dunia. Di tengah kehancuran itu, para pejuang yang tersisa berkumpul, menatap ke arah ujung lembah yang tampak berbeda: di sana berdiri sebuah struktur megah, bersinar samar dalam keremangan—Gerbang Kehidupan Abadi.Para pemimpin dari pihak terang telah mendengar legenda tentang gerbang tersebut sejak lama. Konon, gerbang itu adalah satu-satunya kunci untuk mengembalikan keseimbangan antara cahaya dan kegelapan, untuk menyembuhkan luka-luka bumi yang telah diderita selama berabad-abad. Namun, legenda itu juga menyebutkan bahwa setiap upaya untuk membuka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status