Pantas saja Rianna tak menghadiahi David dengan saham perusahaan pada ulang tahunnya yang kedua puluh satu. Tenyata David anak tiri."Jahat! Mereka tega meracuni ibuku demi harta. Tak akan kubiarkan!"Grath mengepalkan tangan erat-erat, lantas beranjak diam-diam dari tempat persembunyiannya.Bugh!Sebuah serangan tiba-tiba menghantam tengkuk Grath saat ia berjalan merunduk. Grath tersungkur pingsan.Suara bergedebuk menarik perhatian Stephen dan David. Keduanya berlari ke arah sumber suara."Grath? Gawat! Apa dia mendengar semuanya?" Stephen diserang panik."Ayah tidak perlu khawatir," sahut David. "Paman Handoyo telah membantu kita mencegah lelaki bodoh itu untuk membocorkannya. Sekarang, ayo bantu aku memindahkannya."Kesadaran Grath tidak sepenuhnya hilang, samar-samar ia masih dapat menangkap percakapan para bajingan itu sampai sebuah tendangan susulan membuat seluruh dunianya benar-benar menjadi gelap."Tuan Besar Kyler atau David yang melakukan tendangan itu, Yah?" tanya Gallen,
"Mana bisa begitu?"Gallen tidak tahu apakah Grizelle sungguh lugu atau hanya berpura-pura polos. Tapi reaksi Grizelle yang seperti itu berhasil menantang egonya sebagai pria, seakan-akan Grizelle tengah meremehkan kemampuannya, dan menuntut sebuah pembuktian."Bisa. Mau kuselimuti sekarang?" goda Gallen, berkedip nakal.Bias pendar rembulan yang semula mempercantik wajah Grizelle, kini beralih ke dada bidang Gallen.Kulitnya yang berkeringat berkilat terang. Terlihat seksi tanpa menghalang.Grizelle tak bisa memungkiri hati bahwa ia mengagumi badan kekar Gallen yang baru diperhatikannya secara intens untuk pertama kali.Aroma maskulin yang menguar dari keringat Gallen menggelitik naluri kewanitaan Grizelle."Aku mengantuk!" Grizelle balik badan, membelakangi Gallen.Semua itu bohong! Kantuk Grizelle telah menghilang bersamaan dengan munculnya desir aneh yang membuat dadanya berdebar-debar, kala tatapannya mendarat pada dada telanjang Gallen.Ingin rasanya jemari lentiknya menari di s
Penting bagi seorang wanita untuk buang air kecil serta membersihkan area pribadinya setelah melakukan penyatuan jiwa dan raga dengan kekasih halal, agar kebersihan tetap terjaga dan terhindar dari berbagai penyakit.Selang tujuh menit, Grizelle keluar dari kamar mandi. Tubuh polosnya telah terbalut lingerie merah.Grizelle berbaring perlahan seraya menarik selimut hingga sepinggang."Ayo tidur!" Gallen membawa Grizelle ke dalam pelukannya."Keramas, Bro?" sapa Kenzie keesokan paginya, saat Gallen baru saja keluar dari kamar. "Sudah akur sama kakak ipar? Pantas cerah!"Kenzie melayangkan kerling menggoda, melihat rona bahagia yang memancar jelas pada wajah Gallen. Sang sahabat tak berhenti mengumbar senyum lewat pancaran matanya."Bagaimana rasanya?""Mau tahu? Nikah sana!" Gallen berlalu dengan langkah santai. Dadanya membusung gagah, melambangkan sikap pejantan tangguh yang berhasil memenang pertarungan."Hei, Bro! Enggak sarapan dulu?" pekik Kenzie saat melihat Gallen melangkah ke
[Jeremy melapor. Tuan Besar Kyler baru saja keluar rumah dengan. tergesa-gesa][Ia membawa map yang kelihatannya berisi dokumen penting]Sebuah foto Stephen yang menenteng map berwarna biru terlampir.Alis Gallen mengerut membaca pesan dari Kenzie. Ia mengamati gambar Stephen dan memperbesar bagian map.Sayangnya gambar itu diambil dari jarak jauh sehingga pecah ketika diperbesar.[Apa Jeremy mengikutinya?][Ya. Tuan Besar Kyler pergi ke bank XXX][Dia baru saja masuk]Alis Gallen bertambah kusut. Stephen ke bank? Apa dia sedang mengajukan pinjaman?[Oke. Thanks atas informasinya. Aku akan mengecek ke sana]Saat Gallen baru saja hendak menaruh ponsel di atas dashboard, nada deringnya bernyanyi. Gallen mengangkat panggilan, lalu bergegas menyalakan mesin dan tancap gas.Menghadap customer service bagian kredit, Stephen mengamuk, berkata dengan suara bernada tinggi."Aku pemilik rumah itu! Kenapa aku tidak bisa menjadikannya sebagai jaminan untuk mendapatkan pinjaman?"Wajah petugas ban
Mata Syadid bergerak liar membaca sertifikat rumah milik Rianna."Tidak salah lagi! Ini benar sertifikat yang dinyatakan hilang bertahun-tahun yang lalu. Nyonya Rianna telah melaporkan kasus hilangnya sertifikat ini kepada polisi.""Jangan mengada-ngada!" hardik Stephen. "Sertifikat ini telah lama berada di tanganku. Kau mau menjatuhkan aku?"Syadid mengeluarkan dokumen lain dari dalam tas kerjanya—bukti lapor kehilangan dari pihak kepolisian dan lembaran koran lama yang memuat pengumuman tentang hilangnya sertifikat rumah atas nama Nyonya Rianna."Lihat ini, Pak!" ujar Syadid pada petugas bank. "Bukti lapor ini asli dan pengumuman di koran ini juga asli. Jika sekarang sertifikat ini muncul setelah lama hilang, berarti orang itulah pencurinya.""Jadi kau menuduhku?" Stephen terlonjak tegak hingga kursi yang didudukinya terdorong ke belakang."Anda tidak bisa mengelak, Tuan Besar Kyler. Anda tertangkap tangan sedang membawa barang bukti." Tahu-tahu salah satu dari dua orang aparat poli
"Sayangnya aku ada janji dengan seseorang."Gallen menolak halus ajakan Guntur."Ah, sayang sekali. Bagaimana kalau makan siang?" Guntur tak menyerah, sebab ia tak tahu kapan lagi memiliki kesempatan untuk bertatap muka dengan Gallen.Kesempatan emas ini tidak boleh terlewatkan."Ayolah, Tuan Muda ... aku tahu Anda sangat sibuk. Mungkin tidak akan pernah ada lain kali kalau Anda menolak ajakan saya hari ini. Anggap saja ini ramah tamah seorang kenalan lama!" Guntur terus merayu.Kecurigaan Gallen makin tinggi melihat kegigihan Guntur. Dan itu menggelitik rasa penasarannya untuk mengikuti permainan Guntur."Baiklah, tapi hanya bila Anda tidak keberatan aku membawa teman."Guntur sebenarnya tidak setuju dengan permintaan Gallen. Tapi setelah berpikir ulang, tak ada salahnya ia sedikit memberi kelonggaran. Selama Gallen mau makan siang bersama, membawa teman bukan masalah besar.Jika dipikir lagi, hal itu justru menguntungkan bagi dirinya. Secara tidak langsung ada saksi mata yang menget
Ara ingin menjauhkan Gallen dari Grizelle, tapi bagaimana caranya? Dia tidak bisa mengusir gadis itu dari sisi Gallen secara terang-terangan."Anda belum menjawab pertanyaan saya, Nyonya!""Pertanyaan yang mana, Nona?" Kimi balik bertanya pada Ara. "Saya sedang membalas pesan penting, jadi tak mendengar pembicaraan Anda."Ara memberengut. Secara tidak langsung Kimi baru saja menganggap kata-katanya tidak penting."Sudahlah, Ara. Kalau kamu terus mengajak bicara, kapan kita makan? Hidangan sudah tersedia. Ayo kita nikmati santap siang dulu!" sela Nyonya Priambudi.Sebagai seorang ibu, ia dapat merasakan kecemburuan putrinya terhadap Grizelle."Ah, betul. Mari semua ... kita mengisi perut dulu. Setelah itu kita bisa lanjutkan dengan obrolan santai." Guntur mendukung pendapat istrinya.Ara dan Grizelle serentak melayani Gallen.Ara hendak memasukkan seekor lobster ke piring Gallen, sementara Grizelle ingin menaruh potongan ikan salmon di atas nasi putih.Gallen terpana melihat dua menu y
"Tinggallah sebentar lagi, Tuan Muda! Putri kami, Ara, masih ingin berbincang dengan Anda."Guntur membujuk Gallen untuk menunda kepergiannya. Sorot tak rela kehilangan, yang memancar dari mata putrinya, membuat Guntur menepis perasaan tak enak dan rasa malunya pada Gallen."Maaf, Tuan Guntur. Istriku telah mengorbankan waktunya untuk mendampingiku menghadiri jamuan Anda. Sekarang giliranku untuk memenuhi janjiku untuk menemaninya. Permisi!""Apa? Istri?" Nyonya Priambudi terduduk lemas setelah kepergian Gallen dan Grizelle yang bergandengan tangan.Guntur linglung sesaat. Tak mampu berkata-kata. Pikirannya kosong.Kenyataan itu mematahkan angannya untuk memanfaatkan Gallen demi kepentingan perusahaan."Aaargh!" Ara merenggut taplak meja.Apa pun yang berada di atas meja itu berhamburan mengempas lantai. Pecah berderai, seiring dengan mengalirnya air mata Ara yang menganak sungai."Kamu sengaja mengajakku ke sana untuk memperkenalkan aku pada selingkuhanmu?" sindir Grizelle, di sela f
"Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar
Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa
"Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub
"Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu
"Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi
Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj
"Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz
"Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu
Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada