Gallen tersenyum sinis. "Terima kasih, Tuan Kyler! Anda akhirnya membongkar sendiri jati diri Anda. Aku sempat bertanya-tanya kenapa nenekku, Rianna, yang merupakan pemilik sesungguhnya dari perusahaan ini, memberikan saham kepada ayahku, tapi tidak kepada Anda. Ternyata itu karena kita bukan keluarga."Duduk tak berkutik menyimak perdebatan Gallen dan David, wajah Stephen pucat pasi. Akankah rahasia besarnya terbongkar hari ini?Tidak! Dia tidak akan membiarkan Gallen mempermalukan dirinya."Gallen, apa yang kau bicarakan? Kita ini satu keluarga. Kenapa kau mengingkari fakta yang sudah diketahui publik?""Sudahlah, Tuan Besar Kyler! Aku menghormati Anda yang sepuh dan tidak ingin berdebat dengan Anda."Aku akan langsung saja pada tujuan kedatanganku kemari. Aku menolak anak Anda, David Kyler, memimpin perusahaan ini. Aku—""Pengacau! Kau tidak punya hak untuk membuat keputusan! Ayahku yang telah menyerahkan perusahaan ini padaku. Apa kau tidak juga paham, hah?!"Gallen terkekeh. "Tua
Lelaki paruh baya yang menyanggah perkataan David mengulum senyum."Tuan Kyler, apakah Anda tidak dapat melihat dengan jelas bahwa kami semua mengangkat dua tangan?"Mengangkat dua tangan berarti menyerah. Kami menyerah pada kepemimpinan Anda, dan lebih memilih untuk tunduk pada keputusan Tuan Muda Gallen Kyler.""Ya! Kami semua setuju Nyonya Kimi Dhanurendra menggantikan anak Anda, bila Tuan Muda Gallen Kyler memang tidak menginginkan posisi itu.""Betul! Kami percaya pada penilaian Tuan Muda Kyler! Dan Kami yakin dengan kemampuan Nyonya Kimi Dhanurendra."Kalimat dukungan untuk Kimi terus bersahutan. Membuat David mati kutu.Muka David merah padam. Kali ini dia benar-benar dipermalukan setelah sempat dilambungkan ke awan.Braak!Stephen menggebrak meja. "Kalian keterlaluan! Kalian lebih percaya pada orang baru daripada anakku!""Tuan Besar Kyler, bagi kami anak Anda juga orang baru. Seperti apa kiprahnya di dunia bisnis selama ini, kami tak pernah tahu. Memercayakan perusahaan kepad
Grizelle merasa tidak enak hati."Jangan salah paham! Ibu bukannya tidak ingin meminta pendapatmu secara langsung. Ibu cuma takut kecewa kalau seandainya kamu menolak karena sibuk."Kamu tahu kan? Ditolak itu tidak enak, apalagi kalau hati sudah terlanjur menyemai harap. Jadi ya ... aku menawarkan bantuan.""Apa ada bedanya kalau misalnya aku keberatan menyetujui ajakan ibu? Intinya tetap ditolak, kan?""Di sanalah letak uniknya perasaan wanita. Walau tetap merasa kecewa atas sebuah penolakan, rasa sakitnya akan lebih dalam bila mendengar langsung. Dan bagi seorang ibu, penolakan yang ia dengar langsung dari anak kandungnya sungguh menjadi derita di atas derita. Rasa sakit dan kecewanya berlapis."Jadi bagaimana? Kamu mau kan makan malam sama ibu? Anggap saja kita merayakan jabatan barunya!"Grizelle memandang Gallen dengan tatapan polos yang sarat dengan pengharapan.Gallen jadi tidak tega untuk mengecewakannya. Sepertinya Grizelle juga menantikan momen itu."Oke. Atur saja! Tapi kal
Thomas membersihkan sisa-sisa remah buah yang terjatuh pada dada Grath."Pikirkanlah kata-kata saya, Tuan!""A–apa a–aku s–salah?""Memiliki rasa takut terhadap sesuatu merupakan hal yang wajar. Anda tidak salah. Tapi jika rasa takut itu memengaruhi kualitas hidup Anda, apalagi sampai merugikan, sebaiknya Anda harus mencoba untuk melawan rasa takut itu."Hidup hanya sekali, dan Anda telah kehilangan begitu banyak waktu yang seharusnya Anda habiskan bersama keluarga. Kini saatnya bagi Anda untuk menebusnya.""A–aku t–tidak i–ingin mem–b–buat ... nya m–malu."Prang!Mendengar suara benda pecah, Thomas menoleh ke belakang.Kenzie garuk-garuk kepala, menatap lantai yang dipenuhi pecahan kaca."Maaf, Prof, Tuan Kyler! Aku ... tidak hati-hati."Dia membawakan minuman hangat untuk Thomas dan jus buah untuk Grath.Saat ia membuka pintu, entah kenapa daun pintu itu tidak terdorong dengan sempurna.Pintu itu berbalik arah, hingga mendorong mundur nampan yang dibawanya dan mengempaskan isinya."
"Apa-apaan sih, Kenz? Kenapa harus mengendap-endap di rumah sendiri? Kayak pencuri saja!""Ssstt!" Jari telunjuk Kenzie melintang di bibir.Gallen mengekori langkah Kenzie yang terus berjalan seperti pencuri. Sangat berhati-hati agar tidak ketahuan.Semakin mendekati ruangan Grath, gerak Kenzie kian pelan.Tangan Kenzie memutar gagang pintu dalam mode gerak lambat.Gallen ingin mempertanyakan keanehan sikap Kenzie, tapi sahabatnya itu telah lebih dulu memberi kode agar dia diam."Sedikit lagi, Tuan Kyler. Anda harus menghabiskan sarapan Anda jika ingin tenaga Anda pulih lebih cepat.""S–sudah. A–aku k–kenyang."Gallen terkesiap, tapi mampu mengontrol dirinya untuk tidak menerobos masuk."Tuan Kyler, semakin sering Anda berbincang, kemampuan bicara Anda akan meningkat pesat. Mulai hari ini, cobalah untuk berhenti berpura-pura bisu."Mata Gallen membulat. Apa? Ayahnya cuma bersandiwara? Kenapa?Gallen sempat merasa senang mengetahui ayahnya sudah mulai bisa bicara, walaupun masih gagap.
"Hentikan, Gallen!" Thomas menarik pinggang Gallen dengan dua tangan. Menjauhkan sang cucu menantu dari ranjang Grath."Apa kau gila?! Tuan Kyler ayahmu!" Entah sejak kapan Kenzie menahan tangan Gallen dari sisi ranjang yang berlawanan."Lepaskan aku, Kek! Kenzie!" Gallen berteriak jengkel."Ingat, Gallen! Tidak baik menyakiti orang tua. Dosa!" bisik Thomas.Gallen menarik napas panjang sampai perutnya kempis."Betul kata Professor Dayyan! Jangan jadi anak durhaka, Bro! Susah payah kau menyelamatkan ayahmu, kenapa setelah kondisi kesehatan Tuan Kyler lebih baik, kau justru ingin menyakitinya?"Gallen melongo. "Siapa yang mau menyakiti ayah? Jangan asal tuduh!""Lah, barusan kau mengangkat tangan. Bukankah kau ingin menyerang ayahmu?""Aku tidak segila itu, Kenziiie!"Gallen menarik lepas belitan lengan rapuh Thomas dari pinggangnya setelah berhasil meruntuhkan pertahanan Kenzie.Tanpa ada yang mampu menghalangi, Gallen memagut tubuh ringkih Grath. "Ayah, aku senang akhirnya bisa mende
"Ibu sudah cek kamera CCTV?"Kimi menggeleng. "Kepala gudang melaporkan kamera itu rusak dari kemarin. Aku belum sempat menugaskan seseorang untuk menggantinya.""Lo, bukankah kamera di gudang itu baru diganti seminggu yang lalu?"Gallen ingat betul data laporan keuangan yang sempat diperlihatkan Kimi kepadanya. Ada biaya untuk penggantian kamera CCTV pada gudang yang kini terbakar."Bukankah itu aneh bila kameranya rusak dalam waktu singkat?" Kimi bertanya bego."Baiklah. Lupakan masalah kamera! Aku akan menyelidiki hal itu nanti," tukas Gallen. "Tapi, apa Ibu sudah mencoba mengorek informasi pada orang-orang yang bekerja di bagian gudang?""Belum. Aku terlalu syok mendengar berita kebakaran ini, dan langsung meluncur ke sini."Kimi kesal pada diri sendiri. "Aku memang ceroboh. Seharusnya aku memanggil Atha sebelum berangkat tadi.""Atha?""Aaah, aku lupa memberitahumu. Aku tidak tega memecat Atha dari Perusahaan Kyler. Bagaimanapun, dia masih saudaramu. Jadi, aku memindahkannya ke b
"Lo, Kenz ... kau tinggalkan di mana istriku?" selisik Gallen, kaget mendapati Kenzie pulang sendiri.Padahal, ia telah menghubungi Kenzie untuk menjemput Grizelle dari keramaian orang-orang yang sibuk menonton kebakaran gudang Perusahaan Kyler."Apa? Kakak ipar belum pulang?" Kenzie tak kalah kaget. "Tadi dia minta diturunkan di supermarket.""Kenapa tidak ditunggu?""Aku sudah menawari, tapi dia menolak. Dia malah mengancam, belum akan belanja kalau aku tidak pergi.""Cih! Kau mudah sekali ditipu oleh wanita. Pantas saja sampai sekarang kau belum mendapatkan hati Falisha. Payah!"Gallen mengeluarkan ponsel, menghubungi Grizelle. Terdengar suara tut-tut, tanda panggilan tak terhubung."Astagfirullah! Jangan-jangan dia bekerja sendiri!" Wajah Gallen beriak cemas."Bekerja? Kembali ke Perusahaan Kyler?""Ish! Mana mungkin dia kembali ke sana kalau aku membawa ibuku ke sini.""Nyonya Kimi sudah di sini?" Kenzie memelankan suaranya. "Sorry, aku kira kau membawa ibumu ke Rumah Sakit dulu
"Nyonya Bellona Hopkins?!" seru Gallen, kaget. "Tidak. Anda datang pada waktu yang tepat. Mari bergabung bersama keluargaku!""Iya, Nyonya. Ayo duduk sini!" Kimi menjemput Bellona."Terima kasih!" Bellona merasa terharu dengan sambutan Gallen dan keluarganya. "Sebenarnya, aku ke sini ingin minta maaf pada Gallen atas namaku dan juga Atha. Aku terlalu serakah dan mementingkan anakku.""Seorang ibu selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Itu bisa dimaklumi, Nyonya," sahut Gallen. "Kami juga minta maaf karena telah melaporkan Anda dengan beberapa tindak kejahatan yang tidak Anda lakukan."Wajah Gallen kecut, merasa bersalah."Itu bukan kesalahanmu sepenuhnya. Wanita berhati iblis itu yang sangat pandai menipu orang." Muka Bellona menggelap. "Kalau aku tahu Bibi Rose menggunakan wajahku untuk berbuat jahat, aku pasti telah lebih dulu menyeretnya ke penjara. Dia benar-benar licik!""Dia pasti mempelajari keterampilan make-up saat berada di Korea Selatan," timpal Kimi."Betul. Itu ar
Gallen melangkah gontai memasuki rumah. Ia melewati Grizelle yang duduk santai di ruang tengah begitu saja.Namun, ketika sudut matanya menangkap bayang Grizelle saat hendak menaiki tangga, ia berbalik.Tanpa malu-malu ia merebahkan diri dan meletakkan kepala di pangkuan Grizelle yang duduk berjuntai di atas sofa.Grizelle mengelus rambut Gallen yang jatuh ke kening."Kamu dari mana saja? Aku sangat khawatir. Teleponmu tidak aktif."Gallen merogoh saku, mengeluarkan ponsel. "Ck! Baterainya habis.""Sini! Kubantu mengisikan dayanya.""Nanti saja! Aku masih mau seperti ini." Gallen menaruh ponsel di atas meja, lalu melingkarkan lengan pada pinggang Grizelle.Saat hatinya sedang galau dan pikiran kacau, berbaring di pangkuan Grizelle bikin nyaman.Wangi vanila berpadu dengan aroma alami tubuh Grizelle menghadirkan perasaan tenang di hati Gallen.Setelah cukup lama menikmati kehangatan pangkuan Grizelle, Gallen bangkit. Mengecup kening Grizelle."Terima kasih. Bersamamu, aku selalu merasa
"Kenapa? Kaget? Hahaha ...."Wanita itu tak peduli dengan keberadaan polisi dan tangannya yang terbogol. Ia tertawa, seperti telah kehilangan kewarasannya.Gallen bukan hanya kaget, tapi syok. Tak menyangka orang yang selama ini dikenalnya begitu baik dan berada di pihaknya, ternyata merupakan dalang dari segala kemalangan yang menimpa keluarganya."Bibi Rose, katakan bahwa ini tidak benar!""Hahaha ... sayangnya, inilah kenyataannya."Gallen menggeleng-geleng. Masih sulit memercayai kebenaran yang terpampang di depan mata."Kenapa, Bi? Bukankah nenekku selalu memperlakukan Bibi dengan baik?"Gallen masih ingat, walaupun samar, neneknya tidak pernah memperlakukan Bibi Rose dengan kasar.Rianna bahkan memercayai Bibi Rose menjadi pelayan pribadinya. Neneknya bahkan tak pernah perhitungan dalam membelikan pakaian dan memenuhi kebutuhan Bibi Rose.Tapi lihat balasan yang diberikan wanita itu! Hanya pengkhianatan terhadap keluarganya."Baik? Cih! Nenekmu bahkan lebih licik dari seekor rub
"Bro, target memasuki perangkap. Kau ingin melihat langsung?""Aku sudah berada di lokasi. Di mana kau?"Gallen berdiri di belakang sebuah tiang besar, mengawasi seorang wanita yang baru saja turun dari mobil.Wanita itu memakai setelan tunik dan celana panjang yang terlihat modis. Sehelai masker dan kacamata hitam berbingkai lebar menutupi wajahnya yang lonjong.Sebuah topi bulat dengan hiasan sekuntum bunga teratai mekar meneduhi wajahnya yang tersembunyi dari terik matahari."Arah jam sembilan."Gallen mengerling ke titik yang disebutkan. Tampak bayangan Regan duduk di belakang roda kemudi, berlagak sedang membersihkan dashboard. Namun, matanya sering kali mengerling ke pintu gerbang."Aku pada titik jam satu."Pandangan keduanya segera bertemu begitu Gallen menutup panggilan telepon.Regan tersenyum seraya mengangguk ringan.Wanita itu telah memasuki lobi hotel. Regan mengikuti dari belakang layaknya juga seorang pengunjung.Gallen berjalan memutar. Memasuki hotel lewat pintu khusu
"Laura, memaafkan dan kembali bersama adalah dua hal yang berbeda! Jangan mengharapkan lebih dari apa yang dapat kuberikan dan pantas untuk kau dapatkan!"Binar di mata Laura sirna seketika. Tatapannya luruh ke tanah."Tapi aku masih sangat mencintaimu, Gallen! Tak bisakah kamu menceraikan istrimu dan kembali padaku?""Laura, rumah tangga bukan hanya tentang rasa cinta, tapi tentang komitmen dan saling percaya."Cinta adalah ungkapan rasa hati. Dan asal kau tahu, hati itu sangat rapuh. Mudah sekali terbolak-balik, seperti musim yang terus berganti."Sementara komitmen adalah keteguhan hati dalam memegang janji suci. Tak peduli sekuat apa semesta mengguncangnya, ia tak akan berubah. Tetap setia melewati berbagai cobaan dan rintangan."Namun, sekali komitmen itu hancur, maka yang tersisa hanyalah serpihan tak berwujud, dan tak akan pernah bisa kembali utuh seperti semula."Kau bukan hanya telah menghancurkan komitmen cintamu denganku, Laura, tapi juga telah membuangnya. Apa lagi yang bi
Hening!Orang itu tak menyahuti perkataan Gallen. Ia sama sekali tak membantah tuduhan Gallen."Siapa kau?"Gallen menekan beberapa titik di punggung orang itu dengan gerakan cepat. Mengunci tubuhnya agar tak bisa melarikan diri."Kamu apakan badanku, hah?! Lepaskan aku!"Gallen terkesiap. Ternyata sosok yang bersembunyi di balik coat panjang dengan kepala tertutup hoodie lebar itu adalah seorang perempuan."Kau tidak akan ke mana-mana sebelum aku mendapatkan apa yang kuinginkan darimu," bisik Gallen, dengan nada penuh penekanan.Beberapa pasang mata, dari orang-orang yang melintas hendak keluar masuk Rumah Sakit, mengerling curiga pada Gallen.Gallen pindah ke hadapan wanita itu. Tegak dengan sebelah tangan bersembunyi dalam saku celana.Posisi mereka seperti dua orang kenalan yang saling bercengkerama.Keinginan wanita itu untuk kabur dari Gallen melebihi kuatnya terjangan ombak yang mengempas batu karang. Sayang, sekujur tubuhnya tak bisa digerakkan."Tolong, lepaskan aku! Aku janj
"Ada apa ini? Kenapa semua terlihat canggung?" tanya Grizelle, merasa tak enak hati karena masuk tanpa mengetuk pintu."Ah, itu hanya perasaanmu saja!"Gallen menyongsong Grizelle, mengambil alih tas berukuran kecil, yang berisi pakaian Kimi."Instingku tak pernah salah," bisik Grizelle. "Aura ruangan ini agak aneh."Gallen tersenyum simpul. Ia akui Grizelle memiliki kepekaan yang luar biasa. Pantas saja ia tak pernah gagal dalam menyelidiki kasus kliennya."God! Ayah juga di sini?" seru Grizelle, bergegas menyalami Grath. "Huh! Sekarang aku tahu kenapa ruangan ini terasa aneh. Ternyata Adam dan Hawa bertemu kembali setelah terlempar dari surga ke belahan dunia yang berbeda.""Greeze, apa yang kamu katakan?" Pipi Kimi merona merah.Perumpamaan yang disematkan Grizelle pada dirinya dan Grath menurutnya terlalu berlebihan."Wah, Ayah juga sudah sembuh? Luar biasa! Memang ya ... lelaki akan melupakan segala rasa sakit dan kesedihannya begitu melihat senyum menawan sang istri," imbuh Griz
"Penjahat seperti David Kyler tidak akan mampu menyentuhku, Bu. Ibu tidak perlu mencemaskan aku. Pikirkan saja kesehatan Ibu! Ibu harus segera sembuh.""Kamu juga tidak perlu mengkhawatirkan aku secara berlebihan."Gallen meraih jemari Kimi. "Bu, aku takut. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Ibu, aku akan merasa bersalah seumur hidup. Aku akan dihantui perasaan menyesal.""Gallen, tidak ada yang perlu disesali dari sebuah takdir. Cepat atau lambat, kita semua akan meninggalkan dunia ini.""Aku tahu, Bu. Tapi aku akan menyesal karena aku belum sempat mempertemukan Ibu dengan ayah.""Kamu tidak perlu melakukan itu, Gallen." Kimi melengos. Matanya terasa panas."Kenapa? Apa Ibu tak lagi mencintai ayah?""Bukan. Bukan karena itu. Seumur hidupku, aku hanya mencintai satu orang pria. Dan Pria itu adalah ayahmu."Aku tidak pernah mencintai lelaki lain, dan tidak akan pernah bisa.""Tapi, kenapa Ibu tidak mau bertemu dengan ayah? Selama ini ayah juga menderita, Bu."Kimi berusaha untuk dudu
Bugh!Tendangan Gallen melempar David hingga menghantam dinding dan menyebabkan dinding itu jebol."Bawa dia!" titah Gallen pada dua orang anak buah Kenzie yang menonton aksinya."S–siap, Komandan!"Mereka gugup melihat kehebatan Gallen. Tak terbayang jika mereka yang berada di posisi David. Mengerikan.Cepat-cepat mereka mengangkat sosok David yang tergeletak di tanah.Suara dering ponsel memecah kesunyian di kamar isolasi Grath.Thomas meninggalkan komputer yang memuat laporan perkembangan kesehatan Grath. Berjalan sedikit menjauh setelah membaca nama Gallen pada layar monitor."Firasatku tidak enak menerima panggilan telepon darimu pagi-pagi begini," ujar Thomas dengan suara lirih."Apa istriku bersama Kakek? Aku tidak bisa menghubunginya.""Tidak. Ada apa?""Kek, kalau Grizelle datang menemui Kakek, tolong minta dia untuk ke rumah ibuku, mengambil baju. Ibuku dirawat di Rumah Sakit.""Ibumu dirawat?! Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?""Ceritanya panjang, Kek. Aku masih ada