Jika kesenangan yang diinginkan Kai, ia akan mendapatkannya. Gerald lalu berpikir lagi. Tidak ada artinya jika ia menyingkirkan Kai semudah itu. Akhirnya ia pun kembali ke kamarnya dan berbaring di tempat tidur untuk beristirahat.Beberapa saat kemudian di kamar Kai, ia berkeringat dingin saat membuka matanya diikuti dengan teriakan ketakutan. Ia bermimpi Gerald membawanya ke gunung yang sepi dan memenggal kepalanya. Setelah sadar bahwa dirinya masih berbaring di tempat tidur hotel, Kai segera mengambil segelas air yang berada di samping tempat tidurnya dan meneguknya dalam satu tegukan. Setelah sedikit tenang, ia menyeka keringat di dahi dan menggerutu. “Ya, Tuhan! Mimpi tadi membuatku takut setengah mati!”Ia menggelengkan kepalanya kemudian melihat jam. Menyadari bahwa hampir empat jam telah berlalu, Kai menduga bahwa Gerald pasti telah jatuh ke dalam perangkapnya sekarang. Karena Kai sudah merencanakan semua yang terjadi di ruangan itu untuk direkam oleh kamera pengawas, ia pun
Karena tidak punya pilihan lain, asisten Kai kemudian menyalakan komputer dan ternyata sistem pengawasan berfungsi normal, sayangnya tidak ada orang di dalam ruangan! "Ada apa dengan komputernya?" geram Kai sambil memukul bagian belakang kepala asistennya. Pria itu bukan hanya tidak mematuhi perintahnya, tetapi juga mencoba membodohinya. Jika ini bukan tempat yang mewah, Kai pasti sudah menghabisi asistennya itu. Sambil memegang bagian belakang kepalanya yang sakit, pria itu segera berlutut dan memelas menangis. “M-Maaf, Tuan Muda! Saya tidak tahu apa yang rusak! Semuanya berfungsi normal saat terakhir kali saya periksa!” Kai menahan amarahnya, saat ini dia harus fokus pada Gerald. Ia pun bertanya dengan geram, “Pergi ke mana kamu tadi?” Kai yakin bahwa Gerald tidak mungkin sadar hanya dalam waktu empat jam. Karena itu ia panik dan gemetaran sekarang setelah tahu bahwa Gerald tidak lagi ada di kamar. Separah apa pun Grrald mabuk, masih ada kemungkinan ia tahu rencana Kai. Jika i
Gerald hanya mengangkat bahu kemudian menjawab, "Seperti yang aku katakan, aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu." “K-kalau begitu katakan padaku yang ingin kamu lakukan? Jangan khawatir, aku pasti bisa mendapatkan apa pun yang kamu minta!” kata Kai yang mengira bahwa Gerald tidak tahu apa yang terjadi. Pertama, Gerald tidak marah. Dengan pemikiran itu, Kai mengira Gerald mungkin pergi karena ia tidak suka wanita yang Kai pilih untuknya. Jika itu masalahnya, maka Kai tidak terlalu mempermasalahkan. Lagi pula, meskipun ia gagal mendapatkan umpan untuk mengancam Gerald, setidaknya ia tidak dalam masalah!“Hmm. Ya, aku terpikir sebuah tempat. Ayo, ikut aku, aku akan mengantarmu ke sana!” jawab Gerald sambil melemparkan rokoknya yang belum habis ke lantai dan menginjaknya. Melihat Gerald berjalan keluar, Kai dan asistennya benar-benar bingung. Tak lama kemudian, asisten itu beringsut ke sisi Kai dan berbisik, "Haruskah kita mengikutinya, Tuan Muda?" "Apa kamu takut?" gerutu Ka
Ternyata suara itu milik salah satu anggota Yamashita. Karena tahu bahwa Gerald memiliki hubungan yang baik dengan tetua keluarga, Kai tidak bertanya yang dilakukan Gerald di sini. Gerald hanya mengangguk dan menjawab, “Benar. Aku datang mau minum teh dengan dua pria ini. Antar mereka masuk." Menyaksikan Gerald berjalan lebih dalam ke wilayah mereka, pria Yamashita itu berbalik menghadap Kai dan asistennya dan berkata dengan ramah berkata, "Silakan ikuti saya, Tuan-tuan!" Tidak berani membantah, Kai dan asistennya hanya diam mengikuti mereka. Kai tahu bahwa jika ia tidak mengikuti perintah Gerald, Gerald akan dengan mudah berbalik dan membunuhnya dalam satu serangan! Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, Gerald akhirnya tiba di halaman rumah orang tua itu. Mendengar suara langkah kaki mendekat, lelaki tua itu—yang sedang mengambil teko teh—berbalik dan terkejut melihat Gerald berjalan masuk dengan tangan di belakang. Sambil meletakkan ketel, dia kemudian bertanya, “Oh? apa yan
Kai masih tidak mengerti. Bahkan meskipun Gerald berbohong kalau ia tidak biasa minum, tetap saja minuman itu mengandung tujuh puluh persen alkohol dan Gerald sudah minum enam gelas! Orang dewasa biasa pasti akan mabuk setelah meminum sebanyak itu.Anehnya Gerald terlihat baik-baik saja padahal Kai yakin Gerald menenggak enam gelas itu sampai habis. Bagaimana Gerald bisa mencerna semua alkohol itu dengan cepat? "Oh? Begitu, ya?" jawab Gerald dengan senyum tipis. Meskipun Kai mengatakan semua itu, matanya yang ketakutan memberi tahu Gerald bahwa semua dugaannya tepat. Sementara itu, lelaki tua Yamashita hanya diam. Ia tahu bahwa ia hanya perlu menyediakan ruang ini bagi Gerald untuk melakukan apa pun yang diperlukan. Meskipun ia penasaran kenapa Gerald tidak mengobrol di rumah Futaba, lelaki tua itu tidak mau menanyakan hal itu saat ini. Kai yang dahinya basah oleh keringat menambahkan, “A-aku serius! Kau harus tahu bahwa aku tidak mungkin melakukan apa pun untuk menyakitimu!” "Aku
Kai tidak sanggup bernapas apalagi menjawab meskipun sudah berupaya sekuat tenaga. Gerald tidak mendengar jawaban apa pun dan hanya menyaksikan dalam diam saat kematian Kai terus mendekat. Selama kejadian itu, lelaki tua Yamashita tampak sama sekali tidak terpengaruh dengan yang terjadi di hadapannya. Ia tetap acuh tak acuh dan memilih untuk minum teh sambil membaca buku yang tergeletak di sana. Di sisi lain, asisten Kai sangat ketakutan sampai ia hanya bisa membeku di tempat. Tak lama kemudian Kai akhirnya mati dengan tangan memegangi lehernya sendiri dan ekspresi kesakitan terukir di wajahnya. Sampai saat ia meninggal, Kai tidak tahu yang telah membunuhnya dan hal itu sudah tidak penting lagi.Setelah Kai mati, lelaki tua Yamashita melemparkan bukunya ke samping dan menatap Gerald dengan senyum lalu berkata, "Sesuai dugaan, kamu benar-benar kuat!" "Itu tidak seberapa dibandingkan dengan kemampuan Anda," jawab Gerald dengan nada sedikit malu sambil menggaruk bagian belakang kepal
Ini adalah tempat terbaik yang terpikir oleh Gerald untuk membuang Kai dengan aman. Kalau tidak, ia tidak akan membawa Kai ke depan pintu rumah orang tua itu.“Ah, sudah. Ini cuma urusan sepele. Jika orang-orang datang mencari mereka, aku akan bilang bahwa mereka sudah pergi bersamamu. Dengan kata lain, aku tidak tahu di mana kedua anggota Kanagawa itu,” jawab lelaki tua itu sambil mengedipkan mata. “Aku menghargainya. Oh, iya, tujuanku ke sini selain untuk membuang Kai, juga ada hal yang ingin kudiskusikan,” kata Gerald dengan nada yang jauh lebih serius. "Katakan," jawab lelaki tua itu dengan anggukan. “Mmm, aku sudah menemukan cara untuk sampai ke Pulau Yearning,” kata Gerald setelah menarik napas dalam-dalam. Sejujurnya, untuk membicarakannya saja sudah membuat Gerald sulit untuk bernapas.“Hmm? Lalu untuk apa kamu masih duduk di sini? Cepat selamatkan orang tua dan kakak perempuanmu! Kita tidak bisa terus membiarkan Daryl menyandera mereka untuk mengancammu!” kata pria tua itu
Setelah mendengar itu, Gerald terdiam sejenak. Meskipun Amare telah mengatakan padanya bahwa orang tua dan kakak perempuannya diperlakukan dengan baik, ia masih khawatir bahwa situasinya bisa berubah setiap saat. Tapi ia juga tidak bisa pergi begitu saja untuk menyelamatkan mereka dan meninggalkan Keluarga Futaba karena jika Kanagawa dan Hanyus tahu ia pergi, mereka pasti akan mengganggu Keluarga Futaba lagi dan Gerald cukup yakin bahwa Konsorsium Fareast tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan mereka.Setelah lelaki tua itu menawarkan diri untuk membantu, Gerald merasa lebih lega. Bagaimana tidak, keluarga paling misterius di Jepang membantunya! Tahu betapa kuatnya Yamashita, Gerald percaya bahwa tidak ada yang bisa menyentuh Keluarga Futaba jika mereka benar-benar membantunya. Melihat Gerald hanya diam, lelaki tua itu pun bertanya, “Jadi apa keputusanmu?” Gerald menatap lelaki tua itu sebentar kemudian menjawab, “Apakah Anda benar-benar mau membantuku?” "Tentu saja! Bagaiman