Tentu saja ciri khas paling menonjol dari wanita itu adalah kecintaannya pada orang kaya dan hobinya merendahkan yang miskin. Dia sama persis dengan Cassandra, dosen Gerald saat ini. Mereka berdua sama-sama suka menjadikan murid yang kaya sebagai teman dekat, sementara untuk yang tidak berada, akan diabaikan.Tidak jarang juga Nona Lewis melontarkan kata-kata kasar yang menusuk hati. Itulah hal lain yang menjadi kesan kuat bagi Gerald. “Ya, Tuhan, kebetulan sekali. Ini pertama kalinya aku naik bus dan aku tidak menyangka akan bertemu kamu!” ujar Montana sambil tersenyum kecut. Dia sengaja mengucapkan itu agar orang tidak mengira bahwa dia sering naik bus. “Montana, dia siapa? Muridmu?” tanya seorang pria tampan yang duduk di sebelah Montana. “Ya. dia adalah murid yang pernah kuceritakan padamu. Aku dulu punya murid yang sangat miskin. Dia selalu membawa dua roti kukus dan sekantung acar ke sekolah dan dia hanya akan makan satu kali sehari. Kamu masih ingat, kan?”“Oh, iya! Aku
“Tuan Herring Jenkins adalah kepala daerah di sini. Siapa yang membuat dia menunggu di terminal seperti itu?" tanya Montana heran. Apa dia adalah seorang pria kaya dari kota? Tetapi mana ada orang kaya yang datang ke sini menggunakan bus?"Kamu tunggu di sini sebentar, aku akan menyapanya," kata pacar Montana sambil merapikan pakaian dan rambutnya."Tapi Jonathan, apa akan berhasil? Apakah Tuan Jenkins akan mempedulikanmu?" tanya Montana sedikit ragu."Sepertinya begitu. Lagipula kan dia kenal Papaku juga. Aku pernah makan malam bersamanya dua kali," jawab Jonathan meyakinkan Montana dan bersiap melangkahkan kaki.Sementara itu, Montana tidak berani mengikuti pacarnya. Di seberang sana banyak orang-orang penting, bahkan jajaran pimpinan kementerian pendidikan juga hadir. Sebagai staf biasa, tentu saja Montana tidak punya cukup keberanian untuk menghampiri mereka.Tidak lama kemudian, Jonathan kembali. Tadi dia pergi dengan raut wajah penuh keyakinan dan rasa bangga, mengira bahwa dia
“Ehem... Tuan Winters masuk rumah sakit tadi siang. Ini aku baru saja sampai di rumah untuk mengambil beberapa baju.""Apa? Di rumah sakit? Rumah sakit mana?"Mendengar nada sedih Nyonya Winters, Gerald merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya. Dia segera bertanya di rumah sakit tempat Tuan Winters dirawat.Nyonya Winters memberi alamat rumah sakit yang dimaksud.Berikutnya, Nyonya Winters dan Gerald tiba di rumah sakit secara hampir bersamaan. Nyonya Winters ke sana menumpang sebuah truk roti. Gerald membantunya turun dari truk dan bergegas menuju ruang IGD.Tuan Winter menderita sakit kardiovaskular, dia tiba-tiba pingsan saat makan siang. Kejadian itu membuat Nyonya Winters panik, dia pun bergegas menelepon ambulans. Saat ini, para dokter sedang berupaya menyelamatkan suaminya.Di depan ruang IGD terlihat beberapa orang anak muda berdebat."Kenapa cuma kami yang harus membayar biayanya? Kak, dia ayah kita, ayahmu juga. Jadi kamu juga harus ambil peran!" kata seorang wanita dengan ria
Perawat itu lalu mengantar Gerald menuruni tangga menuju loket pembayaran, meski dalam hati dia agak ragu. Hal itu karena dia melihat penampilan Gerald yang tidak meyakinkan. Tidak terlihat bahwa Gerald punya uang sebanyak itu.Namun segera kemudian, Gerald membuktikan bahwa prasangka perawat itu salah. Ia membayar biaya operasi sebesar 20.000 dolar dan juga biaya inap. Totalnya sekitar 30.000 dolar! Gerald membayar semuanya dalam sekejap mata.Perawat itu tertegun. Sementara Gerald tidak mempedulikannya dan segera berbalik berjalan menuju koridor rumah sakit.Rupanya anak dan cucu Tuan Winters masih saja bertengkar.“Semuanya, berhenti bertengkar! Aku sudah membayar biayanya,” kata Gerald mengumumkan.Pertengkaran seketika berhenti.“Hah?” Sesama saudara itu terkejut mendengar kata-kata Gerald. “Kamu membayar semuanya? Gerald, biayanya sebesar 20.000 dolar! Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu?” tanya anak tertua heran.“Tidak hanya 20.000 dolar, tapi dia telah membayar 30.000 dola
“Kamu Morgana Lopez, kan?” tanya Gerald sedikit terkejut.Tentu saja Gerald mengenal gadis itu. Morgana adalah teman sekelasnya saat SMA dan perwakilan dari kelas Bahasa Inggris.Di SMA dulu, Morgana adalah gadis cantik yang berpenampilan normal seusianya. Tetapi rupanya sekarang dia telah berubah. Setelah tiga tahun lamanya Gerald tidak pernah bertemu dengannya, Morgana telah berubah menjadi gadis yang pandai berdandan dan berpenampilan cukup seksi. Perubahannya cukup drastis.“Aku tadi melihat fotomu yang dikirim oleh Montana Lewis di grup Kelas Bahasa Inggris. Di foto itu kamu terlihat membawa koper. Dari situlah aku tahu kalau kamu pulang. Tapi aku nggak menyangka akan bertemu kamu di sini. Sungguh kebetulan!” kata Morgana sambil mengibaskan rambutnya.Setelah kelulusan, adalah hal biasa bagi para guru masih menyimpan nomor murid-murid mereka untuk sekadar saling berbagi kabar. Sialan! Umpat Gerald dalam hati. Kapan Montana memotretnya? Dan bagaimana dia bisa tidak sadar?Gerald m
“Hmph! Kenapa dia memutuskan anak magang yang lain menjadi dokter tetap, sementara aku nggak? Seperti yang pernah aku bilang, dia sama sekali nggak menghargai Papamu. Padahal dia tahu kalau kita berpacaran, malah mengangkat anak magang lain menjadi dokter tetap, sementara aku diabaikan begitu saja!" lanjut Morgana masih geram. Gabriel mencoba menenangkannya.Gerald yang mendengarkan sambil makan semakin bisa memahami duduk perkaranya. Intinya adalah bahwa masuknya Morgana Lopez sebagai dokter magang telah diatur oleh ayah Gabriel yang menjabat sebagai wakil presiden rumah sakit.Tentu saja selama ini Morgana melaksanakan tugasnya dengan baik karena dia sangat profesional dan ahli di bidangnya. Para staf dan pasien pun mengakuinya.Namun sayang, rupanya selama ini terjadi perang dingin antara ayah Gabriel dengan direktur rumah sakit. Akhirnya, Morgana menjadi korban dari konflik di antara mereka berdua.Morgana merasa lebih sulit untuk menjadi dokter tetap dan jika masa percobaannya ti
Akhirnya Gerald menyanggupi untuk datang.Siangnya, ketika Tuan Winter sudah tertidur, Gerald bersiap untuk pergi ke pesta. Lokasinya ada di Cafe Grace Hotel di sekitar pusat kota Serene.Menarik investor selalu menjadi prioritas utama bagi kawasan ini. Saat ini, mereka telah mempersiapkan sedemikian rupa untuk membuat pesta itu terlihat megah. Para pengusaha kelas atas di seantero Serene juga diundang.Zack dan Michael tiba terlebih dahulu karena Gerald tadi masih harus merawat Tuan Winter. Gerald tiba di hotel dan bersiap untuk masuk. Di sampingnya, sebuah mobil memasuki area parkir. Sepasang pria-wanita keluar dari mobil itu sambil bergandengan tangan. Si wanita berpakaian formal dan elegan sementara yang pria mengenakan jas rapi.“Ya, ampun, harusnya kita pergi lebih awal. Lihat jam berapa sekarang!” protes sang wanita.“Kenapa kamu jadi menyalahkan aku? Kamu yang butuh berjam-jam untuk berdandan. Bahkan Papaku harus menelepon beberapa kali supaya kita bergegas karena Tuan Crawford
Gerald mengerutkan kening pertanda tidak senang, tetapi dia menurut saja dan berjalan menghampiri mereka.“Woah, Nona Lewis, apakah ini salah satu siswamu? Lumayan juga tampangnya. Hei, tapi kenapa dia nggak pakai seragam?” ujar seorang wanita di samping Montana.“Iya, padahal pelayan yang lain memakai seragam, cuma dia sendiri yang tidak pakai.”“Mungkin dia hanya pelayan lepas. Jadi dia bekerja di mana saja, hanya sementara di sini.” ujar Montana mencoba mencari penjelasan yang masuk akal.“Hahaha,, iya juga. Sini, Anak Muda, sini duduk di sampingku. Ada kursi kosong di sini. Ayo, kita ngobrol-ngobrol sebentar.”“Iya, Manis. Jangan malu begitu, dong! Ini kesempatan yang langka bisa makan bersama dengan orang-orang kaya dan para CEO ternama. Jadi kamu harus menikmati momen ini.”Bagi para wanita di usia 20an akhir itu, Gerald terlihat cukup tampan dan imut. Mereka terus saja menggodanya.Montana melirik Gerald. “Apa yang kamu lihat? Kamu nggak dengar mereka minta kamu untuk duduk? Ka