Jumlah mereka ada lima orang. Dalam sekejap mata, Gerald bisa melumpuhkan empat di antaranya."Berengsek! Siapa kamu?" tanya ketua gerombolan itu dengan panik. "Akan kubunuh kamu!"Gerald tidak menjawab pertanyaan itu, dia langsung menerjang ke arah pria tadi untuk menyerangnya. Pria itu menyadari gerakan Gerald. Dia mengambil sebongkah batu besar dan bersiap berkelahi. Pada akhirnya dia tidak cukup kuat melawan Gerald yang berkelahi dalam keadaan marah dan menyerangnya bertubi-tubi. Pria itu menyerah dan lari tunggang-langgang."Gerald! Kamu nggak apa-apa?" tanya Giya dengan nada ketakutan."Aku nggak apa-apa," jawab Gerald pendek sambil mengusap darah yang keluar dari ujung bibirnya."Akh! Kepala kamu berdarah!" pekik Giya panik.Darah perlahan mengalir dari kepala Gerald karena serangan penjahat tadi."Ini cuma luka kecil. Kenapa mereka mengganggumu?” tanya Gerald sambil menyeka darah di wajahnya. Baru kali ini dia berkelahi sekeras itu. Untungnya dia masih punya kekuatan. Gerald t
”Tanya apa?”“Katakan padaku, apa kamu memang sengaja menghindar dariku akhir-akhir ini? Katakan sejujurnya! Apa kamu sudah punya pacar?” tanya Giya menginterogasi.Sebenarnya Giya sudah tahu kalau Gerald berasal dari keluarga miskin. Ditambah lagi, sebagaimana kata Tammy, pria ini sangat membosankan. Jadi apa mungkin dia punya pacar?“Ya, aku sudah punya pacar!” jawab Gerald sambil mengangguk.Rupanya Giya telah salah mengartikan hubungan mereka. Meskipun Gerald tidak begitu narsis dengan mengira gadis seperti Giya akan menyukainya, tetapi Gerald memang sengaja menghindari Giya demi menjaga perasaan pacarnya.Mendengar jawaban Gerald, entah kenapa Giya merasa sakit hati. “Apa? Kamu bohong, kan?”“Aku nggak bohong, aku memang punya pacar. Namanya Mila. Dia mahasiswi Jurusan Broadcasting. Kami sudah berpacaran selama lebih dari dua bulan. Dua hari yang lalu dia pergi ke Stasiun Televisi Hong Kong untuk melakukan studi,” jawab Gerald sambil mencoba tetap tenang dan menyunggingkan se
Gerald menerima sekotak buah yang diberikan Giya. “Aku membelikannya untukmu karena kamu sudah menyelamatkanku. Jangan berpikir aneh-aneh,” kata Giya sambil menatap Gerald, “Aku juga nggak mau pacar kamu curiga macam-macam kalau dia melihat ini.”“Haha! Iya, iya. Aku nggak berpikir aneh-aneh, kok.” Jawab Gerald sambil tersenyum. “Ngomong-ngomong, Gerald. Karena kamu bilang kalau kita berdua berteman, aku mau bertanya sesuatu. Apa pendapatmu soal Yacob?” tanya Giya sambil mereka berdua berjalan keluar dari klinik. Yacob?Hahahaha! Gerald tahu Yacob bukanlah pria yang baik. Di depan Giya dia berperilaku sangat manis, tetapi di luar sana Yacob adalah orang yang sama sekali berbeda. Terlebih lagi, Yacob berani mengkhianati Giya. Demi menjawab pertanyaan Giya, Gerald menggelengkan kepala sambil berkata pelan, “Menurutku dia bukan pria yang baik. Giya, sebagai temanmu, saran dariku sebaiknya kamu menjauh dari dia.”“Kenapa?” tanya Giya jutek.“Karena dia nggak pantas mendapatkan
’Mau nggak besok kita makan siang bersama setelah ujian? Oke? Aku tunggu, ya!’Gerald membaca semua pesan yang dikirim Giya. Setelah berpikir beberapa saat, dia membalas.‘Terima kasih, tapi aku nggak bisa datang. Aku harus segera pulang setelah selesai ujian.’Karena jadwal ujiannya tersebar-sebar, Gerald sudah mengikuti beberapa ujian, hanya tinggal dua mata kuliah lagi untuk ujian akhir besok pagi. Selain itu, dia tidak ingin terlalu banyak berinteraksi dengan Giya lagi.Setelah membalas pesan Giya, Gerald mematikan HPnya agar bisa segera beristirahat.Esok paginya, Gerald menyelesaikan semua ujiannya tepat waktu. Setelah itu, dia mulai mengemasi barang-barang dan selimut dan memasukkan semuanya ke dalam sebuah tas besar berbahan kulit ular. Zack berencana mengirim mobil khusus untuk mengantar Gerald ke Serene County. Proyek di sana sudah mulai digarap sejak Gerald menerima panggilan telepon kemarin. Sementara Zack dan Michael masih harus sibuk mengurusi banyak hal. Namun, Gerald
Tentu saja ciri khas paling menonjol dari wanita itu adalah kecintaannya pada orang kaya dan hobinya merendahkan yang miskin. Dia sama persis dengan Cassandra, dosen Gerald saat ini. Mereka berdua sama-sama suka menjadikan murid yang kaya sebagai teman dekat, sementara untuk yang tidak berada, akan diabaikan.Tidak jarang juga Nona Lewis melontarkan kata-kata kasar yang menusuk hati. Itulah hal lain yang menjadi kesan kuat bagi Gerald. “Ya, Tuhan, kebetulan sekali. Ini pertama kalinya aku naik bus dan aku tidak menyangka akan bertemu kamu!” ujar Montana sambil tersenyum kecut. Dia sengaja mengucapkan itu agar orang tidak mengira bahwa dia sering naik bus. “Montana, dia siapa? Muridmu?” tanya seorang pria tampan yang duduk di sebelah Montana. “Ya. dia adalah murid yang pernah kuceritakan padamu. Aku dulu punya murid yang sangat miskin. Dia selalu membawa dua roti kukus dan sekantung acar ke sekolah dan dia hanya akan makan satu kali sehari. Kamu masih ingat, kan?”“Oh, iya! Aku
“Tuan Herring Jenkins adalah kepala daerah di sini. Siapa yang membuat dia menunggu di terminal seperti itu?" tanya Montana heran. Apa dia adalah seorang pria kaya dari kota? Tetapi mana ada orang kaya yang datang ke sini menggunakan bus?"Kamu tunggu di sini sebentar, aku akan menyapanya," kata pacar Montana sambil merapikan pakaian dan rambutnya."Tapi Jonathan, apa akan berhasil? Apakah Tuan Jenkins akan mempedulikanmu?" tanya Montana sedikit ragu."Sepertinya begitu. Lagipula kan dia kenal Papaku juga. Aku pernah makan malam bersamanya dua kali," jawab Jonathan meyakinkan Montana dan bersiap melangkahkan kaki.Sementara itu, Montana tidak berani mengikuti pacarnya. Di seberang sana banyak orang-orang penting, bahkan jajaran pimpinan kementerian pendidikan juga hadir. Sebagai staf biasa, tentu saja Montana tidak punya cukup keberanian untuk menghampiri mereka.Tidak lama kemudian, Jonathan kembali. Tadi dia pergi dengan raut wajah penuh keyakinan dan rasa bangga, mengira bahwa dia
“Ehem... Tuan Winters masuk rumah sakit tadi siang. Ini aku baru saja sampai di rumah untuk mengambil beberapa baju.""Apa? Di rumah sakit? Rumah sakit mana?"Mendengar nada sedih Nyonya Winters, Gerald merasa ada sesuatu yang menusuk dadanya. Dia segera bertanya di rumah sakit tempat Tuan Winters dirawat.Nyonya Winters memberi alamat rumah sakit yang dimaksud.Berikutnya, Nyonya Winters dan Gerald tiba di rumah sakit secara hampir bersamaan. Nyonya Winters ke sana menumpang sebuah truk roti. Gerald membantunya turun dari truk dan bergegas menuju ruang IGD.Tuan Winter menderita sakit kardiovaskular, dia tiba-tiba pingsan saat makan siang. Kejadian itu membuat Nyonya Winters panik, dia pun bergegas menelepon ambulans. Saat ini, para dokter sedang berupaya menyelamatkan suaminya.Di depan ruang IGD terlihat beberapa orang anak muda berdebat."Kenapa cuma kami yang harus membayar biayanya? Kak, dia ayah kita, ayahmu juga. Jadi kamu juga harus ambil peran!" kata seorang wanita dengan ria
Perawat itu lalu mengantar Gerald menuruni tangga menuju loket pembayaran, meski dalam hati dia agak ragu. Hal itu karena dia melihat penampilan Gerald yang tidak meyakinkan. Tidak terlihat bahwa Gerald punya uang sebanyak itu.Namun segera kemudian, Gerald membuktikan bahwa prasangka perawat itu salah. Ia membayar biaya operasi sebesar 20.000 dolar dan juga biaya inap. Totalnya sekitar 30.000 dolar! Gerald membayar semuanya dalam sekejap mata.Perawat itu tertegun. Sementara Gerald tidak mempedulikannya dan segera berbalik berjalan menuju koridor rumah sakit.Rupanya anak dan cucu Tuan Winters masih saja bertengkar.“Semuanya, berhenti bertengkar! Aku sudah membayar biayanya,” kata Gerald mengumumkan.Pertengkaran seketika berhenti.“Hah?” Sesama saudara itu terkejut mendengar kata-kata Gerald. “Kamu membayar semuanya? Gerald, biayanya sebesar 20.000 dolar! Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu?” tanya anak tertua heran.“Tidak hanya 20.000 dolar, tapi dia telah membayar 30.000 dola