“Kamu nggak usah khawatir, Yacob. Aku baik-baik saja, kok," jawab Giya dengan nada acuh tak acuh.Pemuda yang dipanggil Yacob itu berpakaian jas rapi, parasnya cukup tampan. Meski Giya tidak terlalu menghiraukannya, tetapi Yacob sama sekali tidak marah. "Ya, ampun, Giya! Gelang kamu rusak!" pekik Tammy setelah mengetahui bahwa gelang Giya sudah berada di lantai."Gerald, kamu ceroboh banget, sih! Kamu nggak suka Yacob datang ke sini?" tanya gadis yang lain.Perkataan gadis itu menarik perhatian Yacob.Sudah lama Yacob mengejar-ngejar Giya, tetapi gadis itu sama sekali tidak memiliki perasaan apa-apa padanya. Meski Yacob berasal dari keluarga terpandang, tetap saja itu tidak membuat hati Giya luluh.Meski begitu, tidak mungkin juga Giya langsung memiliki perasaan pada Gerald yang baru dikenalnya hanya karena pria itu menolongnya.Teman-teman Giya paham betul hal itu. Karena itulah mereka iseng mempermainkan dan menggoda Gerald. Padahal semua orang di sana tahu tadi Yacob menarik Geral
Gerald tidak peduli. Dia mengambil gelang giok itu dan memperhatikannya dengan teliti. "Bungkus gelang ini.""Anda yakin, Tuan? Gelang ini harganya 7.500 dolar. Mungkin Anda ingin melihat-lihat yang lain dulu?" senyum pelayan itu perlahan memudar."Lakukan saja apa yang kubilang. Kenapa masih banyak bertanya?" ujar Gerald mulai jengkel.Pelayan toko segera mengemas gelang sebelum kemudian menuju mesin pembayaran.Tak disangka, transaksinya gagal. Gerald baru ingat bahwa jumlah minimal transaksi di kartunya adalah 30.000 dolar!"Hehehe... sejak kapan Trinity Jewelers menjadi toko kelas bawah? Apa bisa orang sembarangan membeli barang di toko ini? Jadi apa yang akan terjadi pada pembeli terhormat ini?” sebuah komentar cemoohan datang dari sepasang pria-wanita ketika mereka menyaksikan kegagalan transaksi Gerald. Pasangan itu adalah seorang wanita berusia tiga puluhan dan seorang pria yang tampak sedikit lebih tua.Orang-orang memang selalu begitu, bukan? Mereka gemar merendahkan orang l
Gerald sedang berada di ruang tunggu ketika melihat keduanya masuk ke dalam toko sambil terus berdebat. Dari apa yang dia dengar, Gerald bisa menangkap penyebab pertengkaran mereka. Singkatnya, Sharon memutuskan hubungan dengan Murphy tanpa memberikan penjelasan. Saat itu dia hanya mengatakan sedang butuh waktu untuk sendiri. Sama persis dengan alasan yang diberikan Xavia saat memutuskan hubungan dengan Gerald. Sial! Cerita selanjutnya dapat ditebak. Murphy tidak puas dengan alasan yang diberikan Sharon, karena kemudian dia mendapati Sharon berpacaran dengan pemuda kaya yang lain. Murphy merasa dikhianati, namun di sisi lain dia juga masih sangat mencintai Sharon. Murphy berkali-kali mencoba membujuk Sharon untuk berkompromi demi menjaga harkat martabatnya sebagai laki-laki. Hingga entah bagaimana, semua itu akhirnya berujung pada keberadaan mereka di toko perhiasan ini. Sharon meminta Murphy membelikannya perhiasan di Trinity Jewelers. Dia mengatakan akan kembali menjadi pacar Mur
“Sudah cukup, Anak Muda! Kamu tidak akan membuktikan apapun dengan memukuli seorang wanita. Kalau kamu memang ingin memperlihatkan kehebatanmu, bekerja keraslah dan buat wanita itu menyesal telah meninggalkanmu!” kata seorang pria berpakaian bagus mencoba menasihati Murphy. Tangannya berusaha memegangi tubuh Murphy agar dia berhenti memukuli Sharon. Beberapa saat kemudian, Murphy sudah mulai agak tenang. Dia menghela napas berat sambil merapikan lengan baju.“Ya, itu benar. Kalau kamu mau menunjukkan harga dirimu, maka ciptakanlah sesuatu. Buatlah karya! Tapi sepertinya itu tidak mungkin, karena kamu cuma seorang pecundang! Beraninya kamu memukuliku. Sudah puas kamu sekarang, hah?” bentak Sharon dengan napas terengah-engah dan menahan sakit di sekujur tubuhnya. “Sudah jangan banyak bicara, Nona. Harusnya kau juga berhenti memacari seseorang hanya karena harta. Orang kaya itu plin-plan. Sebelum memutuskkan hubungan, harusnya kau memberi penjelasan dulu pada pasanganmu,” ujar pria
“Ya, Tuhan! Itu bukan gelang giok biasa. Sayang sekali gelangnya patah menjadi tiga bagian.”“Sepertinya itu adalah gelang giok hetian. Kuperkirakan harganya mencapai 7.500 dolar. Sungguh sayang sekarang gelangnya sudah rusak. Gadis itu benar-benar kasar. Dia harus mengganti gelangnya karena dia yang tadi mendorong pelayan toko.”“Eh, tapi masih ada satu kotak lagi. Aku penasaran bagaimana kondisi yang satunya.”Orang-orang mulai melontarkan komentar dan menyalahkan Sharon. Sementara itu, gadis pelayan toko sangat panik hingga lupa meminta maaf pada Gerald. Dia lalu memeriksa kotak kedua. Saat membukanya, semua orang tidak bisa menahan teriakan mereka. “Itu... itu giok naga! Satu-satunya batu giok naga. Aku pernah dengar, kalau diperhatikan dengan saksama, tergambar bentuk naga di dalam batu giok itu. “Ya, aku juga pernah mendengarnya. Itu termasuk produk unggulan di toko ini. Pembuatnya adalah para pengrajin perhiasan ternama. Harganya sekitar 32.000 dolar!”“Masih untung gelan
Untungnya, manajer toko segera datang dan menghentikan Hayward sebelum dia melayangkan serangan lagi ke Murphy. Beberapa orang di sana membantu Murphy berdiri dan memanggil ambulans. “Sial! Untuk apa kamu ada di sini juga, Gerald?” tanya Lilian menyadari keberadaan Gerald.“Jangan sebut namanya lagi. Kalau bukan karena si berengsek ini, mungkin aku tidak merusakkan gelang seharga 7.500 dolar dan 32.000 dolar itu!” timpal Sharon dengan ekspresi kemarahan yang tidak terbendung.“Apa tadi kamu bilang? Lebih dari 30.000 dolar?” Hayward terkejut. Di telepon tadi, Sharon hanya mengatakan bahwa dia sedang terlibat keributan di toko perhiasan Trinity Jewelers. Sharon sama sekali tidak menyebutkan bahwa dia harus mengganti rugi sebanyak itu.Hayward dan Lilian terkesiap.Mencoba mengabaikan hal itu, Lilian lanjut mencecar Gerald.“Ya, terus kenapa kalau Sharon dipukuli? Apa urusannya denganmu? Apa kamu pikir bisa melerai dan menyelesaikan masalah? Kamu pikir kamu siapa? Sekarang kamu mau
“Apa-apaan ini?”“Hah?” Sharon dan Lilian tercengang melihat Gerald melenggang pergi dengan membawa dua kotak perhiasan itu.Jadi, Gerald yang membeli dua gelang giok mahal itu?“Tunggu! Gerald, kamu... kamu yang membeli dua gelang itu?” tanya Lilian dengan ekspresi terkejut.Gerald tidak menghiraukannya dan terus berjalan pergi. Rasa marahnya belum hilang dan dia merasa tidak perlu menjelasakan apapun pada mereka. “Hummpph! Dia pasti membeli gelang itu menggunakan uang orang lain! Sudah lupakan saja dia. Sharon, Lilian, kenapa kita tidak pergi ke restoran saja. Aku sudah lapar!” timpal Hayward mengalihkan obrolan. Dia tidak mau melihat Gerald menang lagi kali ini. “Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah memang dia yang membeli gelang giok itu? Dari mana Gerald mendapatkan uang sebanyak itu?” Pertanyaan itu masih mengganggu pikiran mereka, terutama Sharon dan Lilian.Tiba-tiba, sebuah ide cemerlang terpikir oleh Lilian.“Hei, bagaimana kalau kita ajak Gerald makan bersama? Setel
“Hahaha! Lupakan saja. Bukan masalah besar,” jawab Gerald menolak halus. “Nggak, Gerald. Aku memaksa! Kamu nggak sedang meremehkan kami, kan? Kamu pasti nggak akan sampai hati membuat temanmu kecewa, kan? Atau kamu memandang rendah kami karena kamu diterima di Universitas Mayberry sementara kami berkuliah di kampus biasa? Ooh.. begitu rupanya. Aku paham sekarang!” ujar Lilian menyindir. “Tentu saja aku nggak bermaksud begitu. Oke, baiklah aku akan ikut.” Ujar Gerald menyerah. Dia menghela napas berat. Fiuhh.. Lagipula ini cuma makan-makan biasa. Dia akan menyelesaikannya dengan cepat dan segera pulang. Begitu pikir Gerald. Toh, dia tidak akan rugi apapun. Lagipula, ini mungkin akan menjadi kesempatan bagi Gerald untuk membuat mereka tidak banyak berkomentar lagi tentangnya di waktu ke depan. Dia turuti saja kemauan dua gadis itu dan melihat apa yang akan terjadi nanti. Gerald mengangguk mantap sebelum kemudian berbalik pergi.***Ternyata Lilian tidak memilih restoran di area