Rita tidak merespons satupun dari saran-saran mereka. Tampaknya Silas memang hanya tahu sedikit saja soal Tuan Crawford. Oleh karena itu, Rita merasa kurang nyaman untuk mengumbar terlalu banyak informasi.Rita hanya menggelengkan kepala dan segera turun meninggalkan villa itu. Silas berkata dan tersenyum pahit, “Ada apa dengan Miss Rita? Kenapa dia bilang bahwa Tuan Crawford ke sini barusan? Jika Tuan Crawford ke sini, pasti ayahku sudah…”Tepat pada saat itu, ponsel Silas tiba-tiba bordering. Silas menjawab telepon dan senyum menghiasi wajahnya. “Ayah!” “Jangan berteriak padaku ayah!”Michael tetap berteriak dengan liar di ujung sambungan telepon, napas Michael terengah-engah menahan marah.Mereka masih terus berbicara melalui sambungan telepon. Senyum Silas perlahan-lahan menghilang dari wajahnya dan sekarang wajahnya berubah pucat pasi.Akhirnya, Michael menutup telepon.“Silas, Silas, ada apa?” Alice bertanya karena pikirannya juga mulai resah.“Sudah selesai! Semua
”Tahukah kalian?” Silas dan teman-temannya bertanya dengan kaget. “Ya!” Alice menjawab yakin. Alice melanjutkan, “Mobil sport mewah ini sebelumnya terparkir di parkiran dekat kampus Mayberry. Juga beredar rumor bahwa mobil ini dibeli oleh Tuan Crawford. Rumor yang lain mengatakan bahwa mobil ini dibeli oleh seorang taipan local, Ordinary Man. Dia adalah seorang mahasiswa di jurusan Bahasa dan Sastra di kampus kita. Beberapa orang juga mengatakan bahwa Ordinary Man adalah nama online Tuan Crawford!”“Jika demikian, seharusnya mobil ini diparkir di kampus kita! Kenapa sang taipan local, Ordinary Man, memarkir mobilnya di sini?”“Villa ini dibeli oleh Tuan Crawford!” Alice mengernyit tak percaya. Ya. Tak seorang pun percaya bahwa Gerald adalah Tuan Crawford. Semua orang tidak menganggap Gerald sama sekali.Namun Alice sulit mempercayai hal itu.Alice merasa takut, sangat takut.Sejak tadi di villa, Alice sudah memeras otak mencari cara menyingkirkan Gerald dari semua kemungkinan.
Silas merasa sangat bingung. Tak lama kemudian, ponselnya berdering. Saat melihat nama yang tertera di layar, ekspresi wajahnya langsung berubah marah, dia lalu mengangkat telepon dan memencet tombol pengeras suara."Sialan! Jayden, kamu di mana? Kamu sudah setuju akan datang ke Mountain Top Villa dengan Jacelyn malam ini, kan? Apa kalian mau memesan kamar?" Silas langsung mencecar pertanyaan."Jangan bicara soal itu dulu, Silas. Aku sedang dalam masalah besar, aku dipukuli setengah mati oleh apaku. Ini Mama baru saja mengobatiku.”“Apa? Om Scott yang selalu memanjakanmu, memukulimu? Memangnya kesalahan apa yang kamu lakukan? Apa kamu melaukan hal buruk pada keluarga Crawford?”“Aku tidak tahu siapa sebenarnya orang yang kuhina tadi. Mana mungkin aku berani macam-macam pada keluarga Crawford? Aku tidak sebodoh itu. Kejadiannya adalah, aku punya masalah dengan beberapa mahasiswa dari Jurusan Bahasa dan Sastra. Kau tahu, bahkan Jane juga ikut menyerangku karena aku merendahkan seseorang
Gerald menuju ke rumah sakit dengan menaiki taksi. Jacelyn ditempatkan di ruang VIP. Ketika Gerald sampai di lorong VIP, awalnya suasana tampak sepi. Lalu tiba-tiba terdengar suara Jecelyn berteriak.“Keluar kalian semua! Aku nggak mau diperiksa sebelum aku tahu siapa orang yang menyelamatkanku!” Jacelyn mengusir dokter dan para perawat dari kamarnya.“Ah... Nona Leigh ini temperamen sekali, dia tidak mengizinkan kita memeriksanya. Bagaimana kalau kondisinya memburuk karena terlambat ditangani?”“Ya, bagaimana kita menjelasakannya?” Para perawat merasa cemas. Ketika mereka membalikkan badan, mereka melihat Gerald yang membawa buah dan bingkisan di tangannya. “Halo, Tuan Crawford! akhirnya Anda datang. Pasien baru saja bangun dan memaksa ingin bertemu Anda,” kata para perawat cantik itu. Mereka sangat terkesan sejak tahu bahwa Gerald punya Lamborghini. Karena itu mereka berusaha menarik perhatian Gerald dengan bersikap sangat sopan. Gerald mengangguk pada para perawat itu sebel
”Astaga, Gerald. Ngapain kamu di sini? Tunggu! Jangan bilang bahwa kamu adalah orang yang menyelamatkanku. Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku nggak ingat apa-apa?” Jacelyn mencecar Gerald dengan rentetan pertanyaan.Gerald menjawab dengan santai, “Ya, aku yang menyelamatkanmu. Yang terjadi adalah kamu berjalan terlalu cepat di kampus sampai kamu tersandung dan jatuh. Kepalamu membentur batu. Saat itu aku yang ada di sana jadi aku langsung membawamu ke rumah sakit.”“Ah... jadi begitu. Uhukk uhukk!” jawab Jacelyn dengan nada kecewa.Gerald berusaha menahan tawa ketika ia bertanya, “Kenapa kamu seperti kecewa begitu ketika tahu bahwa aku yang menyelamatkanmu?”Jacelyn menggerutu: Ya, itulah masalahnya! Jacelyn pikir dia diserempet mobil mewah yang pemiliknya adalah pria kaya dan tampan. Lalu akan lebih romantis kalau tadi malam itu turun hujan, pria tampan itu akan memeluknya dan menepuk pipinya lembut sambil berkata: “Nona, kau baik-baik saja?”. Melihat Jacelyn yang tidak sadarkan
”1902! Ini dia kamarnya!” ketika Hayley melihat nomor yang tertera di pintu kamar, dia segera membukanya. “Jacelyn, kami datang!”“Hayley, Alice, aah kalian ada di sini!” seru Jacelyn sambil makan pisang. Dia sangat senang melihat Alice dan teman-teman lainnya datang. Berikutnya, mereka mulai menanyakan kondisi Jacelyn. “Apa? Jadi Gerald yang menyelamatkanmu? Lalu sekarang dia di mana?” tanya Alice sambil berdiri saking terkejutnya. Setelah Alice kembali ke asramanya kemarin, dia tidak berpikir lagi soal Silas atau yang lain. Yang dia pikirkan justru Gerald. Alice sangat khawatir dan cemas, bagaimana jika Gerald memang benar-benar Tuan Crawford?Sejujurnya, saat itu Alice ingin sekali menuju asrama Gerald dan meminta maaf. Dia mau memperbaiki keadaan dan memperlakukan Gerald dengan baik di masa depan. Alice benar-benar ingin mengungkapkan penyesalannya pada Gerald. Tetapi, setelah berpikir ulang, Alice menjadi ragu lagi. Bagaimana kalau Gerald bukan Tuan Crawford? Ah! Pria itu b
Gerald tidak memegang ponselnya dengan erat, benda itu seketika jatuh ke tanah dan pecah. Padahal dia sudah memiliki ponsel itu selama sekitar tiga tahun dan tidak pernah berencana menggantinya. Gerald memunguti kepingan ponselnya di tanah dengan perasaan kecewa."Ah, saya minta maaf! Saya sungguh minta maaf, saya tidak sengaja. Saya akan ganti ponsel Anda." kata wanita itu panik.Gerald tersenyum kecil sambil masih berjongkok mengambil ponselnya, "Tidak apa-apa. Saya akan bawa ke tempat servis barangkali masih bisa diperbaiki... Eh?" Gerald terkejut melihat wanita di depannya."Kamu!""Lho, kamu!"Mereka berdua menunjuk bersamaan.Wanita di depan Gerald berusia sekitar tiga puluh tahun. Dia memiliki rambut panjang, kulit cerah, dengan pakaian rapi.Di samping wanita itu ada seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun dengan rambut digulung rapi.Mereka berdua adalah ibu dan anak. Anak kecil itu pernah diselamatkan oleh Gerald, dia hampir tenggelam di sungai tempo hari.Saat itu,
“Apakah Anda manajer di sini, Nyonya Thornton?” tanya Gerald mengungkapkan rasa ingin tahunya. Gerald dapat menduga bahwa Wynn bukan wanita biasa. “Kenapa memangnya?” tanya Wynn sambil melihat Gerald dari kaca spion. “Oh, iya, kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan Nyonya, rasanya aku seperti sangat tua. Usia kita hanya terpaut sepuluh tahun, jadi panggil namaku saja.”“Baiklah, saya tidak akan memanggil Anda dengan sebutan Nyonya Thornton lagi.” Gerald mengangguk paham. “Pppftt... hahahahaha!” Wynn tertawa mendengar jawaban Gerald. Gerald awalnya berniat mau bertanya soal Wynn dan keluarganya karena ada sesuatu yang mengganjal di benak Gerald—nama belakang Minnie adalah Thornton, itu membuat Gerald bertanya-tanya apakah Wynn membesarkan anak itu sendirian. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya hal itu terlalu personal. Gerald mengurungkan niatnya. Wynn lalu menghentikan mobilnya di sebuah supermarket searah jalan pulang dan keluar dari sana dengan beberapa tas besar b