Gerald dan yang lain akhirnya menuju ke Homeland Kitchen.Saat ada di tempat parkir, teman-teman Cara sempat terkejut melihat Lamborghini milik Gerald. Tetapi kemudian Cara menjelaskan bagaimana Gerald bisa membeli mobil itu dan fakta bahwa Gerald tidak memiliki perencanaan yang baik untuk masa depannya. Kakak-beradik Wade yang sempat kagum pada Gerald langsung berubah menunjukkan cibiran mereka. Mereka merasa Gerald hanya buang-buang uang saja dengan membeli mobil mahal itu.Gerald menelan semua cibiran mereka dengan senyum acuh tak acuh.Menyadari situasi Gerald yang terpojok, Quron tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk unjuk diri. Dia menghubungi salah satu temannya di Kota Mayberry untuk meminta tolong melakukan pemesanan meja di Homeland Kitchen.Semua orang merasa heran, terutama Cara."Wow! Quron, aku sama sekali gak nyangka lho ternyata kamu punya banyak kenalan ya di Mayberry. Hahahaha...padahal Homeland Kitchen itu restoran yang mewah, eksklusif dan terkenal. Tempat yang
”Coba bawa ke sini, aku mau cek ini wine asli atau nggak," kata Cara kemudian. Wajahnya terlihat bersemangat saat mengambil botol wine itu dan menuangkan isinya ke dalam gelas. Ia memperhatikan dengan teliti sebelum kemudian meminumnya seteguk."Hmm... Ini asli!""Oh, ya? Mana aku juga mau coba!" timpal Lisa bersemangat.Mereka memandang Quron dengan penuh kekaguman. Awalnya mereka menganggap Quron hanya keren saja, lebih dari itu ternyata pria itu benar-benar luar biasa."Quron, cerita tentang latar belakang temanmu itu, dong. Gimana kamu bisa punya relasi dengan orang-orang keren di sini? Kamu tahu kan wine ini biasanya diminum kalangan bos-bos besar!" Makin Cara mengenal Quron, makin kekagumannya bertambah."Iya, cerita dong bagaimana kamu bisa punya jejaring di sini. Ada hal keren apa lagi yang kamu sembunyikan dari kami?""Hahahaha! Aku sebenarnya juga nggak tahu banyak. Ah, temanku itu membuatku banyak dapat pujian hari ini." Quron mencoba merendah. Dia sebenarnya tidak telalu me
Cara lalu menarik Mila ke samping dan membisikkan sesuatu padanya. Cara berbisik sambil sesekali melirik ke arah Gerald dan beralih ke Quron. Ia sepertinya sedang membujuk Mila untuk segera putus dengan Gerald dan menjalin hubungan dengan Quron. Mila menunjukkan ekspresi tidak setuju dan menolak permintaan Cara. “Cara, kamu bisa pergi dan bersenang-senang tanpa aku. Aku sama Gerald harus kembali ke kampus,” jawab Mila kekeuh. Dia dan Gerald akhirnya pulang dulu setelah mengucap salam perpisahan. Cara merasa sangat kecewa. Sepertinya akan sulit menjodohkan Mila dan Quron. “Ya, sudah Cara, nggak apa-apa kok. Mila sepupumu dan dia juga temanku. Lain waktu aku masih bisa ajak dia lagi,” kata Quron sambil tersenyum dan menahan rasa kecewanya. “Oke, Quron. Aku senang kalau kamu nggak merasa putus asa. Kamu jangan khawatir, aku akan terus berusaha supaya Mila bisa segera putus dari Gerald. Lagipula pria itu sama sekali nggak ada apa-apanya dibanding kamu,” timpal Cara mencoba meyakink
"Maaf, Nona, tapi Anda belum memesan minum. Ini daftar menu minuman yang kami sediakan, silakan dilihat." kata pelayan sambil memberikan buku menu pada Cara.Cara tertegun. Salah satu temannya berujar, "Cara, tadi kamu bilang akan ada kejutan kalau semua pesanannya sudah dihidangkan. Mana kejutannya?""Nggak! Aku nggak akan lihat daftar menu! Aku ingatkan kamu sekali lagi ya, yang memesan ini adalah Tuan Wade! Tuan Wade ada di sini, kamu paham maksudku?" Cara sekali lagi membawa nama Quron."Maaf, Nona. Semua tamu kami adalah kalangan orang penting dan para pebisnis besar. Kami tidak memberikan menu hadiah untuk setiap orang setiap hari.""Kamu serius? Kamu mau membuat aku malu, hah? Kamu gak tahu siapa Tuan Kennedy? Dia itu teman baikku!" tanya Quron dengan geram."Saya tahu ada Tuan Muda bernama Kennedy. Beliau sering datang ke sini. Kami juga tidak memberinya menu hadiah," jawab pelayan itu dengan ekspresi bingung."Sial! Kamu benar-benar mau mencoreng nama baikku, hah!" Quron dan C
Cara lalu bertanya, "apakah tamu yang kamu maksud adalah Gerald?""Kami tidak tahu. Yang kami tahu adalah salah satu dari kalian adalah tamu istimewa kami tadi siang," kata kasir itu sambil tersenyum.Sial! Ada apa ini sebenarnya? Tadi siang Mila dan Gerald ikut. Meski petugas restoran tidak ada yang mau memberitahu, tetapi Cara sudah bisa menebak. Pasti tamu yang dimaksud adalah Gerald. Tetapi, bagaimana bisa? Kemudian Donna, salah satu teman SMA Cara buka suara. "Hahahaha! Cara, katanya kamu mau kasih kami kejutan. Jadi ini kejutan yang kamu maksud?"Donna dan Cara sudah lama berteman, mereka bahkan satu jurusan di kampus. Tetapi meski begitu, mereka seringkali berkompetisi di banyak hal dan tidak jarang Cara mengungguli Donna.Awalnya, Cara berniat pamer pada Donna, tetapi siapa sangka kalau semuanya berakhir begini?Cara merasa bertambah malu ketika Donna sengaja mengungkit dan memperjelas masalahnya.Sekarang jelas bahwa mereka tidak akan mendapat diskon dan situasi akan lebih
Cara berteriak pada pelayan dengan sikap arogan. Dia merasa sangat keren sekarang."Oke, Nona. Saya akan mengurus pemesanannya. Total biaya kamarnya sebesar tujuh puluh lima ribu dolar. Silakan masukkan kartu Anda di slot sini," kata seorang pelayan pada Cara.Cara tersentak."Hah! Apa? Tujuh puluh lima ribu dolar? Hei, kami cuma pesan lima kamar! Aku nggak salah dengar?" tanya Cara tanpa bertele-tele."Benar, Nona. Itupun harga untuk kamar standar dan itu sudah termasuk makan malam. Makanan di sini dimasak oleh para koki profesional dari seluruh dunia yang akan menyajikan makanan sesuai preferensi Anda," lanjut pelayan itu menjelaskan."Ini... tunggu, memangnya berapa harga untuk makan di sini?""Kalau untuk makan saja, biasanya tanpa ruangan khusus. Tapi kalau Anda ingin ruang privat, anda bisa menyewa satu ruang seharga dua puluh dua ribu dolar. Lalu Anda bisa menikmati semua jenis makanan di daerah selatan. Anda hanya cukup menyebutkan namanya, maka makanan apapun pasti akan dimasa
”Gerald, semua yang ada di sini adalah orang-orang penting dan terpandang. Dan temanku tahu kalau kamu adalah mahasiswaku. Jadi kamu harus menunjukkan yang terbaik malam ini. Kalau kamu berani membuatku malu, lihat saja nanti!" ancam Cassandra.Gerald tidak menjawab apa-apa, selain hanya menatap keluar jendela."Jaga sikap!" Cassandra menegaskan sekali lagi sebelum kemudian dia kembali fokus mengemudi.Hari itu Cassandra berpakaian rapi dan berpenampilan beda dari biasanya. Pertama kalinya Gerald berada begitu dekat dan hanya berdua dengan Casandra sampai dia bisa mencium parfum wanita itu dengan lekat. Gerald harus mengakui bahwa Cassandra tampak sangat menawan. Tak berselang lama, akhirnya mereka berdua sampai di bar yang dimaksud. Bar itu terletak di kawasan Mayberry Commercial Street. Di pelatarannya sudah banyak mobil mewah yang terparkir. Di depan bangunan bar itu, banyak berjejer papan ucapan selamat, Gerald menemukan salah satu di antaranya adalah kiriman dari Flynn. Pemilik
Ada enam orang wanita di meja nomor 6.Mereka sepertinya masih mahasiswi, meski penampilan mereka seksi, dewasa dan menggoda. Gadis yang bernama Xabi meneguk bir dari botol sambil merangkul gadis di sebelahnya. “Sara, kamu kenapa? Dua hari terakhir kamu nggak ada live broadcast, kamu juga terlihat manyun terus. Kenapa, sih? Biasanya kamu yang paling semangat kalau sudah di bar. Sini cerita kalau ada masalah.”“Xabi, apa menurutmu tuan muda kaya raya yang misterius itu benar-benar ada? Dia terlihat seperti orang biasa yang miskin, tapi sebenarnya di balik itu dia sangat kaya. Sangat sangat sangat kaya!” Gadis di samping Xabi itu tidak lain adalah Sara. “Hahahhaa! Bisa jadi memang ada orang yang seperti itu, tapi sangat jarang. Karena lebih banyak yang terjadi justru sebaliknya. Kadang orang berlagak kaya supaya bisa dapat pinjaman uang sebanyak-banyaknya. Padahal aslinya dia orang miskin!” jawab Xabi. Sara mengangguk setuju. “Benar, Xabi. Menurut pengamatanku, si orang ini mem