Sebenarnya Finn tidak keberatan jika mengeluarkan seribu hingga tiga ribu dolar, tetapi dia keberatan kalau lebih dari itu, apalagi dua belas ribu dolar hanya untuk sebuah buket bunga. Sara membalikkan badan mencoba menghindari tatapan cemoohan para pengunjung restoran. Yang dia lihat adalah Gerald yang sedang asik mengobrol dengan pacarnya. Mereka terlihat tertawa bahagia. Tak disangka, Sara naik pitam. Dia seketika berdiri dan menunjuk ke arah Gerald yang berada di meja VIP sambil berteriak keras.“Berengsek! Apa yang kamu tertawakan, hah!” Si pecundang miskin itu, berani-beraninya! Apanya yang lucu? “Heh? Siapa bilang aku menertawakanmu? Aku cuma sedang melihat bunganya. Kenapa memangnya? Itu mengganggumu?” jawab Gerald tak kalah geram. Karena Queta juga menyukai bunga mawar itu, Gerald bertanya mana yang Queta suka. Lalu tiba-tiba malah Sara menegurnya.“Oh, jadi kamu juga suka bunga itu? Apa yang membuatmu berpikir kalau kamu akan mampu membelinya?” cibir Sara.Gerald hanya b
Sara melihat Lamborghini itu meninggalkan restoran dan Gerald juga ikut hilang. Jangan-jangan?Akh! Dia menghela napas dalam-dalam. Apa ini berarti yang menaiki Lamborghini tadi adalah Gerald? Sara lalu ingat saat kali pertama bertemu dengan Gerald, mobil Lamborghini itu juga ada di sana. Di tambah lagi hari ini dia menyaksikan Gerald menghabiskan tiga puluh ribu dolar dengan entengnya. Akh! Sara berusaha menepis kecurigaannya. Tidak mungkin, ini semua tidak mungkin!Sementara itu, Gerald melanjutkan perjalanan kembali ke kampus setelah ia mengantar Queta pulang. Setibanya di kampus, dia segera memarkir mobilnya di parkiran kecil yang sepi, seperti biasa. Setelah keluar dari mobil dan memencet tombol pengunci pintu, seseorang tiba-tiba memanggilnya.“Hai, Gerald!” seorag gadis secara mengejutkan keluar dari semak-semak. Gerald hampir melompat karena kaget, “Sial! Ngapain kamu di sini?” tanya Gerald dengan ekspresi terkejut sekaligus sambil menahan tawa melihat kemunculan yang tak terd
Whitney ingin memiliki Gerald seutuhnya. Dulu, Gerald mungkin akan senang bisa dekat dengan orang semenarik dan setegas Whitney. Tetapi setelah semua perlakuan buruk yang dilakukan Whitney padanya, Gerald benar-benar telah kehilangan simpatik pada Whitney.Kini, menghadapi sisi lain Whitney yang manja dan liar, Gerald tidak tahu harus bagaimana. Dia panik. Sekujur tubuhnya merinding. Dia akhirnya memutuskan untuk menarik tangannya dari pegangan Whitney dan berlari kabur. “Geraaldd! Jangan kabur!” teriak Whitney seketika. Dia lalu tersenyum pada dirinya sendiri.Hehehe... Whitney awalnya mengira bahwa Gerald sudah berada pada titik puncak benci. Tetapi ternyata Gerald hanya takut pada Whitney. Itu artinya Whitney masih punya kesempatan. Bayangan-bayangan manis mulai berputar di pikiran Whitney. Dia menyilangkan lengan di depan dada dan mencoba memperhatikan mobil Lamborghini di depannya. ‘Suatu hari, aku akan duduk di samping Gerald dan dia akan membawaku jalan-jalan keliling kampus,
”Gerald, ke sini!" kata Cassandra setelah sebelumnya memandang ke seantero isi kelas."Gerald, ada sesuatu yang saya mau beritahukan ke kamu. Suami dari teman kuliah saya akan membuka sebuah bar besok. Mereka kekurangan tenaga pekerja jadi mereka membuka lowongan kerja paruh waktu. Bayarannya lumayan besar kalau dibandingkan dengan tempat lain," kata Cassandra sambil menyilangkan lengan di depan dada."Bekerja paruh waktu? Ss... saya..." "Apa? Kamu apa? Kamu nggak paham maksud saya? Jadi besok di sana akan sangat sibuk karena pembukaan hari pertama dan mereka kekurangan tenaga pekerja. Kamu tahu lokasinya di mana? Di Mayberry Commercial Street! Semua orang tahu itu kawasan bisnis elit yang berarti mereka nggak akan merekrut orang yang biasa saja. Mereka mencari orang yang berpenampilan menarik dan pantas.""Sayaa...""Kamu apa? Sudah diputuskan. Saya akan hadir ke sana besok dan kamu harus ikut!" Cassandra memutuskan sepihak.'Ah, sial!' umpat Gerald dalam hati.Gerald baru akan menga
”Karena aku nggak mau hubungan ini berlanjut,” kata Gerald memberanikan diri.“Maksud kamu apa?”“Mmm... Alice, ada kesalahpahaman di sini. Aku... aku ke sana bukan untuk bertemu kamu waktu itu dan aku sudah berusaha mengatakannya. Aku ke sana untuk mengajak Mila, salah satu teman jurusanmu, untuk makan malam bersama. Tapi kemudian setelah aku masuk, para mahasiswi dari jurusanmu merubungiku, mereka mengira aku berniat menyatakan cinta ke kamu dan setelah itu...” Gerald masih berusaha keras menjelaskan semua yang tertahan di hatinya akhir-akhir ini. Alice menarik napas berat. Kata-kata Gerald pelan-pelan serasa menusuk jantungnya. “Lalu aku muncul dan aku salah mengira bahwa kamu di sana untuk mencari aku? Bahkan aku menyatakan mau jadi pacarmu, begitu kan?” timpal Alice dengan alis berkerut. “Ya! Aku nggak bisa menjelaskan semuanya saat itu karena aku pikir kamu akan merasa dipermalukan.”“Oke, aku mengerti sekarang. Aku cuma gadis bodoh yang sangat bisa dipermainkan.” Timpal Alice
“Eh, Mila, lihat! si berengsek itu ada di sini.” “Bukannya dia sudah jadian, ya sama Alice? Untuk apa dia ada di luar kelas kita?”“Pppfft... apa jangan-jangan si berengsek ini mau kembali sama Mila lagi? Ya, Tuhan, aku benar-benar nggak ngerti yang ada di pikiran Alice. Kenapa dia mau kencan sama pria pecundang macam Gerald?”Saat itu Gerald sedang menunggu di depan kelas Mila ketika tiba-tiba teman-teman sekelas Mila mencibirnya. Untungnya Gerald sudah kebal dengan hal semacam ini, itu tidak akan menghalangi niatnya untuk mengajak Mila keluar jalan-jalan. Mila sedikit terkejut mengetahui bahwa Gerald datang jauh-jauh datang untuk mencarinya. Dia sempat kecewa karena Gerald tidak mencoba menelepon balik tadi. Eh, ternyata Gerald malah mendatanginya langsung. Singkat cerita, Mila mengiyakan ajakan Gerald. Itu karena Mila percaya padanya. Sebenarnya, Mila sempat menyesal karena telah menampar Gerald tempo hari. Dalam lubuk hatinya, Mila yakin bahwa Gerald bukan pria jahat yang suk
Cara menggelengkan kepalanya dengan perasaan kecewa. Mila yang mulai merasakan situasi yang kurang bersahabat, mencoba mengalihkan topik pembicaraan.“Cara, kamu kemarin bilang beberapa temanmu dari luar negeri juga datang ke Mayberry. Di mana mereka?”“Oh, iya. Mereka akan ke sini. Aku awalnya berencana untuk mengundang mereka makan siang sekalian bertemu kalian berdua. Mereka itu kalangan elit yang berkuliah di luar negeri, tapi lihat tempat kumuh ini. Bagaimana mungkin aku akan mengundang mereka ke sini?”“Aku yakin restoran yang dipesan Gerald cukup bagus, kok. Kamu lihat deh, tempat ini nggak begitu buruk. Lagipula, restoran ini menawarkan pondok dan penginapan juga, jadi kita bisa mengatur penginapan untuk teman-temanmu,” lanjut Mila. “Hah!? Apa? Menyuruh mereka untuk menginap di sini? Mila kamu jangan mengada-ada deh, kamu mau membuat aku malu di depan teman-temanku?” Setelah berkata demikian, HP Cara berbunyi. Dia segera menjawab telepon itu. “Apa? Kalian sudah sampa
Gerald dan yang lain akhirnya menuju ke Homeland Kitchen.Saat ada di tempat parkir, teman-teman Cara sempat terkejut melihat Lamborghini milik Gerald. Tetapi kemudian Cara menjelaskan bagaimana Gerald bisa membeli mobil itu dan fakta bahwa Gerald tidak memiliki perencanaan yang baik untuk masa depannya. Kakak-beradik Wade yang sempat kagum pada Gerald langsung berubah menunjukkan cibiran mereka. Mereka merasa Gerald hanya buang-buang uang saja dengan membeli mobil mahal itu.Gerald menelan semua cibiran mereka dengan senyum acuh tak acuh.Menyadari situasi Gerald yang terpojok, Quron tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk unjuk diri. Dia menghubungi salah satu temannya di Kota Mayberry untuk meminta tolong melakukan pemesanan meja di Homeland Kitchen.Semua orang merasa heran, terutama Cara."Wow! Quron, aku sama sekali gak nyangka lho ternyata kamu punya banyak kenalan ya di Mayberry. Hahahaha...padahal Homeland Kitchen itu restoran yang mewah, eksklusif dan terkenal. Tempat yang