Helen mulai penasaran dengan identitas pacar putrinya. Tetapi Mila sejauh ini tidak mau memberi penjelasan apapun. Mila hanya meminta keluarganya untuk bersabar dan kooperatif.Gavin dan Helen tidak mengerti yang ada dalam pikiran Mila."Bu, lihat. Itu Mila datang."Orang yang dimaksud sedang berjalan memasuki ruangan sambil menggandeng Gerald pelan melewati para tamu. Mereka berdua harusnya sudah datang sejak tadi kalau saja Gerald tidak terlebih dahulu ke kamar mandi. “Wah, Mila sepupuku, cantik banget kamu hari ini!”“Lihat! Siapa yang menggandeng tangan Mila?”“Siapa pria itu? Datang dari keluarga mana dia? Kayanya aku ga pernah lihat wajahnya.”“Wah, pria itu beruntung banget sih bisa mendapatkan Mila.”Kerabat Mila mulai berbisik-bisik dan melempar komentar. “Hah? Dia!” Helen seketika terkejut ketika melihat Gerald di sana. Pantas saja Mila menolak memberitahu siapa pacarnya, ternyata pria pecundang ini!Tentu saja Mila sengaja menyembunyikan soal ini. Jika tidak, dia pasti tid
”Saya tidak membawa kado apapun” jawab Gerald dengan senyum penyesalan. Gerald sudah berniat membawakan kado untuk Oma, tapi Mila melarangnya. Alasan Mila adalah mereka berdua cukup membawakan satu kado saja dan Mila sendiri yang mencari kadonya. Itulah alasan hari ini Gerald datang dengan tangan kosong. Dia datang ke pesta hanya untuk membuat nenek Mila bahagia. Gerald tidak menyangka di sana Irene membahas soal kado dengan tujuan untuk memojokkannya. “Apa? Dia nggak bawa kado? Padahal aku pikir pacar Mila akan membawa sesuatu yang berharga!”“Bukannya pacar Mila ini anak orang kaya? Ya, logikanya kalau dia berasal dari keluarga berada, harusnya paham etika dan tata krama, dong. Apalagi ini pertemuan pertamanya dengan Oma, eh malah nggak bawa apa-apa!”“Sama sekali nggak bisa dibandingkan dengan Kenneth!”Terdengar gumaman cemoohan di seantero ruangan. Meski mereka berbisik-bisik, tapi setiap kalimat yang dilontarkan dapat terdengar dengan jelas. Melihat kondisi yang terjad
Gosip memang hal yang membahayakan. Suara dengungan komentar yang bising masuk ke telinga Gerald. Semua orang menatap Gerald dengan ekspresi yang tidak bersahabat.“Oke, jadi dengan kata lain, anak muda ini berbohong pada Mila?” tanya Rita yang temperamental. Dia bergegas bangkit dari tempat duduknya sebelum melempar tanya dengan nada dingin.Nenek Mila juga menunjukkan raut yang sangat kecewa. Irene melirik Kenneth dengan sunggingan senyum sinis. Dia merasa sangat puas sudah menumpahkan semua kebenciannya. Rita menoleh pada Mila dan berkata, “Mila, bukankah kamu pernah bilang kalau Gerald baru membeli BMW seri 7? Aku sudah merasa ada yang nggak beres. Harusnya Gerald mengendarai mobilnya ke sini, tapi ternyata nggak. Sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu pernah melihat mobil Gerald dengan mata kepalamu sendiri?” Mila hanya bisa diam karena tidak tahu harus menjawab apa.“BMW seri 7? Rita, kami punya tiga cabang dealer BMW di seluruh Kota Mayberry. Sudah lama kami nggak menjual
Ketika semua orang saling berbisik satu sama lain, tiba-tiba ponsel Rita berdering. Ekspresi Rita langsung girang melihat nama yang tertera di layar ponselnya."Ya, Sis? Hah, kamu sudah sampai di bandara? Bukannya kamu kemarin bilang nggak bisa datang ke ulang tahun Oma? Aaa... oke, oke! Iya aku jemput kamu sekarang, ya!"Setelah menutup telepon, Rita berkata, "Oma, coba tebak siapa yang akan datang? Dia baru mendarat dari negara M dan sekarang dia sudah sampai di bandara.""Ooh, pasti Cara, ya... Oma tahu dia pasti akan datang." Wanita tua itu tersenyum dan melanjutkan, "Kalau begitu Mason saja yang jemput Cara. Mason kamu sendiri jemput dia bisa, kan? Biar Queenie tetap di sini.""Oke, Oma!" jawab Mason pendek. Dia bergegas mengambil kunci mobil BMWnya dan melaksanakan perintah dari Oma.Ekspresi di wajah Mila terlihat sangat muram. Pasalnya, Cara adalah adik Rita yang sangat dekat dengan Mila. Di antara sepupu yang lain, Mila paling akrab dengan Cara. Sejak kecil mereka sering mengh
Gerald dan Mila lalu mengikuti keluarga Smith ke parkiran.Segera, Mason menceritakan kronologi kejadiannya, "Pa, aku benar-benar nggak sengaja. Ini semua salah tukang parkir. Aku tadi mengikuti arah petunjuknya, dia bilang masih bisa mundur terus. Itulah kenapa kemudian aku menabrak mobil ini!""Mobil ini adalah tipe Lamborghini paling mahal. Butuh sekitar seratus sampai seratus dua puluh ribu dolar untuk memperbaiki kerusakannya. Apalagi ditambah lampu depannya pecah!"Orang-orang di sana yang paham soal mobil itu hanya bisa terkejut."Siapapun pemilik mobil ini pasti bukan orang sembarangan. Kita mungkin bisa membayar ganti rugi untuk memperbaiki kerusakannya, tapi kita akan meninggalkan kesan buruk di depan orang yang penting. Ditambah lagi, sepertinya mobil ini baru dibeli!""Oke coba kita pikirkan bersama. Di Kota Mayberry, siapa kira-kira orang yang mampu membeli mobil sport mewah seharga satu juta lima ratus sampai tiga ratus juta dolar?"Mereka lalu saling berbisik satu sama l
Setelah berkata demikian, Gerald berjalan mendekati mobilnya untuk memeriksa. Bohong kalau dikatakan dia sama sekali tidak frustasi melihat kerusakan pada mobilnya. Tetapi, ya, mau bagaimana lagi? Semua sudah terlanjur terjadi. Lagipula dia juga tidak mau mengacaukan pesta ulang tahun nenek Mila. Jika dia meminta ganti rugi, bagaimana harga diri Mila nanti? Dan akan memalukan juga bagi dirinya. Karena tidak punya pilihan lain, Gerald memutuskan menerima saja nasib sialnya hari ini, dan menyuruh keluarga Mila melanjutkan pesta. Nanti dia bisa membawa sendiri mobilnya ke 4S untuk diservis. “Kamu pikir kamu ini siapa? Entengnya bilang tidak apa-apa. Apa masalah jadi beres karena kamu bilang semua baik-baik saja?”“Kalau kamu Tuan Crawford, baru kamu bisa bilang ini bukan masalah besar.” “Tepat! Kalau kita pergi, ini akan dianggap sebagai tabrak lari. Setelahnya, kita harus menanggung risiko yang lebih besar. Kamu ini nggak ngerti aturan hukum atau bagaimana, sih?”Sepupu dan keraba
Dua juta enam ratus ribu dolar! Apa-apaan ini? Tidak mungkin!Irene bergegas ke mobil dan membalik kartu SIM yang di sana dan memotretnya.Cekrek! Saat Irene melihat SIM itu, sekali lagi dia tercengang dan menjatuhkan kartu itu ke tanah.Gerald berkomentar dengan nada mencemooh, “Kalau kamu nggak mau melihat SIM itu, kenapa harus dilempar ke tanah?” “Orang-orang di sini banyak yang tidak mengerti. Gerald, kenapa kamu nggak cerita sama Tante bagaimana awalnya kamu bertemu Mila?” Kali ini Helen yang bersuara. Dia lalu mengambil kartu SIM yang tergeletak di tanah dan memastikan identitas yang tertulis di sana. Dengan lembut Helen menarik tangan Gerald. Dia berubah bersikap sangat sopan dan penuh kasih sayang seakan Gerald adalah putranya sendiri. “Oh, iya Tante, kami bertemu di tempat kursus mengemudi,” jawab Gerald singkat.“Hahaha... Tante tahu betul pasti Mila memilih orang yang tepat. Sejak awal bertemu kamu, Tante yakin pasti kamu bukan orang sembarangan. Bagaimana mungkin kam
Gerald merasakan jantungnya berhenti berdetak sejenak ketika mendengar teriakan itu. Dia lalu bergegas menghampiri. Parit itu cukup tersembunyi karena tidak ada taman atau apapun di dekatnya. Wanita itu masih menangis dan sekujur tubuhnya basah kuyup. Ketika dia melihat Gerald, dia sudah hampir jatuh berlutut, “Cepat! Cepat! Tolong selamatkan putriku!” Wanita itu terlihat memakai banyak perhiasan dan sepertinya berasal dari keluarga bangsawan. Dia segera menunjuk ke arah sungai dan di sana Gerald melihat seorang anak perempuan menggapai-gapaikan tangannya ke atas air. Anak kecil itu tersandung dan tidak sengaja tercebur. Wanita itu berusaha menyelamatkan putrinya tapi yang bisa dia lakukan hanya berteriak minta tolong karena dia juga tidak bisa berenang. Gerald semakin panik ketika melihat tubuh anak itu perlahan berhenti bergerak dan mulai tenggelam. Akan berakibat fatal kalau dia tidak bertindak cepat. Akhirnya tanpa berpikir dua kali, Gerald segera menceburkan diri ke dalam su