Share

Saat Mamer Bertindak

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-27 05:34:47

“Kalau kabur alamat nggak dapet warisan, mana lagi nggak punya duit lagi. Apes banget sih hidup aku.” Desi menghembuskan nafas kasar lalu menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.

Semalam tidak bisa tidur dan sekarang waktunya untuk memejamkan mata karena memang ia juga merasa mengantuk. Meratapi pun tidak akan mengubah keadaan jadi lebih baik tidur, Desi bertahan hanya karena memikirkan uang warisan yang akan didapatkannya padahal belum pasti, umur tidak ada yang tahu bukan. Sama seperti apa yang dikatakannya pada sang ibu tadi.

Desi berada di alam mimpi sampai sore menjelang. Ia terbangun karena mendengar suara orang-orang dari luar rumah. Desi yang orangnya memang kepo langsung loncat dari kasur dengan terburu-buru mengintip dari jendela rumahnya.

“Wah, orang kaya dari mana tuh lewat?” gumamnya.

Ia keluar dari rumah guna melihat kemana mobil itu melaju. Kening wanita itu berkerut saat mobil mewah itu berhenti di depan rumah Launa. Bahkan terlihat ibu-ibu juga saling berbisik membicarak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Keturunan Pelakor

    “Mama mer-”“Nyonya Kania!” Bu Nia memperjelas, “Jangan sembarangan manggil orang! Jangan sok kenal!” bentaknya dengan mata melotot.“Ayo pulang, Ma.” Damar merangkul sang ibu, tidak mau sampai membuat keributan disana.“Sampai ketemu lagi, kujahit mulutmu itu! Sembarangan goda laki orang. Kalau udah gatel sana cari laki sendiri!”“Dia udah nikah, Ma. Udah sih, kita pulang ya.” Damar masih mencoba membujuk ibunya sedangkan Launa menahan tawa melihat ekspresi wajah Desi.“Eh, nggak ada ceritanya istri punya suami dua. Kecuali kalau emang situ dipake rame-rame,” celetuk Bu Nia membuat wajah Desi langsung memanas karena malu.Desi terdiam masih shock dengan perkataan Bu Nia.Bu Rt yang melihat itu begitu puas, akhirnya ada yang bisa membuat Desi mati kutu seperti ini dengan mulut yang lemes dan perkataan yang tidak memakai saringan.“Pulang yuk, Ma. Nanti Aslan nyariin.” Launa juga mencoba membujuk Bu Nia agar bisa diajak pulang.Bu Nia melengos setelah melayangkan tatapan tajamnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Saling Menguntungkan

    “Iya, Emak kamu ini pelakor dan saya korbannya. Terus ceritanya kamu mau mengulang sejarah jadi pelakor, mau rebut anak saya dari istrinya? Mimpi aja sana! Harusnya yang diwarsikan itu yang baik ini malah bibit pelakor!” Dengan gamblangnya Bu Nia bicara.Suara keras wanita itu bahkan bisa dengan jelas didengar oleh orang-orang disana yang langsung berbisik-bisik.“Jaga mulutmu itu!” Bu Siti menjambak rambut Bu Nia dengan gerakan cepat.“Lepaskan tangan kotormu dari rambutku, jal*ng!” pekik Bu Nia yang balas menjambak rambut Bu Siti.“Jangan seperti ini, bicara baik-baik. Malu dilihat orang.” Pak Adi mencoba untuk menjauhkan keduanya tapi tidak bisa, seolah kedua wanita itu memiliki kekuatan besar.“Desi, pegang ibumu. Kenapa hanya diam?”“Biarin aja, Pak. Kapan lagi lihat beginian,” ujar Desi seperi tidak ada rasa khawatirnya pada sang ibu.Ibu-ibu juga bukannya membantu memisahkan mereka malah bersorak layaknya sedang menonton sebuah pertandingan.Bu Nia yang memliki kekuatan lebih b

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Sekilo Kurang Se-ons

    “Tapi rencana ini nggak instan, To.” “Mie aja yang instan harus direbus dulu 'kan?” Damar yang baru saja keluar kamar langsung menyahut, lelaki itu berjalan mendekat menghempaskan tubuhnya di samping sang istri. “Bener kata Mas Damar. Kamu harus sabar tapi sambil nunggu rencana ini berjalan mending kamu pulang aja. Udah lama 'kan nggak jenguk istri kamu.” “Tapi, Bu. Soal kerjaan saya ….” “Saya itu marah, marah banget sama kelakuan kamu, To. Tapi saya kasihan sama istri kamu yang sakit. Kamu harus berterimakasih sama istri kamu karena berkat dia kamu nggak jadi saya pecat.” “Be-benar, Pak?” “Iya. Udah pulang sana, siap-siap balik kampung. Tapi terserah kamu sih, itu saran dari kami.” “Tapi kerjaan saya, Pak?” “Udah kamu disana aja dulu, saya juga masih liburan disini nanti saya balik ke kota baru kamu juga balik.” “Kamu juga disini makan hati terus dibuat si Desi, mending jenguk istri kamu dulu. Kasihan loh, pasti nunggu kamu pulang.” tambah Launa. Anto merasa sangat bersyukur

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Gentayangan

    Damar tengah menunggu tukang bakso lewat sementara Launa sedang mandi, wanita itu memang yang meminta Damar menunggu tukang bakso yang biasa lewat depan rumah. Apapun akan dilakukan jika untuk istrinya meski harus menunggu di depan rumah dan menjadi pusat perhatian para ibu-ibu.Saat suara mangkok dan sendok beradu itu sebuah pertanda kedatangan tukang bakso. Damar tersenyum sumringah, ia bahkan sudah pegal. Padahal ia bisa saja duduk tapi malah memilih berdiri.Damar segera menghampiri gerobak bakso itu, meski harus sedikit mengalah pada ibu-ibu lain. Ia tidak mau berdesakan.“Mang, bakso ya. Bakso yang paling besar tapi nggak usah pakai kuah, kecap sama sambal aja.”“Yamin maksudnya?”“Iya itu kali, nggak tahulah. Pokoknya nggak usah pakai kuah, pake bawang sama seledri yang banyak.”“Berapa mangkok?”“Satu aja. Satu lagi pake ini aja.” Damar mengarahkan telunjuknya pada tusuk kayu yang ada di dekat sendok dan garpu.“Berapa biji?”“Dua aja.”Damar hanya penasaran bagaimana sensasin

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Mamer Tak Ada Lawan

    “Kenapa diam?”“A-anu, Bu. A-anu aku ….”“Anu, anu. Anu kamu kenapa emang?” tanya Bu Nia dengan mata melotot khas dirinya saat sedang marah.“I-itu …”“Gatel? Minta digaruk pake ini?” Bu Nia mengangkat garpu rumput di tangannya. “Beraninya kamu ngintip anak sama menantu saya? Mau bintitan kamu?”Desi membelalak tubuhnya mundur teratur saat Bu Nia memajukan langkahnya.“Sekali lagi saya lihat kamu deketin anak saya, saya botakin kamu ya! Saya nggak main-main, di belakang ada gunting rumput, mau sekalian aja sekarang? Ayo!”“Ti-tidak, Bu.”“Ba bu ba bu. Aku bukan Ibumu. Panggil aku Nyonya Kania.”“I-ya, Nyonya.”“Saya peringatkan sekali lagi. Nggak cuman botakin kamu, saya kasih masuk kamu ke parit habis itu diarak keliling kampung biar jadi tontonan sekalian karena kamu itu sukanya cari perhatian 'kan?”Desi menggeleng tanpa bisa berkata-kata. Saat berdekatan dengan Bu Nia memang auranya sangat berbeda, begitu mengerikan bahkan Desi yang banyak bicara saja tidak bisa berkutik, bukan ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Kepanasan di Kamar Sebelah

    “Pelan-pelan. Ini minum dulu.” Anto menyodorkan gelas berisi air putih pada Desi.Beruntung tidak ada orang di hadapan Desi, jika ada sudah pasti Desi dimaki karena menyemburkan nasi.Laras yang tadi mengantarkan makanan untuk Desi tidak terlalu memperhatikan karena sibuk dengan pembeli.Desi masih sibuk dengan pikirannya karena sampai tidak bisa mengenali Anto. Lelaki yang beberapa bulan lalu ditemuinya itu tidak terawat bahkan dekil di mata Desi tapi sekarang sangat berbeda. Sudah pasti karena Anto tinggal bersama istrinya jadi apapun kebutuhannya tersedia. Juga karena bantuan Sang Nyonya Muda, Launa.Dan ini juga salah satu rencana yang disarankan oleh Launa saat itu. Untuk menarik perhatian Desi itu yang pertama sudah pasti penampilan karena jika sudah dibuat jatuh cinta uang akan menjadi nomor sekian.“Kamu ya yang sengaja minta Bapak sama Ibu buat bawa aku kesini!” bentaknya, ia tidak ingin ketahuan terpesona pada suaminya sendiri. Itu akan sangat memalukan bagi Desi.Suara Desi

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Hal Tersembunyi?

    “Siap-siap aja. Lusa kamu balik ke sini. Ke kampung istri saya,” ujar Damar.“Apa?”“Istri kamu sekarang udah sehat jadi sekalian aja bawa kesini, To. Katanya istri saya juga ada kerjaan buat Laras, siapa tahu cocok.”“Baik, Pak.”“Daripada kalian tinggal terpisah 'kan. Okelah, saya tunggu kamu balik.”“Terima kasih banyak, Pak.”Launa masuk dengan secangkir kopi di tangan.“Habis telepon siapa, Mas?”“Anto.”“Jadi, kamu minta dia kesini?”Launa terbahak.“Kenapa malah ketawa?”“Si Desi udah dibawa jauh-jauh kesana eh ujungnya balik lagi kesini.”Damar mengedikkan bahunya, “mau gimana lagi. Dia harus ikut kemanapun suaminya kerja.”Mereka masih berada di kampung halaman Launa karena Damar akan membuka lapangan pekerjaan d

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Kalah Telak

    “Ada apa, Mas?”“Sayang ….”“Kalau nggak ngomong ak-”“Iya, iya. Ada sedikit masalah, tadinya aku nggak mau cerita ke kamu karena takut kamu kepikiran. Tapi aku bakalan segera selesaikan kok, nggak usah khawatir.”Kedua tangan Launa terangkat membingkai wajah sang suami, “aku percaya kamu bisa menyelesaikan semuanya. Aku nggak bakalan mikirin sesuatu yang bakalan bikin kondisi kehamilan aku terganggu.”“Maaf.”“Udah, nggak apa-apa.”Damar merogoh kembali ponselnya memperlihatkan layar dan nama Amel terlihat disana, ia lalu memutuskan sambungan telepon. “Aku percaya kok, Mas.”“Kamu 'kan biasanya cemburuan, sayang.”“Nggak setiap saat juga, Mas. Emang aku berlebihan banget ya?”“Nggak kok, sayang. Masuk yuk, Anto kasihan udah nunggu.”Keduanya melangkah masuk

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30

Bab terbaru

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Akhir Yang Tak Sama

    Patah hati terparah yang pernah Bagas rasakan, padahal hanya mengetahu mantan istrinya disukai lelaki lain. Itu baru sebatas menyukai bagaimana jika Hanum benar menikah dengan Malik? Hatinya akan lebih hancur daripada ini.“Ayah kenapa?” Mentari menegur sang ayah yang diam mematung dengan kedua sorot matanya tidak lepas dari kedua orang yang masih saling berinteraksi.“Nggak papa kok. Ayo masuk.” Bagas mencoba untuk bersikap wajar meski hatinya porak-poranda.Ia menemani Mentari karena Bu Wiwik sedang tidak ada di rumah sedangkan Hanum masih sibuk di warung, Bagas memiliki banyak kesempatan untuk bersama dengan Mentari tapi tidak sebahagia sebelumnya karena saat ini melihat Hanum dan laki-laki bernama Malik itu membuat pikiran Bagas tidak karuan.“Ayah capek ya, tidur aja dulu. Nanti kalau nenek pulang aku bangunin.” Mentari begitu perhatian padahal yang membuat Bagas tampak lesu jelas bukan karena ia yang memang merasa kelelahan tapi karena faktor lain yang tidak akan dimengerti oleh

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Cemburu

    Faz mengerucutkan bibirnya kesal, “Apaan sih, Ma. Aku sama Rendi nggak ngapa-ngapain kok,” sangkalnya karena memang mereka hanya sebatas berpelukan.“Halah. Mana ada maling mau ngaku. Kalau Mama nggak dateng pasti sudah kebablasan,” cibir Bunga.“Enggak, Ma. Jangan nuduh begitu, kasihan Rendi. Orang kita cuman pelukan kok.”Rendi tesenyum kikuk, “Maaf, Tante. Saya nggak bermaksud.”“Kalian udah lama loh berduaan.” Bunga mengusir dengan halus.“Kalau begitu saya pamit, Tante.” Lelaki itu langsung peka jika dirinya saat ini sudah disuruh untuk pulang.“Pinter.”“Ma.” Faz langsung melayangkan protes, “lama dari mananya, belum seharian kok.”“Aku pulang dulu ya.” Rendi langsung pamit pada Faz dan juga Bunga.Rendi itu sangat peka apalagi tahu seperti apa watak dari calon ibu mertuanya, meski terlihat galak Bunga itu sebenarnya baik dan sudah mulai membuka pintu restu untuk Faz dan juga Rendi.“Mama main ngusir aja sih!”Bunga langsung mengambil posisi duduk di samping sang putri, “kamu be

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Ikhlas Melepas

    “Nggak, Ma. Aku tetap pada pendirian aku, aku mau tinggal di kampung. Setelah menemui Faz nanti baru aku pergi, nanti aku kembali saat Faz melahirkan.”Bukan tidak ingin tanggung jawab dengan terus ada di samping Faz tapi Bagas tahu jika Faz tidak menginginkan kehadirannya karena rasa bencinya pasti begitu besar. Jadi daripada membuat Faz semakin tidak nyaman lebih baik Bagas sadar diri.“Kok kamu jadi gini sih, Gas? Kamu diancam sama Hanum?”Bagas enggan mendengar ocehan sang ibu yang selalu saja merendahkan Hanum dan menganggap Hanum itu tidak baik. Kurang apa Hanum selama ini, wanita itu begitu setia dan menerima Bagas apa adanya, menunggu restu yang tak kunjung didapat dan pada akhirnya Hanum pun mundur.“Sudah ya, Ma. Aku capek.” Bagas menutup pintu kamarnya dan langsung mengunci dari dalam, enggan untuk diganggu.Semuanya sudah hancur tak bersisa, jika masih melakukan sesuatu yang buruk apalagi berdampak pada orang lain maka Bagas tidak akan bisa tenang mungkin saja akan lebih h

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Memilih Pergi

    “Bukan, bukan. Aku nggak pernah sama sekali berpikir kayak gitu, Faz. Aku terima kamu dan bayi kamu tapi kalau sampai harus ikut merahasiakan aku nggak bisa. Lebih baik segera kamu bicarakan sama Bagas. Aku nggak maksa, tapi menurut aku lebih baik seperti itu.”Faz akan percaya jika Rendi benar-benar mencintainya setelah mereka resmi menikah sedangkan sekarang kondisi masih tidak memungkinkan karena memang Faz masih hamil. Harus menunggu beberapa bulan lagi sampai nanti bayi itu lahir.“Kalau bisa aku menikahi kamu sekarang agar kamu percaya pasti akan aku lakukan, tapi kondisi saat ini kamu tahu sendiri seperti apa. Aku mohon percaya sama aku, aku sama sekali nggak berpikir sampai ke situ.”Faz merasa bersalah juga karena akhir-akhir ini ia memang mudah sekali tersulut emosinya dan akhirnya Rendi yang kena semprot padahal lelaki itu begitu setianya mendampingi, mendengar semua keluhan yang dirasakan oleh Faz meski memang tidak bisa mendampingi benar-benar ada di samping Faz karena la

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Saat Istri Sudah Lelah

    Bagas tidak percaya saat membaca ulang pesan yang dikirimkan oleh Hanum. Ia tahu betul Hanum tidak akan mungkin meminta pisah seberat apapun masalah dalam rumah tangga mereka, bahkan saat tak kunjung mendapat restu saja ia masih bertahan bertahun-tahun. Bagas malah berpikir pasti ada yang menghasut Hanum sampai berpikir untuk berpisah, ia tidak sadar jika Hanum seperti ini karenanya yang malah mengejar Faz yang sudah jelas tidak akan mungkin bisa didapatkannya lagi.Harusnya saat Hanum menerima semuanya setelah tahu Bagas menikah lagi, lelaki itu jangan berbuat hal macam-macam yang membuat Hanum semakin tersakiti. Tapi Bagas malah melakukan hal yang sebaliknya dan sekarang kaget sendiri saat Hanum bertindak tegas."Ma, aku pergi dulu." Bagas berdiri dengan perasaan tidak karuan."Mau kemana?""Ada urusan. Pokoknya sebelum urusan aku selesai aku nggak bakalan pulang." Menyambar kunci mobil lalu berlari keluar membuat sang ibu terheran-heran.Saat mencoba menelpon Hanum, malah tidak bis

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Mengejar Restu

    "Nggaklah, aku nggak mau. Sembarangan!""Nggak usah ngegas juga, Papa cuman becanda." Aslan bercanda tapi dengan wajah yang datar, siapapun tidak akan menyangka lelaki itu bercanda.Faz mencebik. "Bercandanya nggak lucu, Pa.""Kamu nggak bisa menikah dalam keadaan hamil, Faz. Kamu nggak tahu itu?""Tahu dong, Pa. Tapi 'kan dapet restu dari Papa sama Mama nggak gampang jadi dari sekarang aja ngomongnya karena belum tentu langsung dikasih jalan.""Ya udah."Mata Faz langsung berbinar. "Papa kasih restu?""Ya udah kamu keluar sana, Papa lagi kerja nih. Kamu sama Mama kamu sama aja ganggu Papa hobinya.""Terus kapan kasih restu, Pa? Aku pengen nikah.""Kapan-kapan aja. Kamu juga pengen nikah tetep nggak bisa sekarang, udah kalian keluar."Faz menghela nafas panjang lalu melangkah keluar dari ruangan sang ayah sedangkan Bunga masih berdiri di samping meja kerja sang suami."Mas, gimana?"Sebelah alis lelaki itu terangkat. "Gimana apanya?""Mau kasih restu? Aku nggak mau ya kalau punya mena

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Bagas Berubah

    Jika hati dan tubuhnya bahkan sudah terbagi, apalagi yang menjadi alasan Hanum bertahan jika bukan Mentari. Berat rasanya bertahan bersama Bagas saat tahu lelaki itu sudah mencintai wanita lain yang sekarang sudah menyandang status sebagai mantan istri lelaki itu.Hanum lebih rela menemani masa sulit suaminya, daripada menemani lelaki yang sudah membagi hatinya seperti ini. Itu sangat menyakitkan.Mungkin jika kebohongan Bagas tidak diketahui oleh Faz, bisa saja Hanum yang akan ditinggalkan oleh Bagas. Sekarang Hanum tidak lagi merasa takut jika akan ditinggalkan. Ia sudah sangat lelah dengan apa yang terjadi, kesabarannya sudah dipertebal tapi malah ini yang didapatkan.Sudah satu minggu Bagas pergi, semenjak Hanum melihat foto Faz yang masih tersimpan di ponsel Bagas bahkan dijadikan tampilan layar. Lelaki itu hanya menghubungi sekedar untuk bicara pada Mentari, Hanum seolah tidak dianggap dan wanita itu pun tidak peduli lagi. Ia lelah jika terus meladeni Bagas yang sama sekali tida

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Fotonya di Ponsel Suamiku

    POV Author“Mau kemana, Mas?”“Ada urusan.”“Urusan apa?”“Urusan penting.” Bagas menepis tangan Hanum membuat wanita itu mengernyit heran.Sikap Bagas berubah meski lelaki itu terus menepis dan mengatakan jika ia tidak berubah sama sekali tapi di sini Hanum yang merasakannya. Suaminya itu bersikap dingin bahkan jarang pulang padahal Bagas sendiri yang mengatakan jika ia tidak akan lagi bekerja di kota. Tapi lelaki itu selalu beralasan ada urusan di kota tapi tidak menjelaskan dengan detail urusan apa yang sedang dilakukannya.“Apa ini cuman perasaan aku doang ya.” Hanum menggeleng, “jangan mikir macam-macam, Hanum. Mas Bagas pasti lagi sibuk apalagi perusahaannya sekarang udah hancur.”Hanum tahu soal perusahaan keluarga suaminya yang akhirnya hancur. Ada rasa bersalah menyusup dalam dadanya karena ia yang berencana untuk memberitahu secara tidak langsung pada Faz soal siapa Hanum sebenarnya.Kalau saja Bagas tahu Hanum sengaja tidak memberitahu jika Faz akan mengikuti, sudah pasti l

  • Lelaki Yang Kau Pamerkan Itu Suamiku   Pengorbanan Bernilai

    “Aku cinta sama kamu.”“Bullshit! Nggak usah kamu keluarkan rayuan kamu dalam situasi ini, Mas. Aku tetep pada keputusan aku buat pisah. Aku nggak mau jadi sumber derita buat wanita lain yang nggak tahu apa-apa. Mbak Hanum pasti nggak tahu soal permainan kamu ini 'kan?”“Kita selesaikan baik-baik ya, jangan kayak gini.”“Iya, aku emang mau selesaikan ini baik-baik sama kamu. Kita pisah tapi aku nggak bakalan cabut dana yang mengalir ke perusahaan ayah kamu tapi setelah kerjasama selesai jangan harap dapat bantuan lagi kalau sampai nanti perusahaan itu kembali jatuh!”“Sayang ….”“Cukup, Mas! Kamu nggak kasihan sama istri dan anak kamu. Nggak usah kamu korbankan mereka cuman akrena harta yang nggak bakalan kamu bawa mati.”“Ini bukan soal harta tapi perasaan aku. Kamu nggak percaya?”“Nggak, aku sama sekali nggak percaya sama kamu. Kebohongan kamu sebelumnya bahkan aku masih nggak percaya kalau itu sebuah kenyataan.”Aku merasa beruntung karena belum memberikan hatiku padanya, tidak ma

DMCA.com Protection Status