Share

Bab 14

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-17 14:03:38

Amisha mengira Dede akan dengan senang hati menyetujui kontrak yang ditawarkannya. Mengingat ia sudah sangat royal memberikan kompensasi sepuluh kali lipat dari gajinya sebagai office boy, ditambah dengan beragam fasilitas mewah lainnya selama ia menjadi tunangan kontrak. Ia benar-benar tak menduga jika lelaki itu akan jual mahal dan mencoba bernegosiasi dengannya.

Apa dia tidak takut dipecat?’ pikir Amisha, semakin heran dengan sosok Dede.

“Terserah Nona kalau memang Nona keberatan. Aku hanya mencoba menciptakan suasana kerja yang nyaman untukku, supaya aku bisa menjalankan peranku dengan baik. Hak Nona untuk menolak persyaratanku, tapi jika mau Nona seperti itu, maaf, aku tidak bisa membantu Nona.”

Selesai berkata begitu Dede b

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 15

    Begitu menginjakkan kaki di Bandar Udara Heathrow, Amisha disambut langit musim semi Kota London yang berwarna biru cerah. Rasa lelah setelah melakukan perjalanan hampir dua puluh empat jam penerbangan ditambah dengan dua kali transit seakan lenyap seketika.Seorang lelaki muda dan sebuah mobil BMW i8 warna silver telah menanti kedatangan Amisha begitu ia keluar dari pintu bandara. Lelaki itu berlari menyongsong Amisha dan mengambil alih koper di tangannya.Amisha masuk ke mobil tanpa menunggu lelaki itu membukakan pintu untuknya. Sementara Dede masih menyimpan kopernya di bagasi bersama sang sopir.“Are you going to visit your mom right away, Miss Harist?” tanya si sopir, melirik Amisha dari kaca spion beberapa menit kemudian.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-17
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 16

    Pertanyaan tak terduga yang meluncur begitu saja dari bibir Claudya membuat Amisha terbatuk. Ia menoleh kepada Dede.Dede langsung tanggap dengan maksud tatapan Amisha. Dede menghampiri Amisha, lantas berdiri di sampingnya.“Tentu saja, Tante. Aku sangat mencintai putri Anda.” Dede tersenyum meyakinkan Claudya.Selama beberapa detik Claudya menantang bola mata Dede, seolah mencari setitik kejujuran di sana. Ia pun tersenyum senang saat menyadari Dede tidak berbohong. Melihat kehangatan yang membias dari tatapan Dede setiap kali lelaki itu memandang Amisha, Claudya yakin Dede sungguh-sungguh mencintai putrinya.“Tante harap kau bisa bersabar menghadapi Misha,” lirih Claudya, sedikit resah.Ia dapat melihat kekosongan rasa pada manik mata putrinya. Namun, ia percaya ketulusan cinta Dede, suatu hari nanti, akan mampu mencairkan kebekuan hati Amisha.“Jangan khawatir, Tante. Mohon doa restu Tante dan Om,” pinta Dede tulus seraya memandang Claudya dan Harist bergantian.Claudya mengangguk.

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 17

    Makan malam keluarga Harist berakhir dengan perasaan lega. Senyum bahagia menghiasi wajah Harist dan istrinya. Keputusan Amisha untuk menyetujui pernikahannya dengan Dede laksana sebongkah berlian yang berhasil ditemukan Harist dan Claudya, setelah bermandi peluh dan kehabisan tenaga, menggali di kedalaman kerak bumi yang nyaris merenggut nyawa.Amisha berbaring gelisah pada sebuah sofa panjang, yang sekaligus berfungsi sebagai tempat tidur santai. Sofa berwarna cokelat gelap dengan corak kuning emas itu terletak di pojok Barat Laut kamarnya.“Apa yang telah aku lakukan?” Amisha seakan menyesali keputusannya menuruti kehendak kedua orang tuanya.Nasi sudah menjadi bubur. Pantang bagi Amisha untuk menjilat ludahnya kembali. Jika manusia tak mampu memegang teguh ucapannya sendiri, maka tak ada lagi yang bisa dipercaya dan tersisa dari dirinya.Tak peduli apa pun yang akan dihadapinya di masa depan, saat ini Amisha tak boleh melangkah mundur. Genderang perang untuk mengalahkan egonya tela

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 18

    FIUH!“Untung saja tidak ketahuan!” Dede mendesah lega.Ia tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi Amisha andai tadi gadis itu menyaksikan dirinya sedang bekerja. Penyamarannya akan terbongkar. Parahnya lagi, semua usahanya akan berakhir sia-sia.“Terima kasih, Tuhan!” Dede menengadah, mengucap syukur karena Tuhan masih berpihak kepadanya.Rumah kediaman Harist dilengkapi dengan sebuah ruang kerja. Ruang di mana Harist tetap bisa menyelesaikan pekerjaan kantornya ketika ia berada di rumah. Ruang itu cukup luas.Sebuah lemari arsip ukuran besar berdiri gagah, hingga menyentuh plafon di dinding sebelah Timur. Lemari arsip itu dipenuhi puluhan atau bahkan ratusan dokumen yang tertata rapi dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 19

    Harist, yang tengah asyik mengagumi ketampanan calon menantunya, menyipitkan mata saat melihat kekagetan Dede. Tampaknya Dede tertarik dengan salah satu foto dalam album itu, karena tanpa sadar ia tersenyum simpul setelah keterkejutannya hilang.“Amisha pernah belajar di SD A ya, Om?” tanya Dede seraya menunjukkan kumpulan foto berseragam sekolah dasar kepada Harist.Harist mendekat. Sejenak ia mengamati foto yang diperlihatkan Dede.“Iya, tapi cuma satu semester, kemudian pindah.”Senyuman Dede melebar mendengar jawaban Harist.“Boleh aku minta foto ini, Om?” tanya Dede, dengan tatapan penuh harap.“Tentu saja. Kau boleh mengambil foto mana pun yang kau mau.”Harist memberi kebebasan kepada Dede untuk memilih foto yang diinginkannya.“Terima kasih, Om. Foto ini saja.” Dede melepaskan foto itu dari album.Ia menatap tak berkedip pada sosok gadis kecil berambut pirang keemasan di dalam foto itu. Gadis itu adalah Amisha kecil.Amisha duduk bersandar pada sebatang pohon di hamparan padang

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 20

    ‘Huh? Siapa itu?’Amisha menoleh ke sebelah kiri. Arah dari mana suara bernada lembut menyapanya.Tampak sebuah gazebo berbentuk unik berdiri anggun di sisi kiri fountain. Sebuah kursi taman dengan sandaran berbentuk ekor merak terentang indah, melengkapi keanggunan gazebo itu.Seorang lelaki berpostur tinggi dan gagah berdiri di tepi depan gazebo. Tangan kirinya bersembunyi di belakang tubuhnya, mengingatkan Amisha pada sikap bangsawan zaman kuno. Sangkaan itu diperkuat dengan pakaian kebesaran yang melekat di tubuh lelaki itu. Pakaian itu bergaya era Victoria.Pandangan Amisha terus naik. Lelaki it

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 21

    Waktu adalah uang!Begitu prinsip seorang pebisnis. Setiap detik menjadi sangat berharga. Harist tak ingin membuang waktu dengan menunda. Entah bagaimana caranya, ia mengurus persiapan pernikahan Amisha dan Dede semudah membalik telapak tangan.Pernikahan Amisha dan Dede berlangsung khidmat di London Central Mosque, dengan menghadirkan duta besar Indonesia untuk Britania Raya sebagai salah satu saksi pernikahan mereka. Selesai pelaksanaan akad nikah di masjid yang sangat indah dan luas itu, keluarga Harist memboyong tamu undangan menuju salah satu hotel terbaik dekat masjid.Atas permintaan Amisha, Harist tidak mengadakan resepsi mewah. Ia hanya mengundang kerabat dekat, sahabat, dan beberapa kolega penting serta tetangga di sekit

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 22

    “Hah?!”Amisha melongo. Ia mengerti ke mana arah pembicaraan sang mama. Tanpa menjawab pertanyaan mamanya, Amisha beranjak menuju tangga. Kedua tangan mungilnya mengangkat sisi gaunnya yang kepanjangan.Harist mengode Dede dengan gerakan kepala. Claudya cepat tanggap. Ia melingkarkan tangan pada lengan Harist, kemudian berlalu menuju kamar mereka.Dede bergerak cepat menyusul Amisha. Melihat gadis itu kesulitan menaiki tangga karena gaun pengantinnya. Spontan Dede mengangkat tubuh Amisha dalam gendongannya.“Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku!” hardik Amisha, kaget bercampur geram. Ia tak menduga Dede akan seberani itu.“Tenanglah! Atau kau akan jatuh menggelinding seperti bola salju.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-19

Bab terbaru

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 209

    CEKLEK!Zain menutup pintu ruang kerja Amisha dengan kaki. Tangannya langsung saja menyambar tubuh Amisha yang berada di depannya dan melingkar erat pada pinggang ramping Amisha.Amisha membuang napas kesal. Kedua tangannya jatuh lurus ke samping tubuhnya.“Ini kantor, Tuan Zain Adelino! Sekarang saatnya aku bekerja!” Amisha memberi peringatan keras.Zain hanya tersenyum kecil tanpa berusaha merenggangkan pagutan lengannya dari tubuh istrinya itu. Sebaliknya, ia malah membenamkan wajahnya pada ceruk leher Amisha yang masih berbalut jilbab.“Sebentar saja,” rengek Zain.Matanya tertutup rapat, konsentrasi menyesap aroma wangi yang menguar dari tubuh Amisha.Puncak hidungnya yang menjulang tinggi berdiri pongah, seakan ingin memamerkan pada dunia bahwa tak ada seorang pun yang melebihi ketampanannya, setelah berhasil menaklukkan Amisha Harist.“Jangan bilang kamu ingin memangsaku saat ini!” goda Amisha, menoleh pada Zain dan langsung disambut dengan kecupan ringan pada pipinya.“Oh My G

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 208

    Pandangan Amisha belum beralih dari Sonny, menanti penjelasan yang tak sepenuhnya ia pahami. Diletakkannya sendok dengan sedikit kasar. Menimbulkan bunyi berdentang. Untung saja meja mereka agak terpisah dari pengunjung lain, sehingga suara dentingan sendok beradu dengan piring tak sampai terdengar ke meja tetangga.“Aku tidak suka berteka-teki,” sergah Amisha dingin.Sonny tersenyum tipis dengan canggung. Ia sangat mengenal ekspresi yang ditunjukkan Amisha. Wanita itu sedang memasang kuda-kuda untuk setiap serangan kata yang akan dilayangkan oleh lawan bicaranya.“Ya … bisa jadi suatu hari nanti yang lalu itu akan menjadi awal dari masa depan,” kata Sonny, berandai-andai sembari tetap memendam angan.Amisha menantang tatapan sendu Sonny. “Tidak usah terlalu tinggi menggantung harap akan masa depan. Nikmati saja saat ini! Karena belum tentu Tuhan masih memberimu kesempatan untuk merasakan hangatnya cahaya mentari esok pagi.”Sonny terdiam. Perkataan Amisha skak mat untuknya. Ia hanya

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 207

    “Ah, sudahlah! Mungkin aku memang harus ke sana. Setidaknya, pertemuan ini akan memperjelas semuanya.” Amisha akhirnya menyambar tas di atas meja, lalu menghilang dari ruangannya. Tidak butuh waktu lama bagi Amisha untuk tiba di kafe O, tempat janji temunya dengan seseorang yang menghubunginya satu jam yang lalu. Begitu Amisha berdiri di pintu masuk, seorang lelaki melambaikan tangan ke arahnya. Amisha pun berjalan ke meja di mana lelaki itu duduk. Kalau saja siang itu sinar mentari tidak begitu beringas, Amisha akan memilih pojok paling tepi di bagian luar kafe itu. Lebih sejuk. Akan tetapi, menikmati keindahan kubah dengan kaca warna-warni pada langit-langit kafe tersebut tentu tak kalah menyenangkan bila dibandingkan dengan nuansa alam di bagian luarnya. “Silakan duduk!” kata lelaki itu, menarik kursi untuk Amisha. “Terima kasih,” sahut Amisha. Komunikasi di antara mereka terdengar seperti percakapan sepasang robot yang sedang dalam masa uji coba. Amisha mematung kaku, mema

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 206

    Amisha terjaga dari tidurnya ketika mendengar suara dengungan juicer yang sedang bekerja mengolah mangga. Entah berapa tempat yang didatangi Zain sampai akhirnya dia berhasil mendapat dua buah mangga sebagai stok terakhir dari sebuah kedai buah di pinggir jalan yang buka dua puluh empat jam. Ukurannya pun tidak terlalu besar. Layaknya buah mangga yang didatangkan dari kampung. Namun, Zain tetap bersyukur ia dapat memenuhi keinginan istri tercinta yang tengah mengidam itu. Melihat senyum bahagia menghiasi wajah Amisha adalah kebahagiaan terbesar bagi Zain. Amisha beranjak turun dari sofa bed dan melangkah gontai menuju ruang makan. Sesekali ia masih menguap dan ditutupnya dengan telapak tangan. Melihat Amisha berjalan seperti orang mabuk, Zain menekan tombol off, bergegas menyongsong Amisha, lalu membawanya duduk pada sebuah kursi. Lantaran masih mengantuk, Amisha langsung menempelkan sebelah pipinya pada permukaan meja. Matanya menatap sayu pada Zain yang melanjutkan pekerjaannya.

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 205

    “Waktu Amisha masih kecil, mama kalian bahkan heboh, sampai lapor polisi karena mengira Amisha kabur setelah dimarahi. Eh, ternyata Amisha cuma ngumpet di kamar pengungsiannya.” Harist terkekeh setelah menceritakan kejadian itu, tak peduli pada sorot mata membunuh yang dilayangkan sang istri sebelumnya.“Honey?!” protes Claudya, dengan muka merah. Entah benar-benar marah atau justru tersipu malu.Gianna dan Zain tersenyum geli melihat raut muka Claudya yang bak pengantin baru digoda suaminya.Meski usia mereka sudah di ambang senja, hubungan Harist dan Claudya selalu mesra. Siapa pun yang melihat mereka akan merasa hangat dan damai. Ketularan hangatnya cinta kasih mereka yang tulus terhadap satu sama lain.Enggan rasanya berjauhan dari mereka bila sudah membaur dengan dua sejoli itu. Tak jarang kemesraan mereka menimbulkan rasa iri bagi sebagian anak muda, yang tanpa sengaja menyaksikan bagaimana mereka berinteraksi di tempat umum kala mereka sedang berada di taman, di restoran, atau

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 204

    Setelah pesta kecil penyambutan orang tua angkatnya selesai dan tamu mereka pulang, Gianna tetap tinggal di rumah Amisha karena diminta Claudya untuk menginap. Celakanya, Gianna memang tak pernah bisa menolak permintaan orang tua angkatnya itu, meskipun sebenarnya ia sangat ingin pulang ke apartemennya sendiri.“Waaah, gila! Lama menghilang, kukira dia melanjutkan kuliah di luar negeri. Eh, ternyata malah ditangkap polisi! Ck!” seru Gianna, mendecak kaget sambil terus menyaksikan berita yang sedang ditontonnya di ruang tengah rumah Amisha.Ia ingat, terakhir kali ia melihat sosok orang yang diberitakan itu adalah saat menghadiri pesta perayaan ulang tahun Adelino Daneswara. Sempat beredar kabar lelaki itu akan melanjutkan study-nya di luar negeri.Haris yang sedang asyik membaca majalah olahraga hanya melirik sekilas mendengar kehebohan Gianna. Bagi Harist, kumpulan artikel dalam majalah itu jauh lebih menarik daripada berita yang ditonton Gianna. Dalam hitungan detik, ia pun kembali

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 203

    Merahnya darah yang mengaliri wajah cantik Amisha tak lagi membayang jelas. Berubah pias diterpa kekagetan. Kaget menyaksikan berjuta kenangan indah yang terekam dalam setiap helai foto yang baru saja ditemukannya. Tidak hanya foto-fotonya semasa kuliah bersama Gianna dan Sonny, tetapi juga foto-foto menjelang pernikahannya. Bahkan, beberapa foto itu memperlihatkan tubuhnya yang sudah terbalut gaun pengantin.Diiringi detak jantung yang bergemuruh, otak Amisha mereka ulang kejadian empat tahun yang lalu. Saat itu hijaunya hamparan sajadah panjang yang terbentang menutupi lantai masjid tak lagi melukiskan ketenangan dan kedamaian hati. Warna hijau itu telah beralih rupa menjadi kelabu. Menorehkan goresan pilu.Aura keemasan yang semula memancar cerah dari indahnya janur kuning yang jatuh menjuntai dan berayun-ayun dibelai embusan angin perlahan tampak memudar, lalu menghilang tanpa jejak.Kalau saja Amisha tahu bahwa putihnya gaun pengantin yang dikenakannya saat itu tak lagi melambang

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 202

    Dulu, ketika Amisha masih menyandang status sebagai tunangan Sonny, kehidupannya penuh keceriaan. Hampir setiap hari ia senyum-senyum sendiri membaca serangkaian pesan mesra dari Sonny. Saat itu ia benar-benar bahagia dan berharap kebahagiaan itu tak akan pernah berakhir.Kala itu awal tahun 2016. Pelaksanaan akad nikah yang direncanakan keluarga mereka tinggal menghitung hari. Tak ada yang menyangka jika tepat pada hari yang ditunggu-tunggu itu semua mimpi hidup bahagia yang dimiliki Amisha lenyap tak berbekas.Saat itu Amisha hanya bisa bergeming dengan ekspresi berubah kaku. Senyuman bahagia yang terpancar dari bibirnya beberapa detik sebelumnya seakan direnggut paksa oleh berita buruk tentang ketidakhadiran Sonny di Masjid Istiqlal hari itu.Amisha merasakan dunia tempatnya berpijak amblas seketika. Menariknya masuk ke dalam lapisan kerak bumi terdalam. Membenamkan jiwa raganya dalam kekalutan pikiran yang mengantarnya pada titik nadir sikap pesimis tentang cinta.Cinta Sonny yang

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 201

    “Aku ….” Gianna menoleh canggung pada Sonny. “Aku … mau minta maaf.”“Maaf? Untuk apa?”Sonny mengernyit heran. Seingatnya, tak ada masalah antara dirinya dan Gianna, lalu kenapa tiba-tiba gadis itu minta maaf padanya?“Aku … aku minta maaf karena selama ini telah salah paham padamu,” kata Gianna, sedikit terbata dan suara bergetar. Dadanya tiba-tiba saja berdebar kencang.Cepat-cepat ia membuang muka ke tengah kolam ketika Sonny menatap intens kepadanya. Mungkin lelaki itu kaget atau bahkan tak percaya Gianna akan meminta maaf padanya.“Salah paham? Tentang apa?” kejar Sonny.Ia benar-benar tidak mengerti kesalahpahaman apa yang dibicarakan Gianna.Gianna mengembuskan napas kencang sebelum menjawab pertanyaan Sonny, seolah-olah ia ingin mengisi paru-parunya yang hampa udara dengan oksigen sebanyak-banyaknya.“Selama ini, kukira kau sengaja mangkir dari pernikahan karena melarikan diri bersama wanita lain,” aku Gianna berterus terang dengan kepala tertunduk.Sungguh ia tak berani mena

DMCA.com Protection Status