Share

Bab 148

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2024-06-17 17:25:56
Suara gemercik air dari kamar mandi menghadirkan senyuman usil di wajah Zain. Ia mendekati pintu, menempelkan sebelah telinganya di daun pintu kamar mandi itu. Menguping setiap suara yang ditimbulkan oleh gerakan Amisha. Fantasi liarnya mulai mengembara ke mana-mana.

“Oh My God! Dia lupa mengunci pintu,” gumam Zain girang ketika tangannya iseng memutar gagang pintu.

Diam-diam ia mendorong daun pintu itu secara perlahan, agar tak menimbulkan suara sedikit pun. Dibiarkannya pintu itu tetap terbuka. Toh tidak akan ada orang yang berani masuk ke kamarnya, apalagi sampai masuk ke kamar mandi saat dia dan Amisha sedang di rumah.

Ia terpaku menatap Amisha yang sedang berdiri di bawah shower. Tubuh rampingnya hanya terbalut sehelai kain putih tipis dari dada hingga setengah paha. Liukan gemulai Amisha saat membersihkan badan di bawah shower, sungguh sangat menggoda.

Refleks Zain membuka kancing piama yang dipakainya satu per satu hingga tak ada lagi yang tersisa. Ia juga membuka celana, menyis
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 149

    ‘Ya Tuhan!’Amisha merasakan sesuatu yang keras menusuk perutnya, kala Zain menarik pinggangnya dan memutar posisi mereka. Kini posisi shower tepat berada di atas kepala Zain.Zain menempelkan busa sabun di tubuhnya ke pipi Amisha. Membuat Amisha mendengkus kesal. Terpaksa ia membilas ulang tubuhnya saat Zain telah menyelesaikan mandinya dan melilitkan handuk di pinggang.SREEET! GREP!Begitu Amisha mematikan aliran air yang mengalir, Zain menarik lepas kain basahan Amisha. Kedua lengan kekarnya bergerak cepat, mengangkat tubuh Amisha, setelah menyelimuti tubuh istrinya itu dengan sehelai handuk putih.Amisha yang terkejut kakinya terangkat tiba-tiba dari lantai kamar mandi, kontan menggapai leher Zain, bergelayut cemas, mengira dirinya terpeleset. Mulutnya hanya bisa ternganga saat menyadari bahwa ia berada dalam gendongan suaminya. Matanya berkilat marah pada Zain.Zain melirik Amisha dengan senyuman tertahan. Ekspresi istrinya, dengan bibir yang sedikit terbuka dan bergetar menahan

    Last Updated : 2024-06-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 150

    Zain masih sibuk menata meja ketika Amisha tiba di ruang makan. Kesegaran wangi rempah berpadu lemon semerbak, menyebar memenuhi rongga hidung Zain. Aroma khas Amisha yang membuatnya mencandu untuk selalu berada di dekatnya. Menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher jenjang itu seraya menghirup wanginya. Spontan Zain mengitari meja, menarik sebuah kursi agar Amisha bisa duduk.Amisha bolak-balik, keluar masuk dapur dan ruang makan. Mengangkat masakan yang belum terhidang. Beruntung ia punya majikan yang rajin membantu dan tak pernah membiarkan ia bekerja sendiri di hari libur. Membuat ia merasa tak sepenuhnya menjabat sebagai asisten rumah tangga, melainkan menjadi bagian dari keluarga itu.“Bi, nanti jangan lupa siapkan semua keperluan yang akan dibawa, ya?” pinta Zain setelah menyodorkan piring berisi sarapan kepada Amisha.“Sudah siap semua, Tuan. Tinggal dimasukkan ke mobil,” sahut Inah, meletakkan segelas susu di samping piring Amisha.“Oh ya? Terima kasih. Bibi memang bisa diandal

    Last Updated : 2024-06-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 151

    BYUUUR!Dua tubuh kekar itu jatuh tercebur ke dalam kolam dengan pakaian masih utuh, melekat di tubuh mereka.“Dasar idiot!” ejek Amisha, tersenyum geli melihat dua lelaki di bawah sana.Hatinya terasa hangat menyaksikan kekonyolan dua lelaki dewasa yang bertingkah layaknya anak ingusan itu. Di balik sisi serius Zain, Amisha baru tahu lelaki itu tetap menyimpan sisi anak-anaknya yang siap muncul kapan saja, ketika mendapatkan stimulasi yang tepat.Amisha mengalihkan pandangan ke sisi kanan balkon. Ia sedikit risi melihat dua lelaki itu mulai membuka baju dan menyisakan lapisan pengaman terdalam. Siap adu tanding, melintasi kolam dari tepi ke tepi. Mereka tidak menyadari keberadaan Amisha yang menjadi penonton dari atas balkon.“Mbak Amisha!”Sebuah panggilan dari pintu penghubung balkon dan ruang perpustakaan membuat Amisha menoleh. Tampak seorang wanita cantik tersenyum manis dan berlari menghampiri Amisha. Kedua tangannya terentang.Wanita itu langsung memeluk Amisha begitu Amisha me

    Last Updated : 2024-06-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 152

    Amisha melongokkan kepala, mencoba mengintip isi kotak yang sedikit terbuka. Hatinya benar-benar sudah tidak sabar untuk mengetahui benda apa yang bersembunyi di dalam sana.BRUK!Cecilia mengempaskan kembali tutup kotak itu, membuat Amisha mendesah kecewa. Cecilia tertawa kecil melihat roman muka kusut kakak iparnya.“Ayooo … penasaran, ya?” goda Cecilia, menggoyangkan jari telunjuk yang mengarah kepada Amisha.“Enggak! Siapa juga yang tertarik mengetahui isi benda usang itu,” elak Amisha, berlagak pongah sembari membuang muka, menatap ke luar jendela.Ia merasa malu aksi mengintipnya ketahuan sang adik ipar, yang usilnya setali tiga uang dengan kakaknya.‘Menyebalkan sekali! Mengapa juga hidupku harus dikelilingi dua makhluk manis yang sangat menjengkelkan ini,’ rungut Amisha dalam hati.Baik Zain maupun Cecilia sering kali mengobrak-abrik emosi jiwanya. Menjadikan hidupnya terasa lebih berwarna, karena tingkah konyol dan ulah iseng mereka. Hanya saja, Amisha terlalu angkuh untuk men

    Last Updated : 2024-06-18
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 153

    Amisha ingat, The Ugly Duckling adalah buku favoritnya. Seakan-akan itik si buruk rupa di dalam buku itu adalah gambaran dirinya. Ia memang tidak punya saudara. Namun, ia selalu menerima perundungan dari teman-teman sekolahnya dan anak-anak lain yang melihatnya.Mereka tak mau berteman dengan dirinya, karena ia memiliki warna rambut dan manik mata yang berbeda dari mereka. Parahnya, mereka bahkan menganggap ia setan.Ketika mamanya menghadiahinya buku cerita tentang itik si buruk rupa itu, Amisha selalu membawa buku itu ke mana pun ia pergi. Tak pernah bosan ia membacanya, meski tak terhitung lagi sudah berapa kali ia menamatkannya. Ia berharap suatu saat nanti, nasibnya akan sama seperti akhir cerita dari itik si buruk rupa. Itik itu tidak jelek seperti yang disangkakan kepadanya. Ia hanya terlahir dan tumbuh di lingkungan yang salah.Itik buruk rupa itu adalah seekor angsa cantik, yang mendapatkan kembali kepercayaan diri dan kebahagiaannya setelah takdir mempertemukan dirinya dengan

    Last Updated : 2024-06-19
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 154

    CTAK!Zain menjitak kepala Cecilia.“Mas Zain!” pekik Cecilia, meringis. Ia mengusap kepalanya yang dijitak Zain.“Kau pantas menerimanya, karena kau telah melakukan hal yang seharusnya tidak kau lakukan,” kecam Zain, sedikit kesal atas ulah adiknya itu.“Tapi, Mas! Aku cuma ingin Mbak Amisha tahu masa kecil Mas,” ujar Cecilia, membela diri dan bersungut-sungut.“Cecilia!” Zain menghardik Cecilia dengan nada penuh tekanan.“Let’s get out of here, Honey!” ajak Leon, menarik tangan Cecilia keluar dari ruangan perpustakaan itu.“But, Honey … I—”“Forget it!” Leon memotong ucapan Cecilia dan merangkul pinggangnya, mempercepat langkah turun ke lantai dasar.Cecilia masih berusaha menoleh ke belakang, memastikan kakaknya tidak akan memarahi Amisha.“Kenapa sih Mas Zain harus menjitak kepalaku. Sakit,” gerutu Cecilia, mengusap lagi kepalanya yang masih terasa nyeri.“Kamu sih … kenapa juga pakai membongkar pusaka kakakmu,” timpal Leon.“Memangnya salah ya kalau aku memberitahu Mbak Amisha ten

    Last Updated : 2024-06-19
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 155

    PLAK!Tanpa diduga Amisha melayangkan sebuah tamparan pada pipi Zain.Zain ternganga kaget dan refleks mengelus pipinya yang terasa perih, akibat tamparan Amisha. Matanya menatap Amisha penuh tanya.“Itu hadiah kecil dariku atas kesuksesanmu membohongiku,” ujar Amisha datar, lalu memutar tubuhnya, hendak berlalu dari hadapan Zain.GREP!Cepat-cepat Zain menyambar tubuh Amisha dan memeluknya dari belakang.Amisha ingin menginjak kaki Zain, seperti yang sering dilakukannya. Zain menghindar dan semakin memperketat pelukannya. Ia menyandarkan dagu pada pundak Amisha.“Maafkan aku, Sweetie! Aku tidak berniat membohongimu. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya,” bisik Zain lirih, merasa bersalah karena telah merahasiakan kebenaran yang sesungguhnya dari Amisha.Amisha mendengus jengkel.“Kau boleh memarahiku atau menghukumku, tapi aku mohon … jangan membenciku,” pinta Zain mengiba, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Amisha. Dikecupnya leher Amisha yang tersemb

    Last Updated : 2024-06-19
  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 156

    Zain keluar dari gudang dengan membawa seutas tali tambang. Tali tambang itu sudah terikat erat pada sepotong balok yang cukup kuat. Ia mendongak, menatap balkon kamarnya dari hamparan rumput di halaman, seperti sedang memperkirakan kekuatan lemparannya, agar kayu pada ujung tali tambang itu bisa jatuh tepat sasaran, dan tersangkut erat pada tempat yang diinginkannya.Berpayungkan telapak tangan kiri, sejenak Zain melindungi matanya dari terik mentari yang makin meninggi. Matanya sedikit menyipit, memperjelas penglihatannya pada sela pagar pembatas balkon.Setelah menimbang-nimbang, Zain memutuskan untuk melemparkan ujung tali dengan pengait itu ke bagian depan balkon. Ia memperhitungkan kemungkinan terburuk. Andai nasib baik tidak berpihak kepadanya, setidaknya ia tidak akan mengalami cedera yang terlalu parah, jika ia jatuh terempas ke halaman berumput daripada menghantam kumpulan batu-batu kecil pada taman di kedua sisi balkon.Dengan bismillah, Zain mulai melempar ujung tali tamban

    Last Updated : 2024-06-19

Latest chapter

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 210

    Amisha masih tegak mematung. Dadanya kian berguncang hebat. Detak jantungnya bagai genderang perang. Sungguh! Kata-kata Zain membawa jiwanya melayang tinggi, meniti angkasa menuju nirwana. Ia tak percaya Zain melamarnya. Ya, lamaran romantis yang diimpikan semua wanita. Meskipun tertunda sekian lama, Amisha masih saja merasakan lututnya gemetar. Saking gugupnya ia mendengar lamaran Zain yang disaksikan puluhan pasang mata.Selang beberapa menit, perlahan tangan kiri Amisha terulur membelai rambut Zain. Pelangi seakan bermunculan di hatinya kala ia menganggukkan kepala, tersenyum manis kepada Zain. Rona pelangi juga memancar dari sepasang netra gelap Zain ketika menyaksikan anggukan kepala Amisha. Senyuman Zain merekah.Tepuk tangan pun membahana disertai senyum bahagia dari puluhan pasang mata yang menjadi saksi lamaran tertunda Zain untuk Amisha.Zain pun bangkit dari berlutut dan spontan memeluk erat tubuh Amisha. Sejenak ia lupa akan keberadaan anak-anak panti yang menyaksikan mere

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 209

    CEKLEK!Zain menutup pintu ruang kerja Amisha dengan kaki. Tangannya langsung saja menyambar tubuh Amisha yang berada di depannya dan melingkar erat pada pinggang ramping Amisha.Amisha membuang napas kesal. Kedua tangannya jatuh lurus ke samping tubuhnya.“Ini kantor, Tuan Zain Adelino! Sekarang saatnya aku bekerja!” Amisha memberi peringatan keras.Zain hanya tersenyum kecil tanpa berusaha merenggangkan pagutan lengannya dari tubuh istrinya itu. Sebaliknya, ia malah membenamkan wajahnya pada ceruk leher Amisha yang masih berbalut jilbab.“Sebentar saja,” rengek Zain.Matanya tertutup rapat, konsentrasi menyesap aroma wangi yang menguar dari tubuh Amisha.Puncak hidungnya yang menjulang tinggi berdiri pongah, seakan ingin memamerkan pada dunia bahwa tak ada seorang pun yang melebihi ketampanannya, setelah berhasil menaklukkan Amisha Harist.“Jangan bilang kamu ingin memangsaku saat ini!” goda Amisha, menoleh pada Zain dan langsung disambut dengan kecupan ringan pada pipinya.“Oh My G

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 208

    Pandangan Amisha belum beralih dari Sonny, menanti penjelasan yang tak sepenuhnya ia pahami. Diletakkannya sendok dengan sedikit kasar. Menimbulkan bunyi berdentang. Untung saja meja mereka agak terpisah dari pengunjung lain, sehingga suara dentingan sendok beradu dengan piring tak sampai terdengar ke meja tetangga.“Aku tidak suka berteka-teki,” sergah Amisha dingin.Sonny tersenyum tipis dengan canggung. Ia sangat mengenal ekspresi yang ditunjukkan Amisha. Wanita itu sedang memasang kuda-kuda untuk setiap serangan kata yang akan dilayangkan oleh lawan bicaranya.“Ya … bisa jadi suatu hari nanti yang lalu itu akan menjadi awal dari masa depan,” kata Sonny, berandai-andai sembari tetap memendam angan.Amisha menantang tatapan sendu Sonny. “Tidak usah terlalu tinggi menggantung harap akan masa depan. Nikmati saja saat ini! Karena belum tentu Tuhan masih memberimu kesempatan untuk merasakan hangatnya cahaya mentari esok pagi.”Sonny terdiam. Perkataan Amisha skak mat untuknya. Ia hanya

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 207

    “Ah, sudahlah! Mungkin aku memang harus ke sana. Setidaknya, pertemuan ini akan memperjelas semuanya.” Amisha akhirnya menyambar tas di atas meja, lalu menghilang dari ruangannya. Tidak butuh waktu lama bagi Amisha untuk tiba di kafe O, tempat janji temunya dengan seseorang yang menghubunginya satu jam yang lalu. Begitu Amisha berdiri di pintu masuk, seorang lelaki melambaikan tangan ke arahnya. Amisha pun berjalan ke meja di mana lelaki itu duduk. Kalau saja siang itu sinar mentari tidak begitu beringas, Amisha akan memilih pojok paling tepi di bagian luar kafe itu. Lebih sejuk. Akan tetapi, menikmati keindahan kubah dengan kaca warna-warni pada langit-langit kafe tersebut tentu tak kalah menyenangkan bila dibandingkan dengan nuansa alam di bagian luarnya. “Silakan duduk!” kata lelaki itu, menarik kursi untuk Amisha. “Terima kasih,” sahut Amisha. Komunikasi di antara mereka terdengar seperti percakapan sepasang robot yang sedang dalam masa uji coba. Amisha mematung kaku, mema

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 206

    Amisha terjaga dari tidurnya ketika mendengar suara dengungan juicer yang sedang bekerja mengolah mangga. Entah berapa tempat yang didatangi Zain sampai akhirnya dia berhasil mendapat dua buah mangga sebagai stok terakhir dari sebuah kedai buah di pinggir jalan yang buka dua puluh empat jam. Ukurannya pun tidak terlalu besar. Layaknya buah mangga yang didatangkan dari kampung. Namun, Zain tetap bersyukur ia dapat memenuhi keinginan istri tercinta yang tengah mengidam itu. Melihat senyum bahagia menghiasi wajah Amisha adalah kebahagiaan terbesar bagi Zain. Amisha beranjak turun dari sofa bed dan melangkah gontai menuju ruang makan. Sesekali ia masih menguap dan ditutupnya dengan telapak tangan. Melihat Amisha berjalan seperti orang mabuk, Zain menekan tombol off, bergegas menyongsong Amisha, lalu membawanya duduk pada sebuah kursi. Lantaran masih mengantuk, Amisha langsung menempelkan sebelah pipinya pada permukaan meja. Matanya menatap sayu pada Zain yang melanjutkan pekerjaannya.

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 205

    “Waktu Amisha masih kecil, mama kalian bahkan heboh, sampai lapor polisi karena mengira Amisha kabur setelah dimarahi. Eh, ternyata Amisha cuma ngumpet di kamar pengungsiannya.” Harist terkekeh setelah menceritakan kejadian itu, tak peduli pada sorot mata membunuh yang dilayangkan sang istri sebelumnya.“Honey?!” protes Claudya, dengan muka merah. Entah benar-benar marah atau justru tersipu malu.Gianna dan Zain tersenyum geli melihat raut muka Claudya yang bak pengantin baru digoda suaminya.Meski usia mereka sudah di ambang senja, hubungan Harist dan Claudya selalu mesra. Siapa pun yang melihat mereka akan merasa hangat dan damai. Ketularan hangatnya cinta kasih mereka yang tulus terhadap satu sama lain.Enggan rasanya berjauhan dari mereka bila sudah membaur dengan dua sejoli itu. Tak jarang kemesraan mereka menimbulkan rasa iri bagi sebagian anak muda, yang tanpa sengaja menyaksikan bagaimana mereka berinteraksi di tempat umum kala mereka sedang berada di taman, di restoran, atau

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 204

    Setelah pesta kecil penyambutan orang tua angkatnya selesai dan tamu mereka pulang, Gianna tetap tinggal di rumah Amisha karena diminta Claudya untuk menginap. Celakanya, Gianna memang tak pernah bisa menolak permintaan orang tua angkatnya itu, meskipun sebenarnya ia sangat ingin pulang ke apartemennya sendiri.“Waaah, gila! Lama menghilang, kukira dia melanjutkan kuliah di luar negeri. Eh, ternyata malah ditangkap polisi! Ck!” seru Gianna, mendecak kaget sambil terus menyaksikan berita yang sedang ditontonnya di ruang tengah rumah Amisha.Ia ingat, terakhir kali ia melihat sosok orang yang diberitakan itu adalah saat menghadiri pesta perayaan ulang tahun Adelino Daneswara. Sempat beredar kabar lelaki itu akan melanjutkan study-nya di luar negeri.Haris yang sedang asyik membaca majalah olahraga hanya melirik sekilas mendengar kehebohan Gianna. Bagi Harist, kumpulan artikel dalam majalah itu jauh lebih menarik daripada berita yang ditonton Gianna. Dalam hitungan detik, ia pun kembali

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 203

    Merahnya darah yang mengaliri wajah cantik Amisha tak lagi membayang jelas. Berubah pias diterpa kekagetan. Kaget menyaksikan berjuta kenangan indah yang terekam dalam setiap helai foto yang baru saja ditemukannya. Tidak hanya foto-fotonya semasa kuliah bersama Gianna dan Sonny, tetapi juga foto-foto menjelang pernikahannya. Bahkan, beberapa foto itu memperlihatkan tubuhnya yang sudah terbalut gaun pengantin.Diiringi detak jantung yang bergemuruh, otak Amisha mereka ulang kejadian empat tahun yang lalu. Saat itu hijaunya hamparan sajadah panjang yang terbentang menutupi lantai masjid tak lagi melukiskan ketenangan dan kedamaian hati. Warna hijau itu telah beralih rupa menjadi kelabu. Menorehkan goresan pilu.Aura keemasan yang semula memancar cerah dari indahnya janur kuning yang jatuh menjuntai dan berayun-ayun dibelai embusan angin perlahan tampak memudar, lalu menghilang tanpa jejak.Kalau saja Amisha tahu bahwa putihnya gaun pengantin yang dikenakannya saat itu tak lagi melambang

  • Lelaki Penakluk Nona Muda   Bab 202

    Dulu, ketika Amisha masih menyandang status sebagai tunangan Sonny, kehidupannya penuh keceriaan. Hampir setiap hari ia senyum-senyum sendiri membaca serangkaian pesan mesra dari Sonny. Saat itu ia benar-benar bahagia dan berharap kebahagiaan itu tak akan pernah berakhir.Kala itu awal tahun 2016. Pelaksanaan akad nikah yang direncanakan keluarga mereka tinggal menghitung hari. Tak ada yang menyangka jika tepat pada hari yang ditunggu-tunggu itu semua mimpi hidup bahagia yang dimiliki Amisha lenyap tak berbekas.Saat itu Amisha hanya bisa bergeming dengan ekspresi berubah kaku. Senyuman bahagia yang terpancar dari bibirnya beberapa detik sebelumnya seakan direnggut paksa oleh berita buruk tentang ketidakhadiran Sonny di Masjid Istiqlal hari itu.Amisha merasakan dunia tempatnya berpijak amblas seketika. Menariknya masuk ke dalam lapisan kerak bumi terdalam. Membenamkan jiwa raganya dalam kekalutan pikiran yang mengantarnya pada titik nadir sikap pesimis tentang cinta.Cinta Sonny yang

DMCA.com Protection Status