Lelaki dengan Seribu TahajudBab 31-Jujurlah pada Alqi, Bu-Alqi memarkir motornya di luar gerbang. Lilyana sedang membaca koran kala Alqi masuk ke dalam. Ia tak menyadari seseorang ada di belakangnya."Kalau memang tak bisa bertemu Ibu saya minggu depan, masih bisa malam ini 'kan, Bu, sebelum besok Ibu pergi?" Spontan saja pertanyaan itu meluncur.Lilyana terkejut mendengar suara suara seseorang. Ia segera menoleh ke belakang. Meletakkan koran dan berdiri."Alqi, kamu …."Alqi menatap Lilyana dengan rahang yang mengetas."Ya.""Maaf Alqi, nanti malam nggak bisa, saya… saya harus membereskan semuanya. Banyak yang harus saya lakukan.""Saya bilang harus! nggak ada penolakan, Bu."Lilyana mengernyitkan alis. Ia heran, tak biasanya pemuda yang biasanya santun ini berlaku seperti ini. "Harus?"Alqi mengangguk."Kenapa kamu? Jangan paksa saya, Al!"Tapi sedetik kemudian Lilyana nampak kaget.Menyadari pikirannya sendiri.'Apakah ... Apakah dia sudah tahu siapa aku?'"Al-alqi, kamu … kamu
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 32-Kenyataan Pahit Untuk Al-"Ternyata lelaki itu adalah Ayah Achmad. Lelaki santun nan tampan yang selama ini sering diperbincangkan banyak teman ibu karena kharismanya itu. Singkat cerita kami menikah. Setelah menikah, Ayah memutuskan mengajak Ibu untuk jadi pedagang di pasar kebayoran lama. Kami berjualan kain dan baju-baju. Di sana kami tinggal di sebuah rumah kontrakan tak jauh dari pasar. Bertetangga pas dengan seorang baby sitter yang menjaga anak bayi seorang wanita sibuk.Kadang Ibu tak ikut Ayah berjualan di pasar. Saat santai, Ibu ikut merawat bayi lali-laki lucu itu. Ibu berteman baik dengan suster itu. Namanya suster Wati.Entah kenapa wanita muda Ibu si bayi kecil itu tak mengijinkan suster merawat bayi lelaki itu di rumahnya. Ia justru membayari kontrakan dan segala keperluan hidup Suster Wati di kontrakan itu. Jadi setiap hari bayi itu akan dijenguk ibunya dikontrakan sang suster."Tegar Rosmina berusaha menyampaikan cerita, tekadnya
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 33-Meredam Sakitnya Sebuah Kenyataan-'Maaf, Bu, kali ini biarkan Alqi sendiri," bisiknya. Tangannya memutar stang gas lebih kencang. Benaknya masih sulit menerima kenyataan yang telah memutarbalikkan fakta yang selama ia hidup ia yakini sebagai suatu kebenaran mutlak. Bagaimana mungkin Rosmina, Achmad bukan Ibu dan Ayah kandungnya? Bagaimana mungkin Annisa, Annida, Altaf bukan adik kandungnya? Bagaimana mungkin Lilyana, orang yang baru ia kenal di Jakarta, yang baginya adalah orang yang begitu jauh dari dunianya. Orang yang hadir belakangan dalam dunianya ternyata adalah Ibu kandungnya? Hei, dunia macam apa ini? Alqi terus menggeleng-gelengkan kepalanya menyadari sesuatu yang sulit ia percayai itu adalah sebuah kenyataan.Dalam Akta kelahiran, dalam Kartu Keluarga, semua tertulis kalau ia adalah anak kandung. Bahkan tak pernah sedikitpun terdengar selentingan kabar muncul dari lingkungan ia tinggal sejak kecil yang menunjukkan ia bukan anak kandung
-Membunuh Waktu-waktu yang Terasa Menyakitkan-Assalamualaikum." Suara seorang wanita yang sangat familiar di telinga Alqi mengejutkannya.Rosmina yang sedang duduk segera bangkit. Matanya menatap nanar kepada seseorang di hadapannya.----Dua orang itu beku saling memindai satu sama lain untuk beberapa saat. Kemudian tatapan Rosmina menjadi penuh kaca-kaca. "Bu Lilyanaaa …." Sapanya penuh getar.Lilyana melangkah maju memeluk Rosmina seketika.Yang terjadi seperti yang sudah bisa diperkirakan. Dua orang wanita matang usia yang sudah lama tak pernah bersua. Mereka bertangisan satu sama lain. Untuk beberapa lama saling tergugu.Rosmina memegangi lengan Lilyana, menuntunnya masuk ke dalam rumah. Tinggalah Alqi yang terbengong berdiri mematung melihat mereka berdua seakan sahabat lama yang saling rindu karena telah lama tak bersua.Ia merapikan peralatan mandi motornya, membersihkan kaki, cuci tangan lalu duduk di sebuah kursi pada teras rumahnya."Saya buatkan teh hangat dulu, ya, Bu.
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 35-Jalan Allah Untuk Alqi-Berkali ia pergi meninggalkan Lilyana yang sudah menunggu di ruang tamu kantornya berjam-jam. Ia bukan tak suka. Hanya merasa butuh waktu, untuk bisa menatap wajah Lilyana kembali sebagai ibu kandungnya.--*Alqi berjalan kaki melewati hutan dan sawah-sawah tempat dimana dulu ia bermain dengan teman-teman kecilnya. Menelusuri gang demi gang di kampungnya. Shalat dari masjid ke masjid seperti halnya dulu ia selalu berpindah masjid, mencari masjid yang lebih jauh dari rumah demi bisa mendapat pahala ibadah shalat berjamaan yang lebih besar. Setelah hampir dua tahun ia datang ke desa ini kembali. Desa Galanghani. Alqi memutuskan untuk datang. Ia ingin ziarah ke makam Almarhum Achmad. Ingin mendoakan lebih dekat, ingin melepas rindu dan melepas penat yang belakangan menghimpitnya. Berziarah ke makam Acmad, Alqi rasa itu adalah pilihan yang tepat."Assalamualaikum ya ahli kubur, ya ayahandaku, lelaki tauladan nan shalih yang kes
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 36-Hati yang Terguncang Membawa Sakit- Kami memang akan bergerak cepat kalau sudah ada laporan pengaduan seperti ini. Akan saya ajak diskusi Kapolsek setempat untuk menangani daerah Galanghani," jelas Sandi antusias.Kemudian AKBP Sandi Nugraha mengajak Alqi dan Ustadz Hamdani untuk makan siang di restaurant dekat Polres. Ramah sambutannya karena teringat jasa Alqi ketika di Jakarta pernah membantu mencarikan rumah sakit untuk ibunya yang patah tulang. Alqi cukup dikenal baik juga karena adik kandung AKBP Sandi, Rendi adalah teman akrab juga satu angkatannya di ITB.Usai berbincang, Alqi dan Ustadz memutuskan untuk pulang.Esoknya, Sarmi masih terus melakukan penagihan dengan penyitaan paksa. Rupanya ini jadi agenda rutin Sarmi bulan ini. Sudah banyak debiturnya yang menumpuk pembayaran di masa paceklik ini rupanya. Teguran Ustadz Hamdani kemarin tak berpengaruh apa-apa baginya. Ia tetap dengan agenda penagihan. Dengan mudah itu dijadikan alasan pena
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 37-Berdamai dengan Ego Diri'Lihatlah Al, bukan cuma kamu yang sakit, bahkan mereka juga sama terguncangnya. Mereka begitu menyayangimu.'Alqi lekas bangkit mengambil handuk untuk mandi. Membersihkan diri. Shalat sunnah dua rakaat mencoba mencari tenang. Menyandarkan diri pada Sang Pemilik Jiwa. Setelah itu ia meluncur dengan motor tuanya.Ia ingin segera bertemu Rosmina, wanita sederhana yang dalam ketakberpunyaannya sejak dulu selalu bersahaja. Tak pernah merasa kurang dengan apapun yang ia punya. Yang sudah sedemikian baiknya merawatnya yang bukan anak kandungnya tapi tak sedikitpun terasa ada yang berbeda. Bahkan sedemikian baiknya menjaga rahasia tentang siapa dirinya selama bertahun-tahun lamanua. Bahkan Alqi bisa merasakan bagaimana sebegitu kuatnya mimpi Rosmina untuk bisa menguliahkannya di Institut terkemuka di negeri ini. Tetap meyakini mampu menguliahkannya meski dengan segala keterbatasan. Hingga pada akhirnya garis nasib membuatnya ter
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 38-Pelukan Penerimaan-"Assalamualaikum." Alqi mengucap salam. Tatapannya tepat bertemu dengan seorang wanita berjilbab yang sedang terbaring lemah itu. Ada iba menjalari hatinya. Melihat tubuh lemah dengan infus dan selang oksigen yang terpasang di hidung.Ia melangkah masuk perlahan dan duduk disebelah wanita itu. Hilang sudah kekecewaan yang bersemayam selama ini melihat Lilyana terbaring lemah. Lelaki yang hatinya selalu dekat kepada Allah dan dekat kepada kebaikan ini seakan mendapat petunjuk-Nya untuk segera meluaskan maaf dan melangitkan doa kepada wanita yang telah pernah berjuang melahirkannya ke dunia ini."Semoga lekas sembuh, ya, Bu," ucap Alqi.Lilyana hanya diam. Kemudian matanya sedikit memejam. Alqi mendapat informasi bahwa Lilyana sudah tak bicara sejak kemarin sore. Hanya matanya yang sesekali terbuka saat terjaga dan akan memejam kembali untuk tidur.Lama Alqi menunggunya membuka mata kembali, namun Lilyana tetap terpejam."Ibu m