Bab 22-Meringkus Pelaku Dengan Tangan Sendiri.-“Wak, jangan takut. Saya akan lindungi Wawak kalau memang ada yang mengancam Wak Midun.”___Tes! Satu bulir air mata jatuh. Cepat diusapnya pipi itu.“Saya akan minta orang untuk melindungi Wawak. Setelah ini, akan ada orang yang berjaga di depan rumah ini, kalau memang Wak Midun takut, tapi tolong berceritalah."Midun hanya menggeleng lemah. Air matanya bercucuran."Dari semalam, tim kepolisian pun sudah datang kemari. Mengajak mereka berdua ke kantor polisi, sayangnya mereka ini menolak mentah-mentah, Wak Midun menangis meraung-raung tidak mau, Bang Al," ucap seorang warga yang melongok di depan pintu.Alqi teramat sedih melihat keadaan ini. Wanita janda penjual sayuran yang suaminya telah pergi, hidup berdua dengan satu-satunya anak gadisnya ini yang sehari-hari berdiam di dalam rumah. Seandainya ayahnya memang pelakunya, tak akan ia maafkan. Hanya saja, terlalu kurang ajar jika Alqi meyakini keraguannya sendiri. Sementara Alqi tahu
Bab 23.-Bakti Seorang Anak-Ustadz menepuk-nepuk bahu Alqi. "Dan saya salut, kamu berhasil meringkus kepalanya." Ia menarik lengan Alqi untuk duduk di salah satu sudut ruang tunggu, mereka berdua berbicara banyak hal.---"Gimana kabar kamu Al? Kelihatannya sudah lama, ya kita nggak ketemu?" "Alhamdulillah baik, Tadz. Kabar Ustadz gimana? Iya saya jarang sekali pulang, Tadz. Mungkin karena itu Ustadz jarang lihat saya lagi." Alqi menjawab, respek."Iya, tapi kamu nampak makin gagah dan ganteng sekarang, ya." Ustadz nampak bahagia menatap anak muda di hadapannya.Alqi tersenyum simpati."Ustadz juga gimana kabar, kelihatannya tetap bugar, ini.""Ohya, tentu. Tiap subuh jalan kaki sama anak yang bungsu ke alun-alun sampai matahari terbit, balik lagi. Kemana-mana jalan kaki atau pakai sepeda kalau dekat. Banyakin senyum dimana saja," jawabnya."Gimana lancar usahanya di Jakarta?" "Mohon doanya, Tadz." "Ya, ya, ya, pasti saya bantu doakan. Bulan depan saya akan ke Depok, jemput Faty
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 24.-Berita Kematian-"Santa?""Ya, boleh bareng 'kan, Bang?""Kemana?""Ya ke Jakarta …" Alqi menghela napas. 'Ada apa dengan gadis ini. Bukankah seharusnya dia tahu aku tak akan melakukan perjalanan jauh dengan seorang wanita. Dia sendiri tahu aku lelaki yang menjaga diri dari pandangan wanita.' Alqi mengabaikan Santa. Mencium dan memeluk ibunya, juga adik-adiknya. Meminta ijin lembut agar ibunya tenang. "Nak …." Sang Ibu tak tahu harus berkata apa lagi, berkali ia melarang anak bujangnya itu untuk tak cepat pergi. Namun sia-sia."Nanti Alqi akan selalu video call, Bu. Kabari terus keadaan Ayah, ya."Rosmina mengangguk-angguk menangis."Ibu tenang, ya. Kita usaha maksimal, tapi juga kembalikan semua pada Allah." diusapnya lembut pipi wanita itu. Lantas mencium tangan keriput itu dalam. Tangan kiri Rosmina mengelus kepala itu lembut.Giliran Santa kemudian mencium tangan Rosmida, juga kepada adik-adik Alqi. Ia menyelipkan amplop lumayan tebal ke
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 25-Menjenguk Fatya-"Saya turut berduka cita, Alqi atas kepulangan Ayah kamu. Ayah kamu pasti lelaki yang sholeh, semoga surga menantinya.""Insyaa Allah. Terima kasih, ya, Bu."Lilyana menyodorkan sesuatu ke atas meja. Wanita itu baru saja pulang dari Turki. Setelah mendengar kabar dari Sri, Ia bergegas datang ke kantor Alqi. Alqi memang sesekali masih bersilaturahmi mengunjungi Sri dan Mudin di sana.Teringat beberapa kali Sri bercerita. "Mas Al, Ibu itu memang sayangnya sama kamu beneran, loch. Belio masih suka nanya-nanya soal kamu, gimana kabarnya, warna baju suka warna apa, sepatu sukanya model gimana, nomornya berapa. Westala pokok'e kalo' saya cerita tentang kamu, belio suka. Ibu juga pernah bilang, kangen sama kamu, Mas, waktu kamu baru-baru pindah dari sini. Belio seperti melamun gitu kamu nggak di sini lagi. Wes-wes kalau orang nggianteng dan baik itu, memang sulit untuk di move on-nin, Mas," ucap Sri terkekeh."Mbok nih, bisa aja. Ya Ibu
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 26-Merajut Asa Mendekap Cita-Alqi jadi sedikit melupakan rasa tak nyaman yang sempat hinggap dalam benak. Ada banyak hal berkecamuk dalam jiwa lelaki yang biasanya tenang ini.Ada rasa sedih, saat melihat mahasiswa-mahasiswa kedokteran UI itu menggunakan jas almamaternya. Sedang semangat-semangatnya kuliah, seperti halnya ia dulu yang selalu bersemangat menyambut hari-hari untuk segera menyelesaikan studinya. Mungkin bahkan kini semua teman-temannya sudah lulus, bekerja di perusahaan-perusahaan luar negeri. Ia sendiri yang hanya seorang putus kuliah.Perasaan tak nyaman lainnya, saat melihat salah seorang di antara mereka, dijodohkan dengan Fatya. Ada yang terbakar dalam jiwanya meski ia tahu tak seharusnya begitu. Rasa cemburu yang muncul tiba-tiba dalam benak melihat pemandangan itu, menyadarkannya, bahwa sejatinya ia menyukai gadis itu. Alqi kini mulai memahami perasaannya terhadap Fatya yang selama ini berusaha tak ia terjemahkan sebagai apapun.
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 27-Kerinduan Hati-Sontak Ibu, Nisa dan Altaf terbahak menyaksikan kelakar-kelakar dua orang kakak adik yang sedari dulu memang sudah seperti anjing dan kucing ini."Abang, nih, dari dulu bilangin Nida kayak Nida masih bocah aja. Nida kan udah kelas dua SMA, Bang. Wajarlah sedikit tahu soal cinta-cinta, bosen kan muroja'ah terus," elaknya lagi."Hmm, emang kamu pinter ngelesnya, ya, kayak bajai," timpal Alqi."Ya, pinterlah, 'kan duplikat Abang. Mueheheh." Nida tertawa menggoda.Tak lama terdengar adzan Isya."Sudah-sudah, shalat kalian. Sudah adzan," tegur Nisa kemudian.Nida berlari ke kamar mandi. Keluarga Almarhum Achmad ini memang sudah terbiasa mempraktekkan shalat tepat waktu. Alqi memberi kode pada Altaf untuk gegas shalat ke masjid.Rosmina hendak bangkit dari duduk, menyusul anak-anaknya berwudhu. Ditatapnya sekali lagi sekeliling ruangan yang baru ditempati pagi ini dengan haru. Rumah bertipe lima puluh yang Alqi beli dari sebuah keluarga
Bab 28-Kegamangan Rosmina-… Seorang anak yang lahir dari didikan kedua orang tua yang luar biasa, sehingga melahirkan anak yang hebat sepertimu dan adik-adik. Saya jadi terharu ...." Lilyana terisak.---"Bu, Ibu menangis?" Ada khawatir dalam benak Alqi, kenapa wanita ini berubah menjadi cengeng, padahal Alqi tahu, Lilyana sangat tegar. Karena kematangan dan kemandirian Lilyana inilah yang membuat Alqi merasa nyaman bertukar pikiran dengannya."Maaf."Alqi terdiam beberapa saat, menunggu wanita ini tenang."Yasudah Alqi, lanjutkan ceritamu. Kamu sedang ingin menceritakan sesuatu?""Tidak. Emh saya hanya ingin sedang mendengar suara Ibu. Ini sudah cukup membuat saya lega. Maafkan sekali lagi kalau saya tidak sopan, Bu. Namun begitulah adanya. Saya merasa tenang mendengar suara Ibu."Alqi kemudian menggigit bibirnya, ia tak pernah seterbuka ini pada wanita. Ia lelaki yang pandai menempatkan diri. Alqi tahu apa yang ia katakan ini mungkin sedikit berlebihan, namun entah kenapa rasa hat
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 29-Rahasia Hati Rosmina-"Masyaa Allah … ya, Jakarta sekarang sebagus ini. Ibu takjub melihatnya." Rosmina memandang keluar kaca jendela mobil. Ia dan ketiga anak-anaknya sedang diajak Alqi pergi berjalan-jalan ke taman Safari Bogor. Satu buah mobil Avanza ia booking untuk kegiatannya hari ini."Mumpung Nisa sedang libur kuliahnya," ucap Alqi ketika mengajak keluarganya.Sepanjang perjalanan mata tua itu tak henti-henti takjub dan memuji asma Allah melihat Jakarta yang menurutnya kini sudah jauh berbeda dibanding ketika ia dulu muda, berbelas tahun lamanya."Tuh rumah keren amat, ya. Kayak istana, megah, bangunannya kayak istana gitu. Bisa aja orang bikinnya." Rosmina berdecak kagum yang disambut tawa-tawa kecil anak-anaknya."Itu namanya model klasik eropa, Bu. Emang elegan rumah-rumah model gitu." Annisa menimpali.Alqi yang sedang menahkodai mobil sempat melirik rumah itu sesaat. Ia teringat sesuatu. Itu salah satu rumah Lilyana. Ia pernah diminta
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 42 Ending.-Akhir yang Bahagia-Jika tak ia turuti, khawatir akan mengecewakannya. Dituruti, maka akan semakin timbul rasa bersalah dalam benaknya.Alqi kembali merenung. Lama keduanya terduduk dalam diam."Maksud Fatya, Abang masih bisa membayarnya dengan cara lain."Alqi yang duduk menatap lantai, mendongakkan wajah."Cara lain?" Kedua alis lebat itu hampir menyatu."Maksudnya Fatya …." lanjutnya karena tak kunjung ada jawaban."Emm …. Bagaimana kalau gantinya …. Fatya minta Abang datang kepada Ayah Ibu untuk melamar Fatya?"Deg! Suara itu lirih, sangat lirih. tapi berhasil membuat Alqi tersentak hebat. Kedua bola matanya membulat. Fatya telah menegakkan kepalanya. Kini mata jeli itu menatap mata elang di hadapannya. Dengan ribuan debar yang hadir dalam dada, ia berusaha kuat menatap mata itu. Berusaha menunjukkan bahwa ia sedang tak main-main dengan permintaannya. Secepat kilat Alqi membuang pandang ke arah lain. Wajah pualam, kedua mata menyejukk
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 41-Permintaan Fatya untuk Alqi-"Masya Allah, ini indah sekali Fatya. Terima kasih, ya." "Sama-sama, Bang." Fatya mengangguk. Ada semu merah di pipinya.---"Abang doakan juga, semoga Fatya lekas wisudanya, ya ....""Amiiin, semoga lekas Sarjana Kedokteran dan jadi Dokter," timpal Nida menggelendot ke bahu Fatya."Doakan, ya, Nida, Bang.""Insyaallah …."Kemudian Fatya menyalami Rosmina dan Lilyana. Rosmina memeluk Fatya erat. "Nak Fatya, terima kasih sudah menyempatkan datang ke wisuda Alqi. Masyaallah Ibu senang sekali. Nak Fatya seorang wanita yang pasti selalu ada tepat ketika kami benar-benar membutuhkan pertolongan. Terima kasih, Nak. Terima kasih … Ibu sangat terharu Nak Fatya datang. Pasti ini di antara kesibukan kuliah Nak Fatya, menyempatkan waktu untuk datang." "Nggak, Bu. Fatya pasti menyempatkan datang. Akan sangat rugi kalau Fatya nggak ikut hadir merasakan kebahagiaan ini."Fatya mengusap-usap punggung Rosmina dalam pelukannya. Har
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 40Semu Merah di Pipi Fatya"Selamat, Bang, sudah menjadi sarjana yang membanggakan keluarga." Suara seorang wanita yang Alqi sangat kenali terdengar dari balik punggungnya.---Alqi berbalik.Seorang wanita berjilbab biru berdiri bersama dua orang pria."Santa.""Ya, Bang. Santa turut senang akhirnya Abang bisa menuntaskan pendidikan Abang. Sekali lagi selamat, ya."Santa memberikan sebuah box berpita yang sepertinya berisi kue, kepada Alqi."Terima kasih, Santa. Terima kasih juga bingkisannya. Kamu datang saja sudah membuat saya senang.""Tentu Santa datang, ini 'kan hari bahagia Abang. Abang banyak memberi pelajaran berharga dalam hidup Santa. Abang banyak membuat Santa semakin dekat dengan Allah. Semakin paham arti syukur yang sebenarnya."Wanita yang semakin mengulurkan jilbabnya lebih panjang itu sumringah."Santa juga turut senang, mendengar cerita dari Nida, Abang berkumpul kembali dengan Bu Lilyana. Santa takjub mendengar kisah Abang. Abang le
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 39-Wisuda dan Cumlaude-Dari balik pintu, dua orang Dokter sahabat Lilyana itu mengusap pipi yang basah, ikut bahagia.---Hari-hari selanjutnya Alqi banyak berdiskusi dengan para dokter yang menangani Rosmina dan Lilyana. Dua cinta terbaiknya kini yang sedang benar-benar ia usahakan kesembuhannya.Alqi telah memutuskan untuk tak akan banyak mempertanyakan tentang masa lalunya lagi kepada dua orang wanita itu. Sejatinya mereka berdua sangat menyayanginya. Rosmina yang begitu tulus membesarkannya dalam kekurangan. Lilyana yang sudah melahirkannya dan membuatnya ada di dunia ini.Itu anugerah terbesar dalam hidupnya yang sengaja Allah rancang seperti itu. Segala yang sudah terjadi mengandung ketetapan Allah. Ketetapan Allah tidak melulu sama seperti apa yang kita ingini. Terkadang kita perlu merenung lebih dalam untuk menangkap maksud Sang Pemberi Hidup. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyuka
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 38-Pelukan Penerimaan-"Assalamualaikum." Alqi mengucap salam. Tatapannya tepat bertemu dengan seorang wanita berjilbab yang sedang terbaring lemah itu. Ada iba menjalari hatinya. Melihat tubuh lemah dengan infus dan selang oksigen yang terpasang di hidung.Ia melangkah masuk perlahan dan duduk disebelah wanita itu. Hilang sudah kekecewaan yang bersemayam selama ini melihat Lilyana terbaring lemah. Lelaki yang hatinya selalu dekat kepada Allah dan dekat kepada kebaikan ini seakan mendapat petunjuk-Nya untuk segera meluaskan maaf dan melangitkan doa kepada wanita yang telah pernah berjuang melahirkannya ke dunia ini."Semoga lekas sembuh, ya, Bu," ucap Alqi.Lilyana hanya diam. Kemudian matanya sedikit memejam. Alqi mendapat informasi bahwa Lilyana sudah tak bicara sejak kemarin sore. Hanya matanya yang sesekali terbuka saat terjaga dan akan memejam kembali untuk tidur.Lama Alqi menunggunya membuka mata kembali, namun Lilyana tetap terpejam."Ibu m
Lelaki dengan Seribu Tahajud.Bab 37-Berdamai dengan Ego Diri'Lihatlah Al, bukan cuma kamu yang sakit, bahkan mereka juga sama terguncangnya. Mereka begitu menyayangimu.'Alqi lekas bangkit mengambil handuk untuk mandi. Membersihkan diri. Shalat sunnah dua rakaat mencoba mencari tenang. Menyandarkan diri pada Sang Pemilik Jiwa. Setelah itu ia meluncur dengan motor tuanya.Ia ingin segera bertemu Rosmina, wanita sederhana yang dalam ketakberpunyaannya sejak dulu selalu bersahaja. Tak pernah merasa kurang dengan apapun yang ia punya. Yang sudah sedemikian baiknya merawatnya yang bukan anak kandungnya tapi tak sedikitpun terasa ada yang berbeda. Bahkan sedemikian baiknya menjaga rahasia tentang siapa dirinya selama bertahun-tahun lamanua. Bahkan Alqi bisa merasakan bagaimana sebegitu kuatnya mimpi Rosmina untuk bisa menguliahkannya di Institut terkemuka di negeri ini. Tetap meyakini mampu menguliahkannya meski dengan segala keterbatasan. Hingga pada akhirnya garis nasib membuatnya ter
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 36-Hati yang Terguncang Membawa Sakit- Kami memang akan bergerak cepat kalau sudah ada laporan pengaduan seperti ini. Akan saya ajak diskusi Kapolsek setempat untuk menangani daerah Galanghani," jelas Sandi antusias.Kemudian AKBP Sandi Nugraha mengajak Alqi dan Ustadz Hamdani untuk makan siang di restaurant dekat Polres. Ramah sambutannya karena teringat jasa Alqi ketika di Jakarta pernah membantu mencarikan rumah sakit untuk ibunya yang patah tulang. Alqi cukup dikenal baik juga karena adik kandung AKBP Sandi, Rendi adalah teman akrab juga satu angkatannya di ITB.Usai berbincang, Alqi dan Ustadz memutuskan untuk pulang.Esoknya, Sarmi masih terus melakukan penagihan dengan penyitaan paksa. Rupanya ini jadi agenda rutin Sarmi bulan ini. Sudah banyak debiturnya yang menumpuk pembayaran di masa paceklik ini rupanya. Teguran Ustadz Hamdani kemarin tak berpengaruh apa-apa baginya. Ia tetap dengan agenda penagihan. Dengan mudah itu dijadikan alasan pena
Lelaki dengan Seribu TahajudBab 35-Jalan Allah Untuk Alqi-Berkali ia pergi meninggalkan Lilyana yang sudah menunggu di ruang tamu kantornya berjam-jam. Ia bukan tak suka. Hanya merasa butuh waktu, untuk bisa menatap wajah Lilyana kembali sebagai ibu kandungnya.--*Alqi berjalan kaki melewati hutan dan sawah-sawah tempat dimana dulu ia bermain dengan teman-teman kecilnya. Menelusuri gang demi gang di kampungnya. Shalat dari masjid ke masjid seperti halnya dulu ia selalu berpindah masjid, mencari masjid yang lebih jauh dari rumah demi bisa mendapat pahala ibadah shalat berjamaan yang lebih besar. Setelah hampir dua tahun ia datang ke desa ini kembali. Desa Galanghani. Alqi memutuskan untuk datang. Ia ingin ziarah ke makam Almarhum Achmad. Ingin mendoakan lebih dekat, ingin melepas rindu dan melepas penat yang belakangan menghimpitnya. Berziarah ke makam Acmad, Alqi rasa itu adalah pilihan yang tepat."Assalamualaikum ya ahli kubur, ya ayahandaku, lelaki tauladan nan shalih yang kes
-Membunuh Waktu-waktu yang Terasa Menyakitkan-Assalamualaikum." Suara seorang wanita yang sangat familiar di telinga Alqi mengejutkannya.Rosmina yang sedang duduk segera bangkit. Matanya menatap nanar kepada seseorang di hadapannya.----Dua orang itu beku saling memindai satu sama lain untuk beberapa saat. Kemudian tatapan Rosmina menjadi penuh kaca-kaca. "Bu Lilyanaaa …." Sapanya penuh getar.Lilyana melangkah maju memeluk Rosmina seketika.Yang terjadi seperti yang sudah bisa diperkirakan. Dua orang wanita matang usia yang sudah lama tak pernah bersua. Mereka bertangisan satu sama lain. Untuk beberapa lama saling tergugu.Rosmina memegangi lengan Lilyana, menuntunnya masuk ke dalam rumah. Tinggalah Alqi yang terbengong berdiri mematung melihat mereka berdua seakan sahabat lama yang saling rindu karena telah lama tak bersua.Ia merapikan peralatan mandi motornya, membersihkan kaki, cuci tangan lalu duduk di sebuah kursi pada teras rumahnya."Saya buatkan teh hangat dulu, ya, Bu.