Share

Bab 23

Penulis: Lathifah Nur
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bentakan nyaring Tuan Wills mengundang perhatian para petani yang melintas, hendak membersihkan lahan pertanian mereka setelah panen.

Mereka berhenti, tapi tidak ada yang berani mendekat. Mereka hanya tegak di luar pagar. Melayangkan pandangan iba pada Tuan Jaffan.

Sesekali mata mereka melirik waspada pada dua pengawal pribadi Tuan Wills.

Jika terjadi sesuatu yang buruk, mereka akan segera minggat sebelum dua lelaki beringas itu bertindak atas perintah Tuan Wills.

Tuan Wills masih menadahkan tangan pada Tuan Jaffan.

"Cepaaat! Kau telah membuang waktu berhargaku!"

"Berapa utang ayahku?" Karel tak sanggup lagi berdiam diri, menyaksikan Tuan Wills menindas ayahnya sesuka hati.

"Oh, kau anak si tua bangka ini? Kenapa tidak bilang dari tadi?" Tuan Wills mengonfirmasi dengan nada mengejek dan tatapan menghina. Mengamati penampilan Karel dari ujung rambut hingga ke kaki.

"Sepertinya nasibmu tidak lebih baik dari ayahmu. Apa kau punya uang? Kalau hanya hendak menipuku dengan mengulur waktu, j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 24

    "Ayo ke Balai Desa. Biar Kepala Desa dan stafnya yang menjadi saksi."Tuan Wills bungkam, tapi wajahnya mengatakan dengan jelas bahwa ia keberatan dengan usul Karel."Kalau Anda keberatan, lupakan saja! Anda boleh meninggalkan tempat ini. Ayahku akan melunasi utangnya setelah panen."Tuan Wills menggeram. "Apa kau tidak membaca dengan teliti isi surat perjanjian yang ditandatangani oleh ayahmu, hah?"Karel tersenyum tipis. "Tuan Wills, Anda mungkin bisa membodohi ayahku, karena mata tuanya tak lagi awas. Tapi, aku masih dapat membaca dengan sangat jelas. Aku bahkan dapat mendeteksi kecurangan yang Anda lakukan pada dokumen ini."Karel mengangkat dokumen itu sejajar dengan wajahnya. "Jadi bagaimana? Ke Balai Desa? Atau Anda akan berurusan dengan polisi?"Tuan Wills tidak mau terlibat dengan penegak hukum. Bisa-bisa ia ditangkap lantaran membuka bisnis jasa peminjaman uang secara ilegal."Cepatlah! Jangan membuang waktuku!" tukas Tuan Wills dengan nada kesal. Ia berjalan meninggalkan pe

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 25

    "Tuan Coleman," sela Karel, "Anda salah paham.""Salah paham bagaimana? Saya sudah membaca isi perjanjian yang ditandatangani oleh ayahmu. Kalian harus bersikap sportif. Kalian tak mampu membayar, jadi mau tidak mau, kalian harus merelakan aset itu kepada Tuan Wills.""Tuan Coleman, utang ayah saya menjadi utang saya juga. Apa ada di antara kami yang mengatakan bahwa kami tidak sanggup melunasinya?"Tuan Coleman terlihat bingung, tapi apa yang dikatakan Karel tak salah. Mereka tidak pernah menyatakan bahwa mereka tidak mampu membayar utang mereka pada Tuan Wills.Karel berkata tegas pada Tuan Wills, "Tuan Wills, di hadapan Kepala Desa, sekarang tolong katakan berapa total utang yang harus kami lunasi!""Tunggu, tunggu! Jadi ini bukan tentang pengalihan hak, tapi pelunasan utang?""Betul, Tuan Coleman," sahut Tuan Jaffan. "Putra saya yang akan melunasi semua utang saya pada Tuan Wills."Pengakuan polos Tuan Jaffan disambut dengan ledakan tawa dari bawahan Tuan Coleman yang ikut mengint

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 26

    "Ya? Silakan bicara, Pak!"Lelaki itu menghela napas panjang sejenak. Lidahnya terasa berat untuk digerakkan."S–sebenarnya, s–saya tidak tega untuk menagih, t–tapi ... s–saya juga sedang kepepet. Cucu saya yang telah yatim sedang dirawat di Rumah Sakit."Saya butuh uang, tapi hasil panen saya tidak terlalu bagus. Uang yang saya dapatkan dari menjual hasil panen itu tidak cukup untuk melunasi biaya pengobatan cucu saya."Lelaki itu menyeka air matanya yang jatuh menitik. Terbayang tubuh lemah cucunya yang berusia delapan tahun tergolek menahan sakit, dengan aneka selang yang menempel pada tubuh kecilnya."Berapa uang Anda yang dipinjam oleh ayah saya, Pak?" Karel melihat ketulusan dalam nada bicara dan sorot mata lelaki itu. Ia merasa tersentuh."Tuan Jaffan meminjam sebanyak empat kali. Jumlahnya tidak terlalu banyak. Kalau ditotal, itu sekitar tujuh ribu lima ratus dolar."Uang sebanyak itu tidak ada nilainya di mata orang kaya. Tapi bagi warga desa yang hidupnya pas-pasan, bahkan s

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 27

    Karel tersedak."Apa maksud Ayah ingin mengembalikan semua uang itu?""Karel, aku tidak ingin membebanimu dengan tanggung jawab yang seharusnya menjadi kewajibanku."Aku tidak menyangka pergaulanmu begitu luas, hingga temanmu percaya untuk meminjamkan uang dalam jumlah besar."Terlepas apakah kita berutang pada teman atau saudara, utang tetaplah utang. Kita wajib membayar."Mereka bersedia memberi kita pinjaman bukan karena uang mereka berlebih. Bisa jadi mereka mengorbankan kebutuhan mereka hanya karena tak tega melihat kita teraniaya."Kita mesti pandai-pandai bersyukur dan berterima kasih dengan menunjukkan kesungguhan niat untuk membayar."Tolong sampaikan rasa terima kasihku yang mendalam pada temanmu itu. Katakan padanya, aku akan mencicil setelah panen nanti!"Karel tak bisa berkata-kata.Ayahnya mengira semua uang yang ia keluarkan untuk melunasi utang berasal dari pinjaman."Ayah ... kalau aku bilang uang itu bukan pinjaman, apa Ayah akan percaya padaku?"Cukup lama Tuan Jaffa

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 28

    "Kalau aku mengatakan pekerjaanku yang sebenarnya, bisakah Ayah menyimpannya untuk diri sendiri?"Terus terang, aku merasa tidak nyaman jika orang-orang mengetahui identitasku. Nyawaku bisa saja terancam.""Hah! Segawat itu? Memangnya apa pekerjaanmu? Mata-mata?""Bukan, Ayah."Karel membisikkan sesuatu di telinga Tuan Jaffan. Membuat netra tua lelaki sepuh itu membeliak.Detik berikutnya, ia merangkul Karel. Tergugu haru."Aku bangga padamu, Nak! Tuhan telah menarikmu hingga mencapai puncak kesuksesan dengan cara-Nya.""Itu semua juga berkat doa-doa Ayah. Aku percaya Ayah tak pernah melupakanku, walaupun aku menghilang tanpa jejak."Aku selalu di hati Ayah, sama seperti diriku yang senantiasa menabur rindu untuk Ayah. Benar kan, Yah?"Tuan Jaffan mengangguk. Memang begitu kenyataannya. Di sepertiga akhir malam, ia selalu terjaga, bermunajat pada Sang Khalik untuk keselamatan putra semata wayangnya.Tak lelah ia menyemai harap akan sebuah perjumpaan dengan sang anak.Kini, setelah rat

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 29

    Tuan Jaffan menggeleng. Tersenyum meyakinkan. "Tidak, Sayang. Kebahagiaanmu adalah hal terpenting dalam hidupku. Aku menikahimu bukan untuk membuatmu mencemaskan aku."Aku ingin membina keluarga kecil yang bahagia bersamamu. Sayang, maafkanlah suamimu yang tak peka ini! Aku terlalu sibuk mengejar dolar hingga mengabaikan perasaanmu."Nyonya Jaffan menanggapi permintaan maaf suaminya dengan menyatukan bibir mereka.Setelah lumatan penuh perasaan itu terhenti, Tuan Jaffan berkata, "Sayang, tabunganku mungkin belum cukup untuk membeli lahan dan membangun rumah impianmu.""Tidak apa. Kita bisa menggunakan sisa uang pembelian lahan dengan membangun rumah papan seadanya saja."Seminggu setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya, Tuan Jaffan menjual apartemennya, lalu membeli lahan yang tidak terlalu luas di daerah subur. Harga lahan pertanian di daerah subur seperti itu sangat tinggi. Nyaris menghabiskan semua uang tabungan dan hasil penjualan apartemen miliknya.Uang yang tersisa hanya cu

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 30

    Karel dan Tuan Jaffan terus hanyut dalam perasaan yang mengharu biru.Sementara di kediaman Tuan De Groot, lelaki berwajah sangar itu meraung. Melempar segala benda yang ada di atas meja kerjanya kepada si tanpa alis."Bodoh! Mengurus satu orang tua yang sudah lemah saja kau tak mampu. Untuk apa aku menggajimu, hah?!"Prang!Cangkir kopi di atas meja Tuan De Groot menghantam lantai akibat bantingan keras dari Tuan De Groot.Serpihannya ada yang melambung tinggi, menggores wajah si tanpa alis. Darah segar mengalir deras.Lelaki yang masih sangat lemah setelah menjadi bulan-bulanan Karel itu hanya bisa meringis menahan perih."M–maaf, Tuan. Lelaki tua itu dilindungi oleh seorang pemuda yang sedang berlibur. D–dia sangat kuat.""Pecundang! Kau dan anak buahmu tak mampu mengalahkan seorang pemuda yang sedang liburan? Apa kau banci?"Tok! Tok!Kemarahan Tuan De Groot terjeda karena mendengar suara ketukan pintu.Seorang lelaki berbadan kurus masuk dengan kepala menunduk."Maaf, Tuan! Saya

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 31

    "Kalian tunggu di sini! Aku akan memeriksa ke belakang!"Clark merasa kasihan pada Jack dan anak buahnya. Seharusnya mereka beristirahat untuk memulihkan tenaga, tapi siapa yang berani melawan titah Tuan De Groot? Membantah sama saja dengan cari mati.Tuan De Groot manusia berhati iblis. Tak punya rasa belas kasihan. Ia hanya peduli pada nama baik dan keuntungan pribadinya saja.Clark mengitari rumah papan milik Tuan Jaffan. Berharap lelaki tua itu sedang berada di halaman belakang.Sepi.Tidak ada siapa-siapa di rumah itu.Clark kembali ke depan. Binar mukanya suram. "Tidak ada orang."Jack dan anak buahnya tertunduk lesu. Desah kecewa mengudara dari bibir keduanya."Mau apa lagi kalian ke sini? Sampai mati pun aku tidak akan menjual lahanku pada Tuan De Groot!"Tiga orang yang nyaris putus asa itu serentak mengangkat kepala begitu mendengar suara tegas Tuan Jaffan.Mereka balik badan. Tersenyum ramah pada Tuan Jaffan.Jack seakan baru saja menemukan oase di tengah gurun pasir. Matan

Bab terbaru

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 259

    "Bukankah kamu merasa puas setelah berhasil melampiaskan dendammu?" balas Xela, dengan suara yang juga bergetar.Bohong bila ia mengatakan membenci Karel dan tak lagi mencintainya.Karel melepaskan dekapannya, lalu memutar badan Xela."Tatap mataku!" pinta Karel. "Apa kau menemukan kepuasan di sana?"Xela memberanikan diri menantang netra kelam Karel. Yang ia temukan adalah secarik luka dan penyesalan yang mendalam.Entah kenapa Xela merasakan hatinya tersentuh dan tak tega melihat semburat derita yang bersemayam dalam manik mata Karel.Haruskah ia memberi kesempatan kedua kepada Karel?Allah saja Maha Pemaaf. Tidak sepatutnya ia menolak permintaan maaf yang tulus dari Karel.Karel tidak berselingkuh. Lagi pula, lelaki itu memperlakukannya dengan kasar karena ada alasan yang kuat. Andai dia yang berada di posisi Karel, mungkin dia akan melakukan hal yang lebih kejam dari itu.Dia mungkin tidak akan bersedia menyelamatkan mantan mertua yang telah menyiksanya.Berpikir bahwa masih ada ha

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 258

    "Anda baru saja kembali, Nona. Sekarang, mau pergi lagi. Tidak bisakah tinggal lebih lama?" rayu Bibi Lizzy, berdiri di depan pintu seraya menggenggam erat jemari Xela. Enggan untuk melepaskannya.Xela tersenyum tipis. "Bibi, hanya untuk beberapa hari. Aku akan kembali."Sungguh Xela juga enggan untuk beranjak dari desa nan bebas polusi itu, tapi apa daya, ia tidak ingin mengambil risiko jika nanti yang mencarinya ternyata benar-benar Karel.Ia belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang masih mengisi relung hatinya itu. Bukan karena benci, bukan. Dia malu pada diri sendiri.Rasa bencinya pada lelaki itu atas perlakuan kasar yang diterimanya menguap setelah mengetahui kejahatan ayahnya.Rasa sakit yang ia derita sungguh belum seujung kukunya penderitaan Karel.Jiwanya bergetar setiap kali membayangkan Karel disiksa, lalu dibuang ke tengah belantara dalam kondisi sekarat.Belum lagi kejahatan lain yang ditujukan ayahnya untuk Karel dan keluarganya. Bahkan, Karel harus kehilangan saudar

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 257

    "Bersiaplah untuk menyambut kematian keduamu, Dokter! Ah, tidak, Karel! Panggilan 'Dokter' terlalu mewah untukmu. Cuih!" Lewis meludah jijik."Huh! Coba saja!" tantang Karel seraya mengayunkan rantai di tangan kirinya, melibas anak buah Lewis yang mulai menyerang.Enggan terlalu lama bermain tarik rantai dengan Lewis, Karel membetot kuat. Seketika suara gerincing memekakkan telinga.Di tangan Karel, dua rantai tersebut berubah menjadi senjata sakti yang meliuk di udara bak dua ekor kobra sedang menari.Jerit kesakitan melengking tinggi setiap kali rantai itu berhasil menghantam dan melilit tubuh lawan, lalu membantingnya dengan kuat.Sungguh Karel tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di ruang bawah tanah itu. Ia ingin menyudahi pertarungan tersebut secepatnya.Karel mengamuk seperti orang gila. Tak memberi kesempatan kepada lawan untuk menyentuh tubuhnya.Tas! Tas!Bunyi tebasan yang berpadu dengan gerincing rantai menjadi musik horror bagi Lewis dan anak buahnya. Satu per satu m

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 256

    "Heh, bangun!"Setengah sadar, Karel merasakan tamparan keras di pipinya, diikuti kalimat makian."Dasar lemah!"Karel berjuang membuka kelopak matanya yang terasa berat. Samar netranya menangkap cahaya temaram."Di mana ini?" lirih Karel dengan suara lemah."Bagus! Akhirnya kau sadar. Aku tidak suka bermain-main saat kau pingsan. Tidak asyik!"Kepingan ingatan Karel telah sepenuhnya menyatu, melukis gambaran peristiwa yang ia alami sebelum tak sadarkan diri.Darahnya seketika mendidih, teringat kecurangan yang dilakukan komplotan Lewis dalam pertarungan.Cuih!Karel meludahi wajah Lewis yang tersenyum mengejek."Pengecut! Kau menjijikkan!""Hahaha ... ya, ya ... terserah apa katamu." Lewis mencengkeram dagu Karel. "Bagiku, kau bodoh! Sama seperti keledai."Keledai terkenal sebagai simbol kebodohan lantaran masuk ke lubang yang sama sampai dua kali.Manusia yang cerdas akan belajar dari kesalahan dan pengalaman pahitnya. Sementara si bijak akan memetik hikmah dari pengalaman orang lai

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 255

    "Saya telah menemukan jejak istri Anda, Bos.""Katakan!"Netra kelam Karel berbinar penuh harapan. Tak sia-sia ia meminta bantuan Red."Istri Anda terbang ke Belanda. Di—""Terima kasih. Aku akan segera mentransfer bayaranmu," potong Karel, tak butuh penjelasan lebih panjang.Pikirannya hanya tertuju untuk menyusul Xela.Sebuah tas sandang cukup untuk memuat beberapa potong pakaian yang akan dibawanya.Agar lebih cepat tiba di Bandara, Karel memacu motornya.Ckiit!Decit rem membelah sunyi.Sebuah mobil SUV berwarna silver menggunting laju motor Karel, tepat di daerah sawangan."Mau kabur dariku? Dalam mimpi!" hardik suara yang sangat akrab di telinga Karel.Merasa keselamatannya terancam, Karel segera turun dari motor seraya menyingkirkan helm yang melindungi kepalanya."Aku tidak ada urusan denganmu! Kenapa kau selalu menggangguku?" balas Karel dengan nada dingin."Kau, lelaki berengsek yang membuat hidup Xela-ku menderita. Kali ini aku tidak akan mengalah lagi!"Plok! Plok!Karel be

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 254

    "Di mana istriku?" tanya Karel setelah mempersilakan Herds untuk duduk."Saya tidak tahu," sahut Herds, mulai mengeluarkan sesuatu dari tas kerjanya."Kau ke sini atas perintahnya, 'kan? Tentu berkomunikasi dengannya. Apa masuk akal kau tidak mengetehui keberadaannya?""Saya mengatakan yang sebenarnya, Dokter," timpal Herds, terlihat tak terpengaruh dengan kemarahan Karel. "Nona De Groot memang menemui saya untuk menyerahkan berkas gugatan cerai untuk Anda. Sayangnya, saya tidak berpikir bahwa di saat yang sama, dia juga meninggalkan rumah Anda." Herds menyodorkan berkas perceraian tersebut kepada Karel. "Tolong tanda tangani, Dokter!"Karel memeriksa kelengkapan berkas yang disodorkan oleh Herds. Matanya membelalak melihat fotokopi buku nikah yang terlampir. Seketika ia membanting berkas tersebut ke atas meja, kemudian berlari ke kamar.Karel memeriksa laci nakas dan mengobrak-abrik isinya."Berkas itu ... Ya Tuhan!"Karel mengusap mukanya dengan kasar kala tak lagi menemukan kumpula

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 253

    "Anda jangan main-main, Nyonya! Xela pergi dengan membawa koper. Ke mana lagi dia pergi bila tidak kembali ke sini?" sergah Karel, mengira Nyonya Beth sengaja merahasiakan keberadaan Xela dari dirinya."Sungguh, Dokter J. Saya tidak bohong," sanggah Nyonya Beth. "Semenjak datang terakhir kali menemui Tuan De Groot, Nona Muda tidak pernah ke sini lagi."Karel menyelami manik mata Nyonya Beth dengan tatapan lekat. Tak ada kebohongan yang ia temukan. Sebaliknya, riak kecemasan terpatri jelas di sana."Lalu, ke mana perginya Xela?" gumam Karel, seakan berbicara pada diri sendiri.Nyonya Beth juga terdiam. Sesaat kemudian ia berkata dengan nada bimbang, "Apa mungkin ... Nona Muda ... pergi membesuk Tuan De Groot?""Huh? Bukankah baru seminggu yang lalu ayah mertuaku keluar dari rumah sakit? Kenapa dia bisa kambuh?""B–bukan itu, Dokter. Kesehatan Tuan De Groot baik-baik saja. Tuan ... Tuan ... ah, saya juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi," kata Nyonya Beth, terbata-bata.Karel

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 252

    "Aaargh!" Karel mendengkus kesal. "Xela tidak ada di rumah Clara. Ke mana dia? Apa mungkin pulang ke rumah ayahnya?"Tak ingin kehilangan jejak Xela, Karel pun memacu motornya menuju kediaman Tuan De Groot.Namun, baru saja turun dari motor, sebuah tendangan membuatnya terjatuh. Motor pun ikut roboh."Berengsek! Masih berani kau menginjakkan kaki di rumah ini!" umpat Lewis.Matanya yang penuh kebencian menyala-nyala terbakar amarah.Karel bangkit seraya menepis debu dan kotoran yang melekat di tubuhnya. Abai akan motor yang masih tergolek."Ini rumah mertuaku. Kapan pun aku bisa datang ke sini.""Banyak bacot!" geram Lewis, kembali menyerang Karel.Karel yang masih kacau memikirkan Xela bereaksi lambat. Tak khayal serangan itu mendarat di dadanya. Seketika ia terjengkang. Untung kerimbunan tanaman hias menahan punggungnya."Jangan pernah bertingkah sok suci di hadapanku!" hardik Lewis. "Aku tahu siapa kau. Di balik nama besarmu, kau hanyalah seekor rubah licik!"Karel menyeringai. "Ba

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 251

    "Pergi kau dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" Karel menyeret kasar lengan Xela, turun dari teras rumah kayu milik ayahnya."Akh!" Xela menjerit kesakitan.Karel mengempaskannya hingga tersungkur ke tanah."Simpan air mata buayamu itu! Aku tidak akan tertipu," sentak Karel dengan nada dingin. "Percuma kau mengarang cerita pada temanmu. Aku tidak akan percaya!"Xela tergugu."Apa salahku padamu?" tanya Xela. Suaranya terdengar parau."Banyak! Dan aku membencimu hingga ke sum-sum tulangku. Enyah!"Tes! Tes!"Aish! Hujan lagi!" gerutu Karel, melindungi kepalanya dari terpaan hujan dengan telapak tangan sambil berlari menuju rumah ayahnya.Ternyata segala luapan emosinya terhadap Xela hanyalah angan dalam lamunan."Sayang sekali kau terlambat, Nak!" kata Tuan Jaffan begitu Karel melangkah masuk setelah melepas kemejanya yang basah dan memerasnya."Dia baru saja pergi," imbuh Tuan Jaffan."Dia? Siapa?" tanya Karel, terbayang siluet sosok wanita yang mirip dengan Xela melangkah kelua

DMCA.com Protection Status