Share

Bab 30

Author: Lathifah Nur
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Karel dan Tuan Jaffan terus hanyut dalam perasaan yang mengharu biru.

Sementara di kediaman Tuan De Groot, lelaki berwajah sangar itu meraung. Melempar segala benda yang ada di atas meja kerjanya kepada si tanpa alis.

"Bodoh! Mengurus satu orang tua yang sudah lemah saja kau tak mampu. Untuk apa aku menggajimu, hah?!"

Prang!

Cangkir kopi di atas meja Tuan De Groot menghantam lantai akibat bantingan keras dari Tuan De Groot.

Serpihannya ada yang melambung tinggi, menggores wajah si tanpa alis. Darah segar mengalir deras.

Lelaki yang masih sangat lemah setelah menjadi bulan-bulanan Karel itu hanya bisa meringis menahan perih.

"M–maaf, Tuan. Lelaki tua itu dilindungi oleh seorang pemuda yang sedang berlibur. D–dia sangat kuat."

"Pecundang! Kau dan anak buahmu tak mampu mengalahkan seorang pemuda yang sedang liburan? Apa kau banci?"

Tok! Tok!

Kemarahan Tuan De Groot terjeda karena mendengar suara ketukan pintu.

Seorang lelaki berbadan kurus masuk dengan kepala menunduk.

"Maaf, Tuan! Saya
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 31

    "Kalian tunggu di sini! Aku akan memeriksa ke belakang!"Clark merasa kasihan pada Jack dan anak buahnya. Seharusnya mereka beristirahat untuk memulihkan tenaga, tapi siapa yang berani melawan titah Tuan De Groot? Membantah sama saja dengan cari mati.Tuan De Groot manusia berhati iblis. Tak punya rasa belas kasihan. Ia hanya peduli pada nama baik dan keuntungan pribadinya saja.Clark mengitari rumah papan milik Tuan Jaffan. Berharap lelaki tua itu sedang berada di halaman belakang.Sepi.Tidak ada siapa-siapa di rumah itu.Clark kembali ke depan. Binar mukanya suram. "Tidak ada orang."Jack dan anak buahnya tertunduk lesu. Desah kecewa mengudara dari bibir keduanya."Mau apa lagi kalian ke sini? Sampai mati pun aku tidak akan menjual lahanku pada Tuan De Groot!"Tiga orang yang nyaris putus asa itu serentak mengangkat kepala begitu mendengar suara tegas Tuan Jaffan.Mereka balik badan. Tersenyum ramah pada Tuan Jaffan.Jack seakan baru saja menemukan oase di tengah gurun pasir. Matan

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 32

    Clark meraih sebuah koper yang ia selipkan di sela pot bunga. Ia melangkah maju, menyerahkan koper itu kepada Tuan Jaffan setelah lebih dulu membukanya."Ada juga uang tunai senilai lima ratus ribu dolar untuk Anda, Tuan. Terimalah!"Jack dan anak buahnya meneguk ludah melihat gepokan uang di dalam koper.Tuan De Groot telah berubah. Kali ini dia benar-benar sangat murah hati.Lelaki yang terkenal pelit itu rela membelikan hadiah berharga mahal untuk seorang petani miskin. Selain itu, ia juga memberinya uang tunai.Nilainya bahkan lebih besar dari gaji mereka bekerja pada Tuan De Groot selama dua tahun. Ada apa ini?Bukankah itu agak berlebihan bila hanya untuk menghargai seorang Deon? Mungkin otak Tuan De Groot sedikit bermasalah setelah nyaris menjadi korban begal.Tuan Jaffan bengong. Ia sama terkejutnya dengan anak buah Tuan De Groot. Sepertinya matahari benar-benar terbit dari Barat, dilihat dari titik rumah Tuan De Groot."Aku tidak akan masuk ke dalam jebakan kalian!"Tuan Jaff

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 33

    "Kali ini bukan jebakan, Ayah. Aku yakin dia tidak akan berani melakukan hal seperti itu. Dia sangat menyayangi putri tunggalnya.""Apa hubungannya semua hadiah ini dengan putrinya?""Sudahlah, Ayah. Tidak usah terlalu dipikirkan. Nikmati saja!"Karel tak bisa menceritakan kemungkinan ada kaitan antara hadiah yang dikirim Tuan De Groot dengan tugasnya sebagai pengawal pribadi Xela.Tuan Jaffan pun tak ingin memaksakan diri untuk mencari jawab dari ketidakmengertiannya. Biar saja semua berjalan seperti air mengalir.Karel benar. Dia hanya perlu menikmati berkah yang telah ia terima dengan penuh rasa syukur.Barang siapa yang senantiasa bersyukur atas nikmat Allah, maka Allah akan menambah nikmat itu dengan berlipat ganda.Lagi pula, uang tunai dari Tuan De Groot akan sangat membantu dalam mewujudkan rumah impian mendiang istrinya.Selepas makan malam, Tuan Jaffan tidur lebih awal. Begitu pula dengan Karel.Namun, saat tengah malam, ketika keduanya terlelap, telinga sensitif Karel menden

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 34

    Pagi-pagi sekali, raung sirene memecah sunyi. Cahaya merah dari lampu sirene berdisko, menembus kabut pagi.Sebagian petani bangun lebih awal gara-gara mendengar bunyi yang memekakkan telinga itu.Desa Terrariant yang biasanya hening di kala rerumputan menggeliat bangun, mendadak heboh. Suara nguing-nguing meraung di sepanjang jalan, lalu berhenti di halaman rumah Tuan Jaffan."Ada apa lagi?""Kenapa selalu timbul masalah di rumah itu?""Rumah itu dikutuk! Tidak ada hal baik yang terjadi di rumah itu semenjak istri Tuan Jaffan meninggal."Desas-desus tak sedap menebar secepat kilat dari mulut ke mulut di antara orang-orang yang datang berkerumun, menonton adegan polisi menangkap para pencuri yang menyatroni kediaman Tuan Jaffan.Enam aparat kepolisian menyeret tiga orang lelaki bersebo dengan kedua tangan diborgol.Setelah menutup pintu mobil, salah satu dari polisi itu mendekati Karel."Terima Kasih, Tuan! Anda telah berjasa membantu tugas polisi. Kami harap Anda tidak keberatan meme

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 35

    Wajah Clark memucat. Ia berkata dalam hati, 'Aku harus mencari cara agar terlepas dari masalah ini.'"Sudah jelas, kan?" tanya Tuan De Groot disertai tatapan yang menyorot tajam.Clark menyembunyikan kegugupannya. Ia manggut-manggut. Paham apa yang harus ia lakukan."B-baik, Tuan. Saya undur diri.""Hem!"Di saat bersamaan, di kediaman Tuan Jaffan, Karel sedang berkemas, siap untuk meninggalkan rumah ayahnya."Kau tidak ingin menginap lebih lama?"Tuan Jaffan berdiri di pintu, bersandar lesu pada bingkainya yang rapuh. Sebagian dari bingkai kayu itu bahkan telah dimakan rayap.Ia memperhatikan Karel melipat pakaian di atas kasur, kemudian menyusunnya ke dalam ransel. Ada rasa sesak yang menyeruak ke dalam dadanya."Besok aku harus menghadiri acara penting di Rumah Sakit, Ayah. Aku juga belum melapor. Tidak mungkin aku bolos pada hari pertama masuk kerja.""Katamu kau hanya akan dipanggil untuk menangani kasus serius. Itu artinya kau tidak harus berkantor di Rumah Sakit, bukan?""Betul

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 36

    Apa? Komplotan pencuri?Karel dan Kevin sama-sama mengerutkan kening. Tak percaya ada orang asing yang begitu berani menuduh mereka sebagai komplotan pencuri.Polisi yang terlihat dua tahun lebih tua dari Kevin dan Karel tercenung sejenak saat melihat wajah Kevin.Ia merasa tidak asing dengan wajah tampan itu. Selama beberapa detik ia berpikir keras, mengingat sosok yang tegak diam di depannya itu, tetapi tak ada kilas ingatan yang muncul di kepalanya."Pak! Ayo! Tangkap mereka!" Wanita bawel itu mendesak sang polisi untuk meringkus Karel dan Kevin."Anda siapa, Nona?" tanya Kevin. Nada suaranya terdengar tidak ramah. "Tiba-tiba masuk ke pekarangan rumah orang, lalu seenaknya memerintah polisi untuk menangkap kami. Apa rumah ini milik Anda?"Tak menyangka Kevin akan menyerang balik dirinya, wanita itu murka."Hei, Bung! Anda tidak punya hak untuk mengetahui siapa pemilik rumah ini. Aku atau bukan, apa untungnya bagi Anda?"Wanita itu menelanjangi Kevin dengan tatapan garang. "Cih, pena

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 37

    Sungguh wanita yang sangat keras kepala!Polisi muda itu baru saja akan membuka mulut ketika Kevin menyela, "Sudahlah, Pak. Percuma saja menjelaskan kepada orang yang berkepala batu. Kami lelah dan butuh istirahat.""Oh, silakan, Tuan!" Polisi itu merasa sungkan. Ia menyerahkan kembali kartu milik Kevin. "Maaf telah mengganggu kenyamanan Anda.""Tidak apa! Anda hanya menjalankan tugas."Karel dan Kevin berbalik, mulai mengayun langkah menuju rumah.Wanita itu berlari mengejar, lalu mengadang langkah mereka dengan merentangkan kedua tangan."Berhenti! Selama masih ada aku di sini, kalian tidak akan bisa masuk ke rumah itu!"Karel menghela napas panjang dan dalam. Ia terlalu lelah bila harus berhadapan lagi dengan orang seperti wanita itu.Cukup sudah ia bermain-main dengan anak buah Tuan De Groot. Sekarang ia butuh istirahat sebelum mempersiapkan rencana untuk hari esok."Menyingkirlah, Nona! Aku ingin istirahat di rumah sendiri. Kenapa kau terus menghalangi dan membuat keributan?" Kare

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 38

    "Aku akan tinggal di sini malam ini, tapi aku pulang dulu. Aku mau mandi dan ganti baju.""Sebaiknya kau bawa kunci cadangan!" saran Karel, sebelum Kevin mengayun langkah untuk berlalu dari ruangan itu.Kevin terlihat berpikir sejenak, kemudian memisahkan satu kunci dari atas meja dan mengantonginya."Mau kubawakan makan malam?" tawarnya."Tidak usah.""Oh, oke."Sepeninggal Kevin, Karel turun ke ruang bawah tanah, di mana laboratorium pribadinya berada.Menyusuri lorong serba putih, Karel akhirnya berhenti di hadapan sebuah lukisan sesosok pria muda—Karel J. yang asli.Karel menarik telinga kiri dalam lukisan itu. Seketika terdengar desing halus dari pintu rahasia yang berputar.Sebuah terowongan terbentang di depan mata Karel. Dinding lorong itu juga dipenuhi dengan lukisan potret Karel di kedua sisi.Sisi kiri dihiasi dengan wajah Karel J. yang merupakan putra kandung Profesor Jansen. Pada dinding lorong sebelah kanan, berjajar potret dirinya saat masih berstatus sebagai mahasiswa

Latest chapter

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 259

    "Bukankah kamu merasa puas setelah berhasil melampiaskan dendammu?" balas Xela, dengan suara yang juga bergetar.Bohong bila ia mengatakan membenci Karel dan tak lagi mencintainya.Karel melepaskan dekapannya, lalu memutar badan Xela."Tatap mataku!" pinta Karel. "Apa kau menemukan kepuasan di sana?"Xela memberanikan diri menantang netra kelam Karel. Yang ia temukan adalah secarik luka dan penyesalan yang mendalam.Entah kenapa Xela merasakan hatinya tersentuh dan tak tega melihat semburat derita yang bersemayam dalam manik mata Karel.Haruskah ia memberi kesempatan kedua kepada Karel?Allah saja Maha Pemaaf. Tidak sepatutnya ia menolak permintaan maaf yang tulus dari Karel.Karel tidak berselingkuh. Lagi pula, lelaki itu memperlakukannya dengan kasar karena ada alasan yang kuat. Andai dia yang berada di posisi Karel, mungkin dia akan melakukan hal yang lebih kejam dari itu.Dia mungkin tidak akan bersedia menyelamatkan mantan mertua yang telah menyiksanya.Berpikir bahwa masih ada ha

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 258

    "Anda baru saja kembali, Nona. Sekarang, mau pergi lagi. Tidak bisakah tinggal lebih lama?" rayu Bibi Lizzy, berdiri di depan pintu seraya menggenggam erat jemari Xela. Enggan untuk melepaskannya.Xela tersenyum tipis. "Bibi, hanya untuk beberapa hari. Aku akan kembali."Sungguh Xela juga enggan untuk beranjak dari desa nan bebas polusi itu, tapi apa daya, ia tidak ingin mengambil risiko jika nanti yang mencarinya ternyata benar-benar Karel.Ia belum siap untuk bertemu dengan lelaki yang masih mengisi relung hatinya itu. Bukan karena benci, bukan. Dia malu pada diri sendiri.Rasa bencinya pada lelaki itu atas perlakuan kasar yang diterimanya menguap setelah mengetahui kejahatan ayahnya.Rasa sakit yang ia derita sungguh belum seujung kukunya penderitaan Karel.Jiwanya bergetar setiap kali membayangkan Karel disiksa, lalu dibuang ke tengah belantara dalam kondisi sekarat.Belum lagi kejahatan lain yang ditujukan ayahnya untuk Karel dan keluarganya. Bahkan, Karel harus kehilangan saudar

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 257

    "Bersiaplah untuk menyambut kematian keduamu, Dokter! Ah, tidak, Karel! Panggilan 'Dokter' terlalu mewah untukmu. Cuih!" Lewis meludah jijik."Huh! Coba saja!" tantang Karel seraya mengayunkan rantai di tangan kirinya, melibas anak buah Lewis yang mulai menyerang.Enggan terlalu lama bermain tarik rantai dengan Lewis, Karel membetot kuat. Seketika suara gerincing memekakkan telinga.Di tangan Karel, dua rantai tersebut berubah menjadi senjata sakti yang meliuk di udara bak dua ekor kobra sedang menari.Jerit kesakitan melengking tinggi setiap kali rantai itu berhasil menghantam dan melilit tubuh lawan, lalu membantingnya dengan kuat.Sungguh Karel tak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di ruang bawah tanah itu. Ia ingin menyudahi pertarungan tersebut secepatnya.Karel mengamuk seperti orang gila. Tak memberi kesempatan kepada lawan untuk menyentuh tubuhnya.Tas! Tas!Bunyi tebasan yang berpadu dengan gerincing rantai menjadi musik horror bagi Lewis dan anak buahnya. Satu per satu m

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 256

    "Heh, bangun!"Setengah sadar, Karel merasakan tamparan keras di pipinya, diikuti kalimat makian."Dasar lemah!"Karel berjuang membuka kelopak matanya yang terasa berat. Samar netranya menangkap cahaya temaram."Di mana ini?" lirih Karel dengan suara lemah."Bagus! Akhirnya kau sadar. Aku tidak suka bermain-main saat kau pingsan. Tidak asyik!"Kepingan ingatan Karel telah sepenuhnya menyatu, melukis gambaran peristiwa yang ia alami sebelum tak sadarkan diri.Darahnya seketika mendidih, teringat kecurangan yang dilakukan komplotan Lewis dalam pertarungan.Cuih!Karel meludahi wajah Lewis yang tersenyum mengejek."Pengecut! Kau menjijikkan!""Hahaha ... ya, ya ... terserah apa katamu." Lewis mencengkeram dagu Karel. "Bagiku, kau bodoh! Sama seperti keledai."Keledai terkenal sebagai simbol kebodohan lantaran masuk ke lubang yang sama sampai dua kali.Manusia yang cerdas akan belajar dari kesalahan dan pengalaman pahitnya. Sementara si bijak akan memetik hikmah dari pengalaman orang lai

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 255

    "Saya telah menemukan jejak istri Anda, Bos.""Katakan!"Netra kelam Karel berbinar penuh harapan. Tak sia-sia ia meminta bantuan Red."Istri Anda terbang ke Belanda. Di—""Terima kasih. Aku akan segera mentransfer bayaranmu," potong Karel, tak butuh penjelasan lebih panjang.Pikirannya hanya tertuju untuk menyusul Xela.Sebuah tas sandang cukup untuk memuat beberapa potong pakaian yang akan dibawanya.Agar lebih cepat tiba di Bandara, Karel memacu motornya.Ckiit!Decit rem membelah sunyi.Sebuah mobil SUV berwarna silver menggunting laju motor Karel, tepat di daerah sawangan."Mau kabur dariku? Dalam mimpi!" hardik suara yang sangat akrab di telinga Karel.Merasa keselamatannya terancam, Karel segera turun dari motor seraya menyingkirkan helm yang melindungi kepalanya."Aku tidak ada urusan denganmu! Kenapa kau selalu menggangguku?" balas Karel dengan nada dingin."Kau, lelaki berengsek yang membuat hidup Xela-ku menderita. Kali ini aku tidak akan mengalah lagi!"Plok! Plok!Karel be

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 254

    "Di mana istriku?" tanya Karel setelah mempersilakan Herds untuk duduk."Saya tidak tahu," sahut Herds, mulai mengeluarkan sesuatu dari tas kerjanya."Kau ke sini atas perintahnya, 'kan? Tentu berkomunikasi dengannya. Apa masuk akal kau tidak mengetehui keberadaannya?""Saya mengatakan yang sebenarnya, Dokter," timpal Herds, terlihat tak terpengaruh dengan kemarahan Karel. "Nona De Groot memang menemui saya untuk menyerahkan berkas gugatan cerai untuk Anda. Sayangnya, saya tidak berpikir bahwa di saat yang sama, dia juga meninggalkan rumah Anda." Herds menyodorkan berkas perceraian tersebut kepada Karel. "Tolong tanda tangani, Dokter!"Karel memeriksa kelengkapan berkas yang disodorkan oleh Herds. Matanya membelalak melihat fotokopi buku nikah yang terlampir. Seketika ia membanting berkas tersebut ke atas meja, kemudian berlari ke kamar.Karel memeriksa laci nakas dan mengobrak-abrik isinya."Berkas itu ... Ya Tuhan!"Karel mengusap mukanya dengan kasar kala tak lagi menemukan kumpula

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 253

    "Anda jangan main-main, Nyonya! Xela pergi dengan membawa koper. Ke mana lagi dia pergi bila tidak kembali ke sini?" sergah Karel, mengira Nyonya Beth sengaja merahasiakan keberadaan Xela dari dirinya."Sungguh, Dokter J. Saya tidak bohong," sanggah Nyonya Beth. "Semenjak datang terakhir kali menemui Tuan De Groot, Nona Muda tidak pernah ke sini lagi."Karel menyelami manik mata Nyonya Beth dengan tatapan lekat. Tak ada kebohongan yang ia temukan. Sebaliknya, riak kecemasan terpatri jelas di sana."Lalu, ke mana perginya Xela?" gumam Karel, seakan berbicara pada diri sendiri.Nyonya Beth juga terdiam. Sesaat kemudian ia berkata dengan nada bimbang, "Apa mungkin ... Nona Muda ... pergi membesuk Tuan De Groot?""Huh? Bukankah baru seminggu yang lalu ayah mertuaku keluar dari rumah sakit? Kenapa dia bisa kambuh?""B–bukan itu, Dokter. Kesehatan Tuan De Groot baik-baik saja. Tuan ... Tuan ... ah, saya juga tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi," kata Nyonya Beth, terbata-bata.Karel

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 252

    "Aaargh!" Karel mendengkus kesal. "Xela tidak ada di rumah Clara. Ke mana dia? Apa mungkin pulang ke rumah ayahnya?"Tak ingin kehilangan jejak Xela, Karel pun memacu motornya menuju kediaman Tuan De Groot.Namun, baru saja turun dari motor, sebuah tendangan membuatnya terjatuh. Motor pun ikut roboh."Berengsek! Masih berani kau menginjakkan kaki di rumah ini!" umpat Lewis.Matanya yang penuh kebencian menyala-nyala terbakar amarah.Karel bangkit seraya menepis debu dan kotoran yang melekat di tubuhnya. Abai akan motor yang masih tergolek."Ini rumah mertuaku. Kapan pun aku bisa datang ke sini.""Banyak bacot!" geram Lewis, kembali menyerang Karel.Karel yang masih kacau memikirkan Xela bereaksi lambat. Tak khayal serangan itu mendarat di dadanya. Seketika ia terjengkang. Untung kerimbunan tanaman hias menahan punggungnya."Jangan pernah bertingkah sok suci di hadapanku!" hardik Lewis. "Aku tahu siapa kau. Di balik nama besarmu, kau hanyalah seekor rubah licik!"Karel menyeringai. "Ba

  • Lelaki Dua Wajah   Bab 251

    "Pergi kau dari sini dan jangan pernah kembali lagi!" Karel menyeret kasar lengan Xela, turun dari teras rumah kayu milik ayahnya."Akh!" Xela menjerit kesakitan.Karel mengempaskannya hingga tersungkur ke tanah."Simpan air mata buayamu itu! Aku tidak akan tertipu," sentak Karel dengan nada dingin. "Percuma kau mengarang cerita pada temanmu. Aku tidak akan percaya!"Xela tergugu."Apa salahku padamu?" tanya Xela. Suaranya terdengar parau."Banyak! Dan aku membencimu hingga ke sum-sum tulangku. Enyah!"Tes! Tes!"Aish! Hujan lagi!" gerutu Karel, melindungi kepalanya dari terpaan hujan dengan telapak tangan sambil berlari menuju rumah ayahnya.Ternyata segala luapan emosinya terhadap Xela hanyalah angan dalam lamunan."Sayang sekali kau terlambat, Nak!" kata Tuan Jaffan begitu Karel melangkah masuk setelah melepas kemejanya yang basah dan memerasnya."Dia baru saja pergi," imbuh Tuan Jaffan."Dia? Siapa?" tanya Karel, terbayang siluet sosok wanita yang mirip dengan Xela melangkah kelua

DMCA.com Protection Status