Satu minggu kemudian Liar mendapat pesan dari Tetua Agung pada giok pengirim. Dia meminta Liar untuk menemuinya sekarang juga karena ada hal penting yang akan di sampaikannya. Dengan tenang Liar keluar dan melesat ke tempat Tetua Agung."Salam Tetua Agung, junior sudah datang" sapa Liar sopan ada rasa entah kenapa membenci Tetua Agung."Ahh.. Tuan Muda, mari ikuti saya ke ruangan pribadi saya.." sambut Tetua Agung.Mereka duduk berdua dan Tetua Agung memasang formasi penghalang kemudian menjelaskan apa yang menjadi tujuannya kepada Liar secara detail. Liar menatap mata Tetua Agung dengan dingin dan tenang mendengarkan semua penjelasannya."Apa hanya itu tugasku?" tanya Liar singkat."Ya, hanya itu tugas Tuan Muda dan sisanya akan diselesaikan oleh kelompok murid Suci yang terpilih.." jawab Tetua Agung dengan senyum yang dibuat - buat untuk menutupi kelicikannya.Namun hal yang tidak disadari oleh Tetua Agung bahwa Liar sudah menembus ruang jiwanya dan membaca semua rencana Tetua Agung
Tidak dinyana dan tidak diduga jiwa Liar berevolusi hingga memiliki bentuk manusia sempurna. Energi kematian dan energi kekacauan yang menyatu dengan jiwanya membentuk benang - benang jiwa yang berhamburan keluar dari tubuh jiwa Liar.Bahkan Liar sendiri merasa gugup dan sedikit tertekan berada di hadapan tubuh jiwanya sendiri. Saat tubuh jiwanya membuka mata dia berdiri dan mengacungkan jarinya pada kesadaran Liar dan ribuan benang jiwa memasuki kesadarannya."Kau adalah aku dan aku adalah kau... dengan benang - benang jiwa ini kau bisa menggabungkannya dalam setiap seranganmu bahkan dengan kekuatan fisikmu. Dengan kemampuan seni Pendekar warisan Ibumu kau tidak usah khawatir akan ketahuan oleh para Kultivator jika seranganmu mengandung kekuatan jiwa kematian dan kekacauan dan aku sebagai jiwamu juga tidak harus bersatu dengan tubuh fisikmu.." ujar tubuh jiwa Liar.Liar pun segera memasuki dantiannya dan menyebarkan benang - benang jiwa hingga membungkus dua energi yang ada di dantia
Posisi Liar yang tepat berada di bawah dada Beruang Api langsung mendorong kedua tinjunya menghantam dada Beruang Api.BOOOMM!Tubuh Beruang Api terhempas tinggi ke udara dengan dara menyembur dari lubang besar di dadanya dan jatuh berdebum ke tanah tanpa nyawa. Liar menghampirinya dan menghancurkan kepalanya untuk mengambil inti bintang iblisnya."Sayang sekali aku tidak tertarik dengan daging beruang dan aku juga belum memiliki seorang teman pun di Sekte Nagasura selain para orang tua usil itu.." gumam Liar sambil berlalu pergi.Langkah Liar terayun semakin dalam di bagian tengah hutan yang terasa aneh karena tidak satu pun binatang iblis yang Liar jumpai. Namun baru saja Liar bergelut dengan pikirannya, tidak jauh dari hadapan Liar tampak seekor kadal hitam yang sangat besar dan menyemburkan aroma busuk.Kadal itu menoleh dan menemukan keberadaan Liar yang berjalan tenang ke arahnya. Kadal hitam besar berbau busuk itu terlihat marah dan menatap Liar penuh intimidasi dengan terus me
Liar sengaja tidak mengejar binatang iblis spiritual yang terpental namun mengeluarkan pedang bobrok yang kini terlihat lebih mengerikan. Seluruh bilahnya yang berwarna hitam pekat terlihat seperti bulu elang di permukaannya dan kedua sisi tajamnya bergerigi seperti bulu yang rusak oleh angin.Benang - benang jiwa bergoyang di setiap ujung gerigi pada mata pedangnya, sementara aura kekacauan bersinar redup tipis di tengah bilahnya membuat penampilan pedangnya terlihat mengerikan. Binatang iblis spiritual menatap Liar dengan tatapan membunuh dan penuh kebencian."Manusia tidak tahu diri! dengan kekuatan kecilmu itu kau berani menantangku, maka terimalah kematianmu!"WUUUTTT!Bola energi sebesar kelapa dengan aura kekerasan melesat ke arah Liar namun Liar sama sekali tidak panik dan merentangkan kedua tangannya dengan senyum mengejek.PERTAHANAN BADAI JIWA!BOOOMM!Bola energi itu menghantam tubuh Liar dengan telak hingga menimbulkan getaran di sekitarnya disertai asap dan debu yan begi
"Wooii bocah udik! Jangan sombong dan pamer di depanku!" hardik Pan Liang penuh amarah."Ooohh.. sudah sampai kalian. Heeii... senior Pan, apa masalahmu hingga terlihat sangat marah? Aku hanya istirahat sambil menunggu kalian.." jawab Liar sambil tersenyum mengejek.Pan Liang semakin meradang melihat ejekan Liar secara terang - terangan dan bersiap untuk menyerangnya namun di cegah oleh teman - temannya. Pan Liang awalnya sempat berontak namun akhirnya menyadari ucapan teman - temannya dan memilih untuk diam.Liar sendiri hanya menatap tajam mereka dengan tatapan yang sangat dingin. Dan sebagai pelampiasan kekesalannya, Liar mengetuk batu tempatnya tiduran dengan jari telunjuknya.BLAAARR!Batu besar itu pun hancur berkeping - keping membuat teman - teman Pan Liang terkejut dengan wajah pucat. Sementara Pan Liang sendiri merasa jantungnya berdebar keras namun tetap bersikap sombong dan angkuh."Apa kita hanya akan mematung di tempat ini saja? Kapan kita akan sampai di tempat tujuan...
Gagak Jiwa melakukan serangan demi serangan main - main penuh kegembiraan disertai tawa mengejek yang tidak pernah berhenti."Hahahahah! Ayo manusia - manusia sombong dan penuh iri dengki, di mana kesombongan kalian sebelumnya?" ejek Gagak Jiwa sambil terus menyerang.Pan Liang merasa sangat kesal meskipun menyadari dia tidak akan mampu meski hanya menghadapi kekuatan main - main Gagak Jiwa. Namun rasa egois dan angkuh yang sudah membatu dalam hatinya membuat dia lupa daratan dan memandang tinggi dirinya sendiri."Ayo gunakan formasi tempur kita! Aku yakin bisa membuat gagak sialan ini terluka!" teriak Pan Liang kepada teman - temannya.Mereka pun membentuk formasi tempur yang selama ini mereka banggakan dalam pertarungan berkelompok. Mereka bergerak dinamis saling silang menyusun serangan yang memang sedikit berhasil membuat Gagak Jiwa kerepotan. Akan tetapi dengan kecepatannya, Gagak Jiwa mampu membalikkan keadaan.Setiap kibasan tongkat Gagak Jiwa terus mereduksi kesadaran jiwa Pan
Pertempuran sengit yang terjadi semakin memanas dan menggila, sepasang suami istri yang tak kenal takut itu terus memberikan perlawanan luar biasa. Keduanya mengamuk penuh semangat dalam bertempur seolah - olah memiliki energi yang tiada habisnya sebagai seorang Pendekar Suci.Meskipun mereka hanya berdua dan harus menghadapi puluhan ahli yang terdiri dari Pendekar dan Kultivator, mereka sama sekali tidak menemui kesulitan. Begitu juga dengan pasukannya yang di dominasi oleh ratusan ribu ras Binatang Spiritual Buas Kuno di damping puluhan ribu bangsa Dewa di bawah pimpinan Dayang Cempaka, Permaisuri Ratna Manggali, Kaisar Huang Taizi, Ratu Citra Kencana dan Prabu Chandra Adhyaksa.Puluhan ribu bangsa Dewa dan ratusan ribu ras Binatang Spiritual Buas Kuno sama sekali tidak memandang jumlah musuh yang beberapa kali lipat lebih banyak dari mereka. Mereka tetap fokus memberikan perlawanan terbaik mereka dan tidak ada niat sedikit pun untuk mengampuni musuh."Sondong... kau menyingkirlah
Liar yang berdiri di tepi tebing memandang luas ke arah cakrawala, tampangnya yang dingin tidak sedikit pun menunjukkan kegundahan hatinnya. Kedua gurunya hanya menatap santai di belakangnya dan membiarkan murid tercinta mereka meresapi makna di balik cakrawala sore. "Liar... aku rasa kau sudah cukup untuk turun melihat hiruk pikuk kehidupan di luar sana. Ranah kependekaranmu sudah berada di atas ranah pilih tanding, jika harus menggunakan ranah kultivasi pun kau sudah mencapai ranah Kaisar Dewa Penguasa menengah... Jadi kurang apa lagi.." tanya Sondong Sasongko."Pamanmu itu benar Liar... di usiamu yang baru lima belas tahun itu merupakan pencapaian luar biasa dan kau bisa disebut sebagai jenius tiada tara bahkan jenius langka.." timpal Chen Jia.Liar membalikkan badannya dan menghadap ke arah kedua gurunya dengan tatapan dan wajah yang tetap dingin, namun bagi kedua praktisi hebabt itu sudah menjadi hal biasa melihat sikap Liar yang seperti itu."Aku hanya akan turun gunung saat ak