Huan Le memincingkan matanya sejenak, lalu dia berkata, "Xiao Chen dari pangeran Phoenix itu hanya pemuda yang tidak berkultivasi... Mungkin nama dan marganya saja yang sama..." Meski kesal sosoknya diremehkan, akan tetapi roh jiwa bintang mengingatkan Xiao Chen tentang identitasnya yang harus dirahasiakan. "Le jangan seperti itu, meski dia tidak berkultivasi... Tapi Kaisar Phoenix adalah orang yang sangat baik." Huan Le terdiam, hingga ditengah perbincangan mereka. Kawanan monyet Yeye tiba mengerumuni rombongan mereka. Tindakan ini membuat mata Huan Le terbelalak. "Si-sial kawanan monyet ini lagi?!" Huan Le langsung menyatukan kedua rahangnya. Wajah Yang Nan, bahkan Lie Du juga berubah menjadi buruk. Meski mereka praktisi Roh Menengah bintang tiga, menghadapi kawanan monyet Yeye, yang merupakan hewan iblis tingkat dua ini sangat merepotkan. "Saudara Chen, berhati hatilah... Selain kecepatannya yang sangat cepat, mereka juga lihai dalam menghindari serangan jarak jauh.
Hingga tersisa satu pohon yang ada didekatnya. Monyet Yeye langsung mencabut batang pohon itu dengan tangan kekarnya. Seketika dia melesat, lalu mengayunkan batang pohon itu kearah Xiao Chen yang baru saja berhasil menghindari semua lesatan batang pohon kearah tubuhnya. Booooooooom! "Ughhhhh!" Batang pohon itu mengenai tubuh Xiao Chen dengan telak. Saat ini Xiao Chen terlempar, lalu menabrak pohon besar yang ada dibelakang tubuhnya. Memuntahkan seteguk darah akibat serangan barusan. Tiga murid sekte Laut Timur yang tidak ingin berdiam diri membentuk formasi pedang. Apa yang dilakukan mereka, membuat Xiao Chen mampu bangkit, dan memulihkan staminanya yang terkuras cukup banyak. "Saudara Chen... Kamu pergilah dulu, kami akan menahan... Formasi kami setidaknya dapat menahan mereka selama lima menit?!" Xiao Chen tersenyum tipis, dia memasukan pedang kedalam cincin ruangnya. Setelah itu dia berkata, "lima menit ya? Waktu yang cukup untuk membunuhnya dalam sekali serangan... R
Sepuluh menit kemudian, Lie Du akhirnya memberi pelajaran telak kepada Huan Le. Dengan meninggalkan luka tapak tangan yang membekas di pipi kirinya. Hal ini dibarengi dengan kesadaran Xiao Chen yang mulai kembali. "Saudara Chen... Akhirnya kamu tersadar." Bangkit, dan berterimakasih telah memberikan energi Qi untuk mengembalikan kesadaran tubuhnya. Tiba tiba Lie Du menghampirinya, dan berkata, "ratusan mutiara jiwa monyet Yeye bintang dua, dan mutiara raja monyet Yeye bintang tiga milikmu... Terimakasih telah membantu kami." Xiao Chen mengangguk, kemudian dia memisahkan enam puluh mutiara jiwa monyet yeye bintang dua menjadi bagian lain. "Saudara Chen, apa maksudmu?" Yang Nan mengetahui maksud Xiao Chen, namun dia segera menolaknya. Swuuuuuuush! Memasukan semua sisanya, Xiao Chen tersenyum hangat. "Meski aku yang membunuh kawanan monyet yeye, tapi dalam pertempuran tadi. Kalian mengambil beberapa bagian penting, seperti menahan beberapa gerombolannya, dan raja mon
"Guru lalu bagaimana?" "Rebut api Hati Naga, api itu berada didalam jurang tanpa dasar... Sebelum merebutnya, kamu menyusuplah kedalam. Bagaimana caranya? Bukankah kamu pintar, cepat pikirkan rencananya!" Xiao Chen menelan ludahnya sendiri, saat ini firasat buruk dia rasakan dengan begitu jelas. Namun gurunya hanya bisa tersenyum misterius, dia berkata, "setelah mendapatkan Hati Naga, mungkin peluang mu naik tingkat akan semakin tinggi... Apalagi yang kamu tunggu? Bukankah kamu ingin mengetahui tempat apa itu Aula Langit?" "Lihat pria bertopeng itu, sasaranmu adalah dia... Nanti, ketika dia lengah, atau tengah keluar untuk melakukan patroli bunuh saja!" Roh jiwa bintang kembali berkata. Menganggukan kepalanya, Xiao Chen menunggu hal yang diungkapkan terjadi. Akan tetapi, pria bertopeng yang dimaksud belum juga melakukan apa yang dikatakan oleh gurunya. "Guru kenapa guru memilih pria itu sebagai sasaran?" "Selain menggunakan topeng, pria itu terlihat seperti pemimpin pasu
"Kenapa tidak tuan muda sendiri?" Mata Huan Le melotot, "paman bukanlah kamu pernah berjanji padaku, siapapun yang berani melukaiku kamu akan membalas sepuluh kali lipat lebih penderitaan yang ku rasakan?!" Xiao Chen yang menyamar menjadi pria bertopeng hanya mengangguk. Sesaat dia pergi dari camp milik Huan Le, lalu mencari kearah tempat dimana Yang Nan, dan Lie Du disekap. Namun beberapa saat, dia tidak merasakan aura apapun. Hingga sebuah suara berat menyapanya. "Huan Li?" Membalikan tubuhnya, Xiao Chen segera menatap pria paruh baya bertubuh kekar yang kini tengah memincingkan matanya, karena dia melihat tingkah adiknya ini seakan kebingungan. 'Sial siapa pria ini?' berkata dalam hati, Xiao Chen mencoba untuk tidak berbuat banyak tingkah. "Ya?" "Kenapa kamu seperti orang kebingungan? Apa tugas yang ku berikan telah kamu selesaikan?" 'Tugas apa sialan? Menyamar menjadi orang lain memang tidak mudah!' menggerutu didalam pikirannya, lagi dan lagi Xiao Chen hanya me
Didalam camp, Yang Nan, serta Lie Du terus berteriak. Padahal yang sebenarnya, mereka hanya mempermainkan Huan Le yang tengah menikmati arak sembari mendengar teriakan mereka. "Ckckck! Siapa suruh kalian semua tidak mau menuruti perintahku... Yang Nan, kalian sungguh tidak mampu menyaingiku hahahaha!" Sekelebat bayangan tiba tiba memasuki camp milik Huan Le. Dia yang menyadari ayahnya tiba, segera menunjukan senyuman ramahnya. "Ayah, kapan aku akan menikah?" "Jika pamanmu setuju, maka pernikahan akan segera dilaksanakan. Beberapa hari kedepan ayah akan melakukan pelatihan tertutup... Karena itu, pernikahanmu aku serahkan pada pamanmu..." "Baik ayah!" suasana hati Huan Le berubah menjadi sangat bahagia. Entah ayah, dan pamannya merupakan kedua keluarga yang sangat dekat dengannya. Apa yang diinginkan selalu dituruti, karena hal ini, dia tahu bahwa pernikahannya dengan Chen Yei, tidak akan mungkin gagal. Tak lama setelah kepergian ayahnya, Huan Le melihat pamannya telah m
"Komandan Li?" wanita berambut panjang, menatap kearah Xiao Chen yang telah menggunakan topengnya. Seketika Xiao Chen tersenyum, lalu dengan cepat dia segera membuat wanita itu tak sadarkan diri akibat pukulannya yang mengenai atas pundak. Membawa wanita itu ke camp peristirahatannya. Seketika roh jiwa bintang keluar dari alam bawah sadar. Dia sedikit mengerti, apa yang akan dilakukan oleh Xiao Chen. "Chen'er kamu meminta guru merias wajahnya?" "Benar guru..." menyeringai lebar, Xiao Chen membiarkan gurunya merias wajah wanita itu seakan dialah pengantin Chen Yei yang diinginkan Huan Le. Hingga untuk beberapa waktu, setelah wanita itu selesai dirias. Xiao Chen segera mengikat, dan menutup mulut wanita itu dengan kain, akan tetapi roh jiwa bintang segera menghentikan tindakan Xiao Chen. "Kamu ingin dia menggantikan Chen Yei, tapi dipernikahan dia harus berlutut kepada papan roh altar leluhur. Melakukan hal ini, meski kamu membungkamnya juga tidak akan berhasil..." "Lalu
"Lalu kamu siapa? Kenapa tahu identitasku?" "Hao Geng mengetahui rencana yang tuan muda buat... Karena tidak ingin terjadi hal buruk, dia mengutusku, apa penjelasan ini dapat diterima?" Xiao Chen hanya mengangguk, namun dibalik topengnya. Wajahnya cukup menunjukan keterkejutan, bagaimana bisa Hao Geng terus dapat mengikuti rencananya? "Melihat pangeran tidak memiliki penghalang, aku ikut senang... Tapi sebelum itu, bukankah tujuan pangeran ingin mencari bunga yang diinginkan Hao Geng?" "Ada benarnya, cuma saat ini aku belum mengetahui dimana bunga itu berada..." Wanita itu menghempaskan tangan Xiao Chen, lalu dia berkata, "bunga itu ada didalam jurang. Keberadaannya yang sulit ditembus, membuat Paviliun Pedang Langit tidak ingin mengorbankan pasukan. Ingatlah pria yang bernama Huan Shang tidak mudah dihadapi..." "Kalian tahu semuanya, tapi kenapa membiarkan Huan Shang yang memiliki api surgawi didalam jurang?" "Hahaha! Jika kami ingin merebutnya, Huan Shang juga tidak da
Swoooooooshh! Hanya membutuhkan waktu satu menit. Serangan akhir dari segalanya telah tercipta didepan mulut keduanya. Xiao Jian berhasil membentuk tombak raksaksa dengan mengandalkan seluruh energi Qin nya yang tersisa. Namun tidak dengan Xiao Chen, dia yang ingin mengakhiri pertempuran ini segera menyatukan seluruh eksistensi kemampuan dari tiga elemennya yang telah membentuk bintang raksaksa tiga warna. Belum kedua serangan itu bertabrakan, akan tetapi fluktuasi energi dari gesekan eksistensi tahap Abadi telah terjadi pada keduanya. Gelombang energi menyebar begitu mengerikan. Hingga keduanya memekik kembali diikuti oleh melesatnya serangan keduanya yang saling berlawanan arah. Swuuuuuuuuuung! Tekanan fluktuasi bertambah kuat, lalu diikuti oleh menyebarnya cahaya dan rusaknya ruang sejauh seribu kilometer dari tempat pertempuran. Suara ledakan bagaikan hancurnya satu benua pun ikut menyebar. Booooommm! Saaat ini, suasana menjadi hening. Namun kerusakan masih terjadi
"A-apa tumbuh lagi..." Xiao Jian sedikit terkejut, namun setelahnya senyum kemenangannya lenyap. Yang diikuti oleh pernyataan anaknya yang selalu meminta bantuan bagaimana cara menghadapi Xiao Chen yang tubuhnya abadi. "Ternyata ini keluhan Yue'er selama perintah ku untuk membunuhmu... Xiao Chen, aku benar benar meremehkan mu..." Xiao Chen tidak menjawab apapun, Kultivasi tahap Abadi adalah segalanya. Selagi apa yang dia inginkan, pasti dia dapat menciptakannya dengan kekuatannya itu. Swuuuuuuuush! Tidak ingin menghadapi Xiao Chen dan berniat kabur untuk saat ini. Xiao Jian akan memikirkan bagaimana cara membunuh sosok Xiao Chen dimasa depan nanti. Akan tetapi, kejutan terjadi. Ruang seakan terkuci. Apa yang ditakuti oleh Penguasa Ashura juga muncul di benak Xiao Jian. "Po-pohon kepahitan... Se-sepertinya aku sudah tidak bisa untuk melarikan diri lagi?!" Melihat ke arah Xiao Chen, tiba tiba rantai emas mengikat tubuhnya secara cepat. Tidak bisa reflek menghancurkan, bahkan m
Merasa tidak ada gunanya untuk terus berbicara, karena musuh utama belum tereliminasi. Tiba tiba kesadaran Roh jiwa didalam tubuhnya bergejolak. Resonansi dari kelahiran kekuatan Abadi dapat dirasakan secara jelas oleh Xiao Chen saat ini. "Apa energi ini berasal dari paman?" Swuuuuuuuuush! Lenyap dari tempatnya, Xiao Chen muncul di perbatasan barat wilayah Aula Langit yang disambut oleh pasukan elite milik ayahnya. "Penguasa... Sepertinya ada kelahiran Abadi yang baru..." Xiao Chen menganggukan kepalanya untuk membenarkan ungkapan itu. "Benar... Kalian berjagalah disini, ingat beri pesan jika ada sesuatu yang buruk..." "Baik penguasa... Tapi kemana Penguasa akan pergi?" Tersenyum tipis, Xiao Chen segera menjawab pertanyaan itu. "Menyambut, dan memberi selamat kepada paman setelah naik menjadi tahap Abadi..." Sempat merasakan energi yang mencapai tahap Abadi memiliki aura Phoenix, Xiao Chen sudah mengetahui siapa entitas itu. "Baiklah..." Swuuuuuuuush!
Puluhan ribu kultivator yang tak lain anggota halaman dalam berdatangan kearah sumber suara. Meski mereka belum mengenal siapa sosok Chen Xiao, tapi dari daftar buronan yang Xiao Jian sebarkan. Sosok Chen Xiao adalah Xiao Chen, yang memiliki wajah tampan, disertai rambut panjang terurai memutih dengan tampilan elegan. "Kaa-kamu Xiao Chen! Berani sekali datang kemari!" "Xiao Chen apa kamu ingin menyerahkan dirimu?!" "Tahu diri juga kamu datang tanpa dicari?!" Raut wajah Xiao Chen berubah menjadi datar, tidak ada rasa takut yang terlintas di wajahnya. Yang pasti, ribuan pasukan lain, yangg merupakan anak buah dari Kaisar Phoenix di masa lalu telah berkumpul di satu titik, tepat di istana utama perkumpulan lima penguasa di halaman dalam. "Aku tidak memiliki waktu untuk meladeni kalian, sekarang... Katakan dimana Xiao Jian, dan tiga penguasa lainnya!" Swuuuuuuuuuung! Hanya menunjuk satu jari kebawah, sontak tekanan gravitasi yang mengerikan harus membuat puluhan ribu kultivator
Swoooooosh! Dibarengi dengan ungkapan rasa terkejutnya, Xiao Chen telah berhasil menciptakan bintang tiga warna diatas telapak tangannya. Berkelebat cepat, sosoknya kemudian lenyap dari pandangan. Seketika tubuh bagian punggung dari Penguasa Ashura terasa dingin. Hingga dia membalikan tubuhnya, dia hanya bisa membelalakan matanya diikuti oleh rasa sakit yang menghantam tubuhnya. Boooooooooosh! Bintang kecil itu telah terlepas dari kendali tangan Xiao Chen. Untuk memastikan sosok Penguasa Ashura akan tewas, Xiao Chen menikmati pemandangan itu hingga tak lama. Ledakan maha dahsyat, diikuti oleh robekan ruang terjadi sejauh seratus kilometer dari area pertempuran keduanya. Situasi menjadi hening setelah ledakan maha dahsyat itu. Hingga mata Xiao Chen harus menyipit. Pasalnya dia melihat bayangan Roh yang berusaha kabur dari tempatnya berada. "Tidak cukup untuk menghancurkan Roh abadinya?" Swoooooooosh! Seuliet bayangan membentuk sebuah pedang melesat cepat kearah pelarian
Menghentikan apa yang akan dia lakukan kembali. Kini Penguasa Ashura segera mundur setelah lonjakan energi dahsyat keluar dari tubuh Xiao Chen. "Tidak mencapai satu hari... I-ini mustahil... Ternyata semengerikan itu energi jiwa bintang..." Ungkapan kejutnya berhenti. Saat ini, dia melihat bintang raksasa diatas langit telah lenyap. Bahkan sosok Xiao Chen yang tadinya terbaring itu mulai berdiri, dan membuka matanya. "Inikah kultivasi yang diinginkan semua orang? Bahkan, mereka yang menginginkan tahap ini, akan melegalkan semua cara demi mencapainya..." Suaranya terdengar biasa, namun jelas Penguasa Ashura dapat mendengar nada kebencian didalam suara itu. "Kamu baru naik menjadi tahap Langit Abadi... Untuk apa aku takut padamu?" "Benarkah?" Swuuuuuuuuuuung! Xiao Chen meledakan sedikit aura didalam tubuhnya. Sontak udara di tiga daratan Benua Langit bergetar hebat. Fenomena alam yang tadinya terus meramaikan suasana kini bertambah menjadi lebih mengerikan. "Membunuh semua o
"Jika tahu diri minggirlah... Hari ini energi jiwa bintang harus menjadi milikku...," suara dingin kembali terdengar, diikuti oleh kemunculan penguasa Ashura yang kini telah benar benar terlihat dimata Kaisar Roh, Chei Wian, dan juga Yao Ling secara jelas. "Meski aku mati, sebelum proses yang dilakukan Yao Yi berhasil... Aku juga tidak akan pernah menyesal!" Pedang tipis muncul digenggaman tangan Kaisar Roh. Dia tanpa rasa takut berada di garda depan untuk melindungi Xiao Chen. Tak hanya Kaisar Roh yang menunjukan keberaniannya, Chei Wian, bahkan Yao Ling yang kultivasinya telah menurun mulai mengeluarkan senjata kebanggan mereka secara serentak! "Hanya para keroco yang tak tahu diri... Mengingat kita pernah berteman, aku tidak akan membunuh kalian?!" Swuuuuuuush! Penguasa Ashura melesat cepat, hanya sekedipan mata. Kaisar Roh, Chei Wian, dan Yao Ling harus terpental ke arah yang berbeda. Waktu yang begitu singkat itu, bahkan tidak sempat untuk mereka memberikan perlaw
"Pasti janjimu akan terwujud..." Yao Yi menjawab penuh keyakinan. Xiao Chen tersenyum hangat kepada istrinya itu. Lambaian lembut kearah rambut panjang nan halus itu membuat Yao Yi nyaman. Namun setelah pagi harinya. Xiao Chen yang tertidur diatas atap Paviliun Phoenix Abadi tersadar. Bahwa dia melupakan hari bahagianya sendiri. Namun dia juga teringat, saat ini tubuhnya sendiri tidak dapat menahan lagi ganasnya racun yang menyerang seluruh organ penting didalam tubuhnya. Menggunakan kekuatan ruang, dia mencari istrinya ke seluruh tempat. Namun dia tidak menemukannya. Hingga dia bertemu dengan Kaisar Roh yang tengah menatap patung sosok Xiao Chen berada. "Senior apa kamu melihat istriku?" Kaisar Roh menggelengkan kepalanya, "bukankah seharusnya tadi malam dia bersamamu?" "..." Hanya diam tak menjawab, wajah Xiao Chen seketika menunjukan kekhawatirannya. Namun jari lembut menepuk bahunya. Sosok yang dia cari ternyata muncul di belakangnya sembari tersenyum kecil. "Gege...
Cahaya merah darah menembus ruang begitu cepat diikuti oleh gerakan dari bintang Raksaksa yang kembali bergerak kearah Xiao Chen. Dua tekanan hebat kembali terjadi, namun Xiao Chen harus membelalakan matanya. Pasalnya hal mengejutkan terjadi, bintang merah darah dihadapannya hancur. Diikuti oleh ledakan dahsyat yang membuat tubuhnya terlempar begitu jauh. Sama halnya dengan Xiao Jian. Namun kondisinya tak separah yang dialami oleh Xiao Chen. Dia hanya terlempar, lalu merasakan serangan balik dari gabungan ribuan formasi yang dia ciptakan. "Si-sial tidak bisa melanjutkan pertempuran lagi..." Merasa kondisi pertempuran bisa berbalik. Dan tak mungkin dapat membawa tubuh Xiao Chen. Kini Xiao Jian segera memerintahkan semua pasukannya untuk mundur. Tanpa ingin mengejar empat penguasa itu yang kabur, Yao Yi segera menggunakan kekuatan ruangnya. Dia muncul dan menangkap tubuh Xiao Chen yang lemas. Bahkan kulit pada seluruh tubuhnya terasa dingin dan terlihat memucat. "Ra-racunmu.