Namun, Ibukota Provinsi adalah wilayah kekuasaannya.Itu sebabnya Heru sengaja mengungkit topik ini, dia berniat menyombongkan kehebatannya."Iya."Zakir sontak tertegun, lalu otaknya langsung berputar.Keluarga Wijaya adalah salah satu keluarga terkemuka di Ibukota Provinsi, jadi sudah pasti Heru memiliki banyak kenalan dokter terkenal. Jika bisa mendapatkan bala bantuan yang cakap, pasti akan memudahkan masuk ke dalam Konferensi Ilmu Medis ...Tidak perlu menjadi yang paling hebat, yang penting bisa masuk ke jajaran atas. Itu saja sudah cukup untuk memperkenalkan nama Keluarga Yulianto di industri pengobatan dan mendatangkan keuntungan yang melimpah.Zakir pun menatap Heru dengan antusias sambil berkata, "Heru, Grup Jagaraga memang memiliki tekad yang kuat, tapi kami terlambat memulai dan modal kami sangat kecil. Kemungkinannya kecil sekali kami bisa masuk dalam jajaran.""Jadi ...""Karena koneksimu luas, apa kamu bisa membantu mengenalkan para ahli pengobatan tradisional yang hebat
Semua ucapan Teguh bagaikan belati yang menghujam hati nurani Heru.Makin Teguh bicara,makin wajah Heru merah pTedja karena merasa malu.Pada akhirnya, Heru benar-benar merasa sangat malu.Heru beberapa kali berusaha menyela untuk membela diri, tetapi pada akhirnya dia hanya bisa terdiam. Dia tidak tahu harus bagaimana membantah.Tentu saja Keluarga Yulianto tidak akan membiarkan Heru dipermalukan. Mereka langsung bangkit berdiri membela Heru."Teguh!""Apa yang kamu bicarakan! Lagakmu saja kayak kamu paham tentang pengobatan tradisional!""Teguh!""Dasar sok hebat! Kamu itu ibarat tong kosong nyaring bunyinya!""Teguh!""Bicaramu saja hebat, tapi kamu bahkan nggak punya klinik apa-apa! Kalau memang nggak punya kemampuan, jangan bersikap sok!""Teguh!"" ... "Keluarga Yulianto mati-matian menyalahkan Teguh tanpa benar-benar memandang siapa yang salah dan siapa yang benar.Teguh menatap semua orang itu dengan malas, lalu bangkit berdiri dan menyahut, "Kalau aku nggak paham pengobatan
Teguh menatap Rina dengan bingung, lalu bertanya dengan penasaran, "Kenapa? Kamu nggak berencana balik ke sini?""Buat apa?"Rina menggeleng-gelengkan kepalanya, wajahnya yang tampak mulai mabuk terlihat sangat memesona. "Mereka tahunya cuma membual dan bersikap menjilat, ngebosenin.""Oke!"Teguh mengiyakan permintaan Rina, lalu langsung membuka kunci dan naik ke dalam mobil.Rina duduk di sampingnya."Kamu mau ke mana?" tanya Teguh."Gunung Montis!" jawab Rina tanpa pikir panjang."Bruuuum ..."Teguh pun menginjak pedal gas, mobil itu seketika melaju kencang dan menghilang di ujung jalan.Gunung Montis terletak di pinggiran Barat Kota Senggigi, jaraknya puluhan kilometer dari pusat kota. Bahkan pergi dengan mobil pun membutuhkan waktu satu jam lebih."Sampai."Teguh memarkir mobilnya di pinggir jalan, lalu menurunkan kaca mobil dan berdecak dengan kagum.Yang terlihat di mana-mana adalah pepohonan yang hijau dan subur, serta bunga-bunga entah apa namanya yang harum. Udara di sini jug
"Pak Heru, pemilik hotel ini 'kan sangat menghormati Pak Heru! Begitu Pak Heru minta, pasti langsung dikasih!""Pak Heru ..."Semua orang langsung memuji dan menyanjung Heru.Heru yang gila pujian pun akhirnya mengangkat tangannya sambil berkata, "Oke, oke!""Karena kalian semua suka minum, akan kuminta pemilik hotel untuk mengantarkan dua botol tambahan. Dia nggak mungkin berani menolak permintaanku, si tuan muda dari keluarga Wijaya!"Ucapan Heru itu terdengar sangat sombong.Setelah apa yang terjadi, Heru memang merasa seperti berada di atas angin."Hebat, Pak Heru!""Keren banget, Pak Heru!""Kami bahkan bisa hidup enak hanya dengan mengikutimu, Pak Heru! Sebelumnya, kami bahkan nggak terpikir bisa menikmati semua ini!""Pak Heru ..."Semua orang dari Keluarga Yulianto pun langsung melemparkan pujian.Heru menjadi sangat senang. Dia berseru dengan lantang, "Pelayan!""Ya, Tuan, ada yang bisa saya bantu?"Sewaktu meninggalkan kamar, Faris sengaja menyuruh manajer hotel yang bernama
Faris merasa sangat marah.Itu sebabnya dia menampar dengan sekuat tenaga, sampai-sampai Zakir terjatuh ke atas lantai beserta dengan beberapa kursi. Dahinya langsung memar dan bekas tamparan tercetak dengan jelas di wajahnya.Semua orang sontak menjadi kebingungan.Apa-apaan ini?Bukannya tadi Faris habis menyebut mereka sebagai tamu kehormatannya sambil tersenyum?Kenapa sekarang Faris menghajar mereka?"Bos, apa-apaan ini ..."Walaupun tidak mengerti maksud dibalik tindakan Faris, Heru yang merasa menjadi tokoh utama hari ini pun bangkit berdiri dan bertanya, "Mungkin kamu salah paham terhadap mereka?""Salah paham?""Salah paham apanya, bangsat!" maki Faris tanpa memedulikan citranya sambil memelototi dengan marah.Setelah berkata seperti itu, Faris pun langsung mengambil dua botol anggurnya yang masih utuh dan hendak berjalan pergi."Bos!"Heru memanggil dengan kesal.Dia menunjuk dua botol anggur yang Faris bawa sambil bertanya, "Kalau kamu membawa pergi anggurnya, lalu kami minu
Saat melewati meja resepsionis.Pelayan yang mengikuti mereka pun langsung menghentikan Heru dan yang lainnya, "Tuan, kalian belum bayar!"Bayar?"Kamu buta, ya? Nggak lihat tadi bos kalian sendiri yang memberikan anggur mahal sebagai hadiah untukku? Masih berani-beraninya kamu menyuruhku bayar?" sahut Heru dengan agak kesal.Semua anggota Keluarga Yulianto lainnya pun langsung menimpali."Aduh, dasar kurang ajar!""Kamu ini pelayan yang nggak paham situasi!""Pak Heru itu tamu kehormatan bosmu, memangnya kamu pantas menerima uang darinya?""Iya, iya ..."Mereka semua saling menyalahkan si pelayan dengan sombong.Pelayan itu berusaha menahan diri untuk tidak berbicara dengan mikrofonnya, melainkan berkata dengan sopan, "Atasan saya tidak mengatakan gratis, jadi ...""Sudah, sudah."Heru yang sudah mabuk pujian merasa dia tidak perlu merendah dalam situasi ini, jadi dia berkata dengan angkuh, "Berapa harga makanan yang dipesan kamar 402? Sebut saja, langsung kubayar.""Tuan, totalnya ..
Penonton keramaian di sekitar menyadari gelagatnya dan mencemooh. "Masih saja ngaku-ngaku orang penting. Dasar berengsek!""Nggak kusangka ada pecundang di dekat kita!""Kaget, lo. Ternyata dia pecundang, ya!""Siapa sangka!""Hahaha!"Seketika Heru naik pitam.Wajah setiap anggota keluarga Yulianto juga merah padam.Heru tak layak menerima anggur merah?Lantas siapa yang layak?Mungkinkah Teguh?Hal itu sempat tebersit dalam pikiran orang-orang, tetapi langsung dibuang jauh-jauh.Pak Heru yang berasal dari keluarga tersohor di ibu kota provinsi, bahkan tak layak menerima anggur merah, apalagi Teguh yang merupakan bocah dari desa antah-berantah!Hanya satu kebenarannya!Bos itu punya niatan licik. Awalnya dia akan memberikan anggur merah, tetapi sebenarnya ingin membuat Pak Heru merugi dengan membuatnya membayar kedua botol anggur merah itu!Setelah memahami ini.Heru mencibir. "Aku tinggal di ibu kota provinsi, bahkan pernah belajar lama di luar negeri sebelum akhirnya sampai ke Kota
Tidak ada jawaban.Heru tiba-tiba merasa khawatir, dia melirik Faris yang tampak santai, lalu menelepon Rina.Meskipun sedikit memalukan, itu lebih baik daripada cacat.Namun, Rina sedang tidur dan ponselnya dalam mode hening. Tidak ada yang menjawab panggilan Heru!"Gimana, nih ..."Heru mengamati anggota keluarga Yulianto, kemudian pandangannya tertuju ke Faris, dahinya bercucuran keringat dingin.Terlalu memalukan.Benar-benar membuat malu.Anggota keluarga Yulianto yang lain juga terdiam.Tidak ada yang berani berbicara dalam situasi seperti itu."Ckckck ...""Kalau nggak punya uang jangan pesan, bikin geli aja!""Lagaknya songong banget, kukira kamu beneran tuan muda dari keluarga tersohor atau apalah itu!""Nyatanya bayar makanan aja nggak mampu!""Kamu kubiarin pura-pura hebat, tapi sekarang tampak bodoh, 'kan?"Penonton keramaian mulai heboh mencemooh lagi.Sementara itu, ekspresi Heru ....Ekspresinya tampak sangat rumit.Bisa gawat jika terus seperti ini.Heru mengatupkan gig