Zaid menatap marah pada Teguh. Dia segera mengeluarkan surat pernyataan kesalahan dan melemparkannya ke atas meja. "Teguh, kusarankan untuk segera menandatanganinya. Jangan buang waktuku," ujar Zaid.Teguh meliriknya sebentar, lalu mengalihkan tatapannya.Setelah itu, dia mengisap kembali rokok khusus dari militer miliknya, sungguh mengabaikan kehadiran Zaid."Apa-apaan ... "Ekspresi Zaid langsung berubah dingin, tatapannya pada Teguh tampak dipenuhi kemarahan sebelum melanjutkan ucapannya, "Apa kamu berniat melawan perintah dan nggak mau tanda tangan? Kamu nggak peduli akibat dari tindakanmu, 'kan?"Teguh balas bertanya dengan nada menghina, "Kamu sudah memikirkannya matang-matang?"Pertanyaan ini membuat Zaid tertegun sejenak. "Apa yang perlu dipikirkan matang-matang?" jawab Zaid, mengembalikannya dengan pertanyaan."Duk, duk, duk ... "Teguh mengetuk-ngetukkan jarinya di atas surat pernyataan tersebut.Lantas, Zaid pun mengerti. Senyum mencemooh tersungging di bibirnya, lalu diriny
"Cepat tanda tangani!" paksa Zaid.Sambil terus berbicara.Zaid mendorong surat pernyataan kesalahan ke hadapan Teguh.Alih-alih melihat Zaid, Teguh justru kembali mengeluarkan rokok khusus militer dan mulai mengisapnya, seolah-olah menolak mendengarkan segala ucapan Zaid.Zaid sontak geram. Dia maju dan merampas rokok Teguh, lalu membentak, "Sialan, siapa yang mengizinkanmu merokok ... ""Plak!"Teguh menampar wajah Zaid dengan keras.Zaid seketika murka dan menunjuk Teguh. "Teguh, apa-apaan kamu ... "Sebelum kata-katanya selesai, Teguh sudah mendekat dan menariknya."Plak!""Plak, plak, plak!""Plak, plak, plak ... "Teguh bolak-balik menampar Zaid tanpa jeda hingga dia berteriak.Wajahnya bengkak.Mulutnya juga bergeser miring.Setelah membereskan semuanya, Teguh perlahan berdiri. Lalu, dirinya berbalik dan meninggalkan Biro Penegak Hukum."Bum, bum, bum!""Duk, duk, duk!"Tiba-tiba, terdengar suara bergemuruh dari luar.Ini bukan guntur, tetapi terdengar persis seperti guntur!Ini
Kota Senggigi diterpa angin kencang.Suara deru angin yang tiada henti membuat orang-orang merasa gelisah.Malam ini pasti tak akan tenang.Berita tentang pembubaran Biro Penegak Hukum dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru Kota Senggigi. Menuai banyak pro dan kontra dari berbagai pihak.Di kamar pribadi Hotel Nagara.Janadi dan Jagat juga langsung tertegun setelah mendengar berita tersebut.Siapa sebenarnya Teguh Laksmana?Jika disebutkan pembubaran Biro Penegak Hukum tidak berkaitan dengan pria itu, mereka tak akan percaya sama sekali.Sungguh tak masuk akal!Ini membuktikan bahwa Teguh memiliki latar belakang dan kekuasaan besar.Selain itu, kekuatannya tampak begitu luar biasa!Jagat berkata pada Janadi dengan penuh ketakutan, "Kak, kelihatannya Teguh bukan orang sembarangan. Apa yang harus kita lakukan?"Sejujurnya ...Jika bukan karena Janadi.Dia pasti sudah lepas tanggung jawab dan kabur begitu mendengar kabar ini.Membubarkan sebuah Biro Penegak Hukum ...Kekuatan macam apa
Setibanya di Grup Jagaraga.Teguh langsung berjalan menuju kantor Rina."Pak Liam, saya ingin membebaskan Teguh. Bisakah kamu ... ""Apa?""Menemanimu ... makan dan minum malam ini?""Um ..."Teguh yang baru memasuki kantor tentu mendengar sebagian percakapan Rina di telepon.Tak sulit untuk menebak kendala apa yang dihadapi Rina.Tidak ada yang gratis di dunia ini.Orang-orang hanya terpesona pada kecantikan Rina dan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menikmatinya. Tak ada yang benar-benar ingin memberikan bantuan yang tulus.Rina sangat paham.Namun, Teguh ditangkap oleh Biro Penegak Hukum karena dirinya. Jadi, dia harus mencari cara untuk mengeluarkan pria itu.Rina membuka kembali daftar kontaknya dan kembali menghubungi nomor lain.Namun, sebelum panggilan tersambung lagi, seseorang lebih dulu merebut ponsel di genggamannya.Teguh merebut ponsel dan langsung menutup panggilan telepon itu."Kamu ... sudah kembali?" tanya Rina terbata-bata.Begitu berbalik, Rina langsung mendap
"Kalau hanya untuk menghadapi cecunguk kecil macam Teguh, kita bertiga nggak perlu turun tangan semua."Nada suara Iblis Biksu Terkutuk terdengar penuh penghinaan. Dia menoleh ke arah Master Jiwa Kering yang ada di sampingnya dan berkata, "Tetua Ketiga, kuserahkan masalah ini padamu.""Oke!" sahutnya.Mata Master Jiwa Kering berbinar licik. Dia tertawa sambil berkata, "Pak Yogi, kamu belum lupa syarat yang kuajukan, 'kan?"Master Jiwa Kering sangat suka bermain wanita.Setiap kali keluarga Yulianto membutuhkan bantuannya, mereka harus menyiapkan sekelompok wanita cantik untuk dia nikmati. Hanya dengan cara begitu dirinya bersedia membantu keluarga Yulianto."Tentu, nggak usah khawatir."Setelah bicara, Yogi lekas pergi untuk mengatur semuanya.Hari itu.Terdengar suara jeritan memilukan para wanita yang berpadu dengan tawa keras Master Jiwa Kering dari kediaman keluarga Yulianto di ibu kota Provinsi.Satu demi satu.Berulang tanpa jeda.Kediaman keluarga Yulianto di ibu kota Provinsi s
Zikri mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Janadi. Kemudian, menyesapnya sedikit sebelum menaruh kembali di atas meja. "Kalian berniat merebut artis milik Nona Rina, bukankah itu agak licik?" tanya Zikri.Janadi tentu mengerti apa yang dia pikirkan."Tuan Zikri, alasanmu bertahan di Rumah Produksi Locita karena kamu menyukai Rina, 'kan?" ucap Janadi dengan senyum percaya diri.Zikri langsung membulatkan mata.Janadi sudah tahu jawabannya. Oleh sebab itu, dia sengaja memancing Zikri, "Tuan Zikri, kamu sudah cukup lama berkecimpung di industri hiburan. Tapi, kenapa kamu masih senaif ini?""Rina cuma menganggap kalian sebagai mesin uang saja, bukankah konyol kalau kamu justru punya perasaan tulus padanya?"Ketika mendengar ucapannya ini.Tak sedikit bintang yang ikut tertawa.Dalam industri hiburan, ada banyak kasus perselingkuhan antara para bintang dengan bos, bahkan sampai tak bisa dihitung lagi jumlahnya.Namun, akhir dari semuanya hampir sama.Seiring bertambahnya usia dan popula
"Suruh dia datang ke ruanganku," titah Rina.Terlepas dari semua perbuatan jelek Zikri, dia adalah bintang paling populer di Rumah Produksi Locita. Memintanya untuk bertemu dengan bos barunya juga bukanlah permintaan yang salah.Mia pergi melaksanakan tugasnya.Tidak lama kemudian, Zikri sampai di ruangan Rina.Melihat kedatangannya, Rina lekas berkata, "Duduklah."Walaupun tidak suka dengan semua hal seperti itu, Rina tetap pura-pura tidak tahu-menahu soal apa pun. Dia langsung membuka pintu dan bertanya, "Zikri, ada apa kamu mencariku?""Bu Rina, begini."Zikri tersenyum kepada Rina, menampilkan senyum yang dianggap tampan menurut dirinya sendiri, lalu melanjutkan kata-katanya, "Aku ingin mengundangmu makan di Hotel Nagara jam delapan malam nanti, sekalian membahas beberapa masalah untuk naskah proyek selanjutnya."Benar-benar tidak bisa dipungkiri.Zikir memang tampan, bahkan suaranya juga terdengar sangat merdu.Namun, Rina bukanlah orang yang begitu mudah terpukau. Terlebih lagi,
Zikri berlutut, kemudian mengeluarkan seikat mawar merah sambil berkata, "Rina, terimalah cintaku!"Tiba-tiba, sebuah kalimat terlintas dalam pikiran Rina.Makin besar sikap romantis yang dia tunjukkan, maka akan makin besar juga permainan kotornya di belakang.Kalimat ini kelewat cocok untuk seorang Zikri saat ini. Sungguh padanan kalimat yang serasi.Rina dengan tegas menjawab, "Aku nggak tertarik padamu, jadi lupakan saja semua ini."Ekspresi wajah Zikri langsung berubah.Wajah tampannya itu langsung terlihat muram, dia bertanya dengan suara berat, "Apakah karena Teguh?""Apa yang kamu lihat dari dia, sih?"Zikri melanjutkan sumpah serapahnya, "Dia itu cuma seperti manusia liar yang keluar dari area kecil. Nggak punya uang, nggak tampan. Dia sama sekali nggak pantas sama kamu, dia itu cuma ... ""Cukup!"Rina memotong ucapan Zikri dengan sinis, "Teguh memang nggak punya uang, tapi dia orang yang sangat jujur dan nggak bersikap aneh ketimbang kamu yang persis bajingan ini. Dia jauh l