Hwang Mi Hee menggeleng kepalanya. "Aku ikut, kamu sudah berjanji mengajak aku."Jiu Long memeluk gadis itu dan mencium rambutnya "Aku hanya guyon, besok kita pergii berdua. Tetapi di sana, kamu harus hati-hati, ada kemungkinan kita ketemu musuh, pasti terjadi pertarungan." Jiu Long meraih tubuh Hwang Mi Hee. Memeluk dan mencumbu.Hwang Mi Hee tak kalah bernafsunya. "Ketua, aku rindu, padamu."Malam itu dilalui dua insan dengan permainan cinta.Ketika Hwang Mi Hee pulas di sampingnya, Jiu Long menatap si gadis yang tidur lelap. Malam gelap, tetapi dia bisa mengamati jelas tubuh Hwang Mi Hee yang bugil. Tanpa sadar ia membuat perbandingan di antara tiga kekasihnya. Ketiganya cantik dan memiliki kelebihan sendiri-sendiri. Mayleen sangat cantik, kecantikan seorang wanita asing yang berbeda dengan kecantikan perempuan Dataran Tengah, potongan tubuhnya indah.Hwang Mi Hee kalah segala-galanya, kecantikan wajah dan tubuh, termasuk hubungan seks, Mayleen lebih merangsang. Dibanding Gwangsin?
Dia teringat, ketika nyawanya berada di ujung tanduk, Gwangsin berani melawan Zhang Ma tanpa menghiraukan keselamatan jiwanya. Saat itu Gwangsin rela berkorban jiwa untuknya. Mendadak Jiu Long merindukan Gwangsin, tubuhnya, ketawanya dan cintanya yang begitu hangat dan panas. "Di mana kamu Gwangsin, apakah kamu masih seperti Gwangsin yang dulu, yang mencintai aku, yang membuat aku tergila-gila padamu?"Keesokan paginya Jiu Long dan Hwang Mi Hee berangkat ke Laojun. Kegiatan di Partai Naga Emas berjalan seperti biasa, dipimpin Yu Jin dan Liu Xing serta murid lapis atas. Di tengah jalan Jiu Long sering melamun, membayangkan wajah Mayleen juga Gwangsin. "Aku sudah rindu pada Gwangsin dan aku sudah berjanji mengawini Mayleen, tetapi aku harus temukan cara mendamaikan dua perempuan itu, keduanya sudah tarung meski pun belum saling kenal, celakanya lagi aku tak bisa meninggalkan salah seorang dari keduanya," gumamnya.---oo00ooo---Mayleen bersama dua pembantunya tiba di desa Limo, tiga har
Xinxin dan Xiuying menghitung pendatang, jumlahnya mencapai seratus orang lebih. "Luar biasa jumlah sebanyak ini, jika terjadi kekacauan dalam perburuan binatang sakti bisa dibayangkan hiruk pikuknya. Pasti ramai dan seru," tukas Xinxin."Kamu belum melihat lelaki itu?" tanya Mayleen.”Lelaki yang mana Putri, di sini banyak laki-laki, hampir semuanya laki-laki, aku tidak tahu yang mana yang dimaksud tuan Putri," goda Xinxin."Xinxin, kau tahu siapa yang kumaksud, dia sudah datang, belum?"Xinxin tak berani menggoda lagi. "Belum, aku belum melihatnya. Tetapi tunggu dulu, oh itu dia, dia datang bersama seorang gadis."Dari bawah lereng gunung tampak Jiu Long berlari kencang, tangannya menggandeng Hwang Mi Hee. Keduanya seperti terbang. Jiu Long tidak melihat Xinxin dan Xiuying yang berada di beranda rumah di pinggir jalan. Jiu Long memang sangat bergegas, khawatir terlambat.Dari jendela rumah Mayleen melihat Jiu Long. "Kurangajar, dia m
Jiu Long senang menemukan Mayleen namun ia harus mengelak dari serangan bor maut. Saat yang sama Xinxin dan Xiuying menyerang Hwang Mi Hee. Dua pembantu ini mengira ilmu Hwang Mi Hee sama hebat dengan Jiu Long. Karenanya mereka menyerang bersamaan dengan jurus paling handal. Tetapi mereka keliru, ilmu Hwang Mi Hee tidak sehebat perkiraan.Hwang Mi Hee berupaya mengelak dan membalas menyerang dengan pukulan keras Naga Emas Pamungkas. Tetapi menghadapi seorang Xinxin saja mungkin Hwang Mi Hee tidak ungkulan, apalagi ditambah keroyokan Xiuying. Dalam lima jurus, Hwang Mi Hee sudah kelabakan. Jiu Long melihat Hwang Mi Hee terancam. Khawatir Hwang Mi Hee luka, Jiu Long berniat menerjang dua pembantu itu. Tetapi mana mau Mayleen melepas Jiu Long. Dia menyerang gencar."Hayo, keluarkan jurusmu yang paling hebat, jika tidak, nyawamu akan hilang percuma," seru Mayleen yang tampak sangat marah."Kamu ini galak sekali, sedikit-sedikit mengancam membunuh aku, kamu
Saat itu Mayleen sedang kesal, cemburu melihat Jiu Long menggandeng Hwang Mi Hee yang cantik. Tetapi keduanya terus bercakap sambil tarung. Dalam duapuluh jurus tampak keduanya seperti berlatih, serangan memang ganas tapi saat kritis serangan ditahan. Mereka tak mau saling melukai."Kamu tega mempermainkan aku, Fei Hung, kamu jahat. Apakah kamu lupa malam itu di desa Guandong, kamu mengatakan mencintaiku." Mayleen makin kesal melihat Jiu Long sering melirik Hwang Mi Hee. Padahal Jiu Long hanya tak mau Hwang Mi Hee celaka, ia takut dua pembantu Mayleen menurunkan tangan jahat"Aku tidak mempermainkan kamu, aku mencintaimu, buru- buru aku mengejarmu kemari karena tak tahan menahan rindu."Mayleen gembira, dia tersenyum, "Benarkah, kamu merindukan aku?" Keduanya terus bertempur, seperti sedang berlatih.Hal ini tidak luput dari lirikan Xinxin, Xiuying dan Hwang Mi Hee. Gadis Partai Naga Emas ini bergumam, "Rupanya mereka sudah saling mengenal."Meliha
Yun Ching melanjutkan dengan suara yang cukup keras, ada warna jumawa dalam suaranya. "Jiu Long, sudah suratan Dewa kita harus tarung mati atau hidup, kamu juga punya dosa padaku. Tidak ada tempat di bumi ini bagi kamu. Bersiaplah ke neraka menemui isteri pelacurmu itu."Jiu Long tertawa sinis. "Jangan marah, tenang saja," katanya dalam hati "Semakin tenang, semakin kamu bisa menguasai angin, menunggang angin dan menjadi angin."Sekonyong-konyong Mayleen menyela di antara dua pendekar itu. Dia mendekat, berhadap-hadapan, menantang mata Jiu Long. "Kamu ini Jiu Long? Mengapa kamu membohongi aku? Mengapa kamu tidak mengaku dirimu sebenarnya Jiu Long."Meskipun kata-kata Mayleen diucapkan perlahan, namun telinga Yun Ching yang peka mendengarnya. "Betul nona, Jiu Long ini pembohong, sudah banyak gadis yang dia nodai, dulu calon istriku pun dia rebut dan bawa kabur, dia memang pantas mati"Mayleen menoleh. Dia kesal dan marah mendengar Jiu Long punya banyak per
Yun Ching jengkel, tangannya mengibas. "Persetan perempuan asing." Maksudnya membuat Mayleen terpental. Tetapi dia kecele. Mayleen membalas dengan tamparan selendang. Yun Ching terkejut, gesit ia menghindar. Ia lolos tetapi dipaksa mundur satu langkah.Jiu Long memegang lengan Mayleen, berbisik dengan nada halus dan rendah. "Mayleen, maafkan aku, jika aku mengatakan terus terang siapa aku, kamu pasti akan memusuhi aku, dan itu aku tidak mau. Karena aku mencintaimu sejak pertama memandangmu. Dan setelah malam itu, kamu sudah menjadi isteriku, aku makin mencintaimu. Sekarang kamu mundur dulu, aku mau tarung. Urusan itu nanti aku minta maaf padamu."Mayleen menatap mata Jiu Long. Dari sinar matanya memancar rasa khawatir dan ragu. "Urusanmu dengan aku akan kita bereskan nanti, tetapi sekarang ini apakah kau memerlukan bantuanku?"Lelaki itu menggeleng. "Aku bisa hadapi orang ini, kamu hati-hati dan waspada, di sekitarmu banyak orang licik dan jahat"Sambil m
Jiu Long mengangkat tangannya. "Tunggu dulu Jaranan, aku ketua Partai Naga Emas, kamu ketua Naga Hitam, kita tarung sampai mati. Tak boleh ada yang lari, semua orang menjadi saksi, kau berani?""Aku memang mencari kesempatan seperti hari ini, bagus, tidak boleh ada yang lari. Terimalah kematianmu, anak sundal."Yun Ching mengerahkan tenaga Naga Hitam Kelam tingkat tujuh, suara otot dan tulangnya terdengar gemeretak, wajahnya merah berganti hijau. Dia menyerang dengan pukulan kiri, disusul cengkeraman tangan kanan. Hebatnya justru cengkeraman kanan yang sampai duluan ke sasaran. Pukulan itu membawa bau anyir dan bacin. Tadi sebelum Yun Ching menyerang, Jiu Long sudah membebaskan diri dari semua ikatan, tubuhnya jadi ringan, serasa terbang di atas angin. Pikirannya bebas, tak ada rasa marah, tak ada rasa takut. Ia merasa merdeka. Ia tidak perlu menggunakan jurus untuk menghindari serangan lawan. Dia hanya mengelak begitu saja sehingga pukulan Yun Ching menerpa r
Perempuan itu tampak cantik luar biasa, mataya berbinar- binar dan mulutnya merah merekah. Jiu Long tiba-tiba saja bergairah, ia memberi isyarat pada isterinya. Mayleen menggeleng. "Tak lama lagi kamu sudah harus bertarung, mana sempat lagi. Jiu Long kamu harus bertarung sungguh-sungguh supaya ibu bisa menetap bersama kita, kamu harus menang.""Kamu membela siapa, ayahmu atau suamimu?""Aku membela kamu suamiku, sebab jika kamu menang, aku tidak perlu pulang ke Himalaya selama-lamanya dan ibu bisa menemani kita sampai aku dan Gwangsin melahirkan. Kamu tahu Jiu Long, terkadang aku takut memikirkan saat melahirkan nanti, pasti sakit. Aku akan bahagia jika ibu ada di sampingku. Makanya kamu harus menang."Tidak lama berselang senja pun tiba. Seluruh anggota keluarga hadir, nonton di tepian danau. Tak seorang pun ketinggalan, termasuk Gan Nung, Gan Ning dan keluarga serta murid Partai Naga Emas.Yudistira melangkah santai di atas permukaan danau. Kakinya mela
"Boleh saja. Tetapi ada syaratnya. Kamu harus bisa mengalahkan aku dalam pertarungan seru, bagaimana bagus kan syaratnya?"Jiu Long terkejut, apalagi Mayleen. Keduanya berdiri dan memandang dua orangtua itu. "Ayah, apakah aku tidak salah dengar?"Yudistira menjelaskan pertarungan tersebut merupakan bagian dari janjinya pada ayahnya, pendekar Himalaya, Takadagawe. Bagaimanapun juga janji itu harus disempurnakan."Kamu mewakili kakek gurumu, Sun Jian dan aku mewakili ayahku, Takadagawe. Kita tarung, jika kamu menang maka aku akan menetap di sini bersama istriku sampai Mayleen dan Gwangsin melahirkan. Jika aku menang, aku akan tentukan apa yang kumau dan kamu sekeluarga tak boleh ingkar. Aku pikir ini cukup adil.""Tidak bisa begitu, bagaimana mungkin aku harus tarung melawan ayah mertua sendiri, tidak mungkin.""Kamu tidak bisa menghindar, Jiu Long. Ini bagian dari hidup yang sudah kamu jalani, dan bagian dari hidupku juga. Kita bertarung hanya sebat
Mendadak saja muncul Yudistira dan Satyawati "Ada kejadian apa? Siapa dua gadis cantik ini?" tanya Satyawati sambil mengamati Hwang Mi Hee dan Jia Li. "Oh kalau kamu, aku pernah melihatmu di Putuo," sambil ia menunjuk Hwang Mi Hee.Jiu Long diam serba salah. Jia Li yang lugu dan berani, menjawab meski sedikit malu-malu, "Kami adalah selir kak Jiu Long."Satyawati terkejut, menutup mulutnya dengan tangan. Tetapi sebelum ibu dan ayahnya mengucap sepatah kata, Mayleen berkata dalam bahasa Himalaya. "Ayah, ibu, aku setuju suamiku mengambil selir. Aku dan Gwangsin berdua tidak mampu melayaninya. Ayah tahu hampir setiap malam bahkan siang juga, suamiku maunya bercinta. Lagipula Jiu Long, Gwangsin dan aku sudah memberitahu mereka, kami berdua adalah isteri sedang mereka berdua hanya selir atau pembantu. Apalagi sekarang aku dan Gwangsin sedang hamil, sudah tentu kami bagaikan permaisuri yang harus dilayani. Sekarang ibu dan ayah mengerti?"Satyawati mengiyakan. "Kamu c
Jiu Long berdiri dan menghampiri. Ia memberi hormat dengan menyentuh ujung kaki ayah mertuanya. Yudistira tertawa. Satyawati berdiri di sampingnya ikut tertawa. "Entah sudah berapa kali ia tertawa hari ini, perubahan yang luar biasa," gumam isterinya dalam hati.Sebelah tangan Yudistira memeluk Mayleen, tangan lainnya merangkul Jiu Long. Suara Mayleen terdengar riang, "Ayah, apakah suamiku sudah boleh Memanggil ayah mertua kepadamu?"Yudistira tertawa. "Jiu Long, pergilah memberi hormat pada ibu mertua dan kakak-kakak iparmu"Setelah memberi hormat dan menyalami keluarga isterinya, Jiu Long menghampiri isterinya. Mayleen melompat dan merangkul suaminya. "Aku bahagia sekarang, semua beres. Tak ada lagi ganjalan dalam hatiku, tak ada gundah, tak ada ketakutan, semua sudah selesai dan sesuai keinginanku." Suara Mayleen mesra. Kemudian dia lari menghambur memeluk Gwangsin. "Terimakasih kakak, kamu sudah banyak membantu aku."Keluarga besar itu berangkat kemba
Yudistira berkata dingin, "Kamu pintar bicara, apakah kamu sungguh-sungguh mau berkorban jiwa untuk isterimu?""Aku bersungguh-sungguh, aku tak akan melawan, seharusnya aku bunuh diri tetapi aku enggan melakukan perbuatan kaum pengecut. Aku bukan pengecut, aku laki-laki sejati. Inilah jalan yang kupilih, sebagai tanda cintaku kepada putrimu. Tetapi sebagai permohonan terakhir aku minta isteriku dibebaskan dari hukuman, sayangilah dia, cintailah dia." Jiu Long tersenyum pahit.Satyawati dan seluruh keluarga diam terpaku. Keringat dingin. Yudistira menoleh pada putrinya."Kamu mau bicara, bicaralah."Perempuan itu duduk bersanding suaminya, dia merangkul erat lengan suaminya. "Ayah, ibu dan kakak juga kakak ipar, aku ibarat Xionglue yang mencintai suaminya tanpa pamrih. Dalam hidup ini hanya satu kali aku dipilih dan memilih. Aku sudah tentukan pilihanku, dan aku tidak akan bergeser dari pilihanku. Jadi jika ayah membunuh suamiku, maka harus membunuh aku ju
Yudistira mendengar semua perkataan Jiu Long, ia tak begitu heran. Sesungguhnya dia tak pernah mengira Jiu Long bisa mengalahkan Wasudeva. Bukankah tadi, beberapa pukulan Wasudeva telak menerpa tubuhnya. Dia masih terpukau dengan jurus yang dimainkan Jiu Long, jurus yang mampu menciptakan pusaran angin topan dingin dan yang terasa sampai radius beberapa tongkat.Ayah Mayleen ini merasa kagum "Ilmu anak muda ini biasa saja, tetapi tenaga dalamnya sudah mencapai tingkat kelas utama. Bagaimana mungkin seorang yang masih muda bisa memiliki tenaga dalam setinggi itu. Waktu aku seusia dia, tenaga dalamku tak sehebat dia," katanya dalam hati.Pada waktu itu, sang nakhoda perahu menghampiri Mayleen yang masih duduk di sisi suaminya. Ia membungkuk memberi hormat."Nona yang mulia, kami sudah terdesak waktu, harus berangkai secepatnya demi menghindari angin topan di laut dekat Malaka. Jika tidak berangkat hari ini, kami harus menunda tujuh hari dan semua pedagang ini akan
Memang benar adanya, pikiran Jiu Long terganggu. Beberapa jurus berikutnya, dua pukulan menerpa dada dan pundaknya. Wasudeva berteriak, "Mampus kamu" Wasudeva menambah bobot serangan sambil berkata tajam, "Mayleen akan kupaksa melahirkan anak-anakku, ia kuperkosa dengan kasar setiap hari, tak pernah berhenti dan kamu akan menyaksikan itu dari dalam kuburanmu" Teringat akan sifat angin yang bisa melenyapkan suara apa saja, Jiu Long sadar bahwa dia tidak boleh membiarkan tenaga suara lawan mengganggunya. Dia kemudian meredam suara keras di telinganya dengan mendengarkan desir angin sepoi, "dengarlah suara angin, suara keindahan alam, suara dari alam kemerdekaan."Dia berhasil menetralisir tekanan dan magis sihir suara lawannya. Meskipun demikian dia tetap menangkap kata-kata tajam Wasudeva yang menghina isterinya. Ungkapan jorok dan kasar lawannya itu telah mendorong amarahnya melewati puncak kesabaran.Dalam marahnya secara spontan Jiu Long memutar tubuh bagai gasing, g
"Terimakasih atas kemurahan hati paduka tuan, hamba yang rendah hanya butuh sedikit waktu untuk menghilangkan capek." Dia kemudian memainkan empat posisi semadi Angin Es dan Api. Dalam sekejap, uap tipis melayang di atas kepalanya. Hanya dalam waktu yang sangat singkat Jiu Long sudah siap. "Pendekar Wasudeva yang terhormat, silahkan tuan memilih tempat pertarungan."Tenaga dalam Jiu Long sudah pulih seperti sediakala. Ia tidak terluka parah. Hanya kena guncangan yang tidak terlalu berbahaya. Ketika pukulan menerpa pundaknya, saat itu juga tenaga Angin Es dan Api yang melapisi tubuh Jiu Long telah memunahkan sebagian besar pukulan lawan. Itu sebab dia hanya butuh sedikit waktu untuk memulihkan diri.Tadi ketika darah menetes dari ujung mulut Jiu Long, tangan Mayleen dingin, basah dan berkeringat. Sekarang wanita cantik itu tampak tenang, dia percaya kekasihnya akan menyelesaikan kemelut persoalan keluarganya.Yudistira merasa heran bercampur kag
Jiu Long terkesiap. Jurus lawan itu aneh, pukulan yang mengarah ke kiri mendadak bisa berubah ke kanan, atas menjadi bawah dan sebaliknya. Saat itu Jiu Long masih dalam pemulihan tenaga. Ia bergerak pesat, mengelak jika tahu diri terancam, merunduk dan melompat untuk menghindar, geraknya tidak leluasa karena tenaganya belum pulih. Tendangan Wasudeva menerpa pahanya dan jiwanya kini terancam jurus lawan yang mengarah titik kematian. Dia teringat pesan Sepuh, "jika terdesak, tangkis dan balas menyerang. Jangan bertahan, karena menyerang adalah lebih menguntungkan."Dan Jiu Long tak lagi mengelak, ia balas menyerang. Serangan lawan dibalas serangan. Jiu Long bergerak bagai pusaran, tangan membuat lingkaran, tubuhnya ikut berputar seperti gaya menari.Tujuh kali terdengar bentrokan tangan. Wasudeva merasa pukulannya membentur tembok yang bersifat membal. Dia heran bagaimana mungkin seorang yang sudah terluka tenaga dalamnya masih punya tenaga sehebat itu. Hal ini membuat d