Shen Ji merapatkan tubuhnya pada daun pintu dengan wajah pucat. Pikirannya sangat kacau dan membayangkan hal yang tidak-tidak.Bagaimana jika itu adalah hantu atau orang jahat?Shen Ji terus menguatkan hati dan berusaha memberanikan diri untuk melihat keluar melalui celah jendela. Cahaya lampion-lampion bergantungan di ujung-ujung atap kediaman, cukup untuk memberi sedikit penerangan hingga mata gadis itu dapat menangkap kelebatan-kelebatan sosok misterius."Bayangan hitam!" Shen Ji terpekik kecil sambil menutup mulutnya. "Ada banyak bayangan hitam menuju ke mari!" Saking takutnya saat melihat ada banyak bayangan hitam berlarian dan berloncatan dengan gerakan cepat dan ringan, Shen Ji merasa ingin pingsan saja. Terlebih lagi, dia sempat melihat wajah-wajah buruk yang sangat menakutkan melintas di depan pintu wisma. "To--tolooong! Ada hantuuuuu!" Shen Ji berbalik badan sambil menutup wajahnya serapat mungkin.Shen Ji pun sudah terkulai lemas di baik pintu sambil terus memanjatkan doa-
"Badanku bau?" Saat ini dia masih harus bertarung melawan banyak orang, tetapi dengan konyolnya Yu Zhen mencium lengan baju hingga ketiaknya sendiri."Bau apa? Kakak Linglah yang sangat bau!" Yu Zhen mendengus kesal sambil berusaha meraih sebuah papan kayu yang tergeletak tak jauh darinya.Yu Zhen berencana menggunakan papan kayu tersebut untuk menangkis serangan dari para musuhnya. Pada saat hendak berangkat ke perjamuan, semua tamu memang tidak membawa senjata demi menghormati tuan rumah. Adapun Shi Qian yang melawan musuh dengan sebilah pedang, itu karena dia merampasnya dari salah seorang dari pria bertopeng yang menyerangnya dan berhasil dia kalahkan."Kamu yang bau, tapi malah menuduh kakakmu yang tampan dan anggun ini!" Yu Ling mendorong sekali lagi badan Yu Zhen. Namun, kekuatannya saat ini terlalu lemah sedangkan Yu Zhen dalam kondisi prima dan sehat. Walaupun Yu Ling berusaha keras mendorong sang adik, tapi tubuh Yu Zhen tak bergerak sedikit pun."Cepat bangun! Apakah kamu
Tidak. Shen Ning terlalu takut untuk mati."Tu--Tuan, tolong jangan sakiti saya!" Shen berbisik lirih penuh permohonan dengan badan gemetar dan wajah pucat pasi.Pria penyandera menyeringai sinis di balik topeng, dan dia tidak mengatakan apa pun.Xiao Si Tian merasa geram. Dia melecutkan selendangnya hingga segelombang angin kembali berderu ke arah para penyerang."Licik! Lepaskan dia!" Xiao Si Tian berseru marah sambil menunjuk ke arah Shen Ning.Dia tidak mengenal gadis yang disandera, tapi Xiao Si Tian dapat mengetahui kalau gadis itu adalah salah seorang pelayan dari Keluarga Shen, karena itu bisa dilihat dari seragam yang dikenakannya."Lepaskan kataku!" Xiao Si Tian membentak sambil bergerak maju.Si penyandera tidak ingin mati konyol di tempat ini dan dia memukul tengkuk Shen Ning hingga pingsan.Lelaki bertopeng itu pun menempelkan pedangnya di leher Shen Ning. "Berani maju selangkah lagi, maka leher gadis ini akan kupotong di depanmu sekarang juga!"Benda dingin berlumpur dar
Semua wanita saling berbisikan di belakang Nyonya Shi dan suaminya, sedangkan keduanya hanya berdiri tak berdaya. Meskipun secara samar, tentu saja mereka mendengar apa yang sedang dibicarakan oleh banyak orang.Mereka semua bertanya-tanya, ada masalah apakah yang menjadikan Yu Ling bersikap kasar dan sangat tidak sopan hingga membuat Shi Gao dan istrinya tak seberdaya itu?Nyonya Shi hampir saja maju untuk membela anak gadisnya, tapi Shi Gao segera mencegahnya. Pria itu menangkap tangan sang istri dan menariknya hingga wanita itu pun kembali mundur."Bersabarlah, Istriku!" bisik Shi Gao di sisi telinga ibu dari kelima Nona Shi."Tapi, aku benar-benar tidak tahan lagi dengan tingkah laku anak itu, Suamiku!" Shi Gao berbisik lagi. "Aku tahu bagaimana perasaanmu. Tapi masalahnya akan menjadi sangat rumit kalau kita juga ikut memperkeruh suasana. Apalagi sekarang di luar masih belum aman. Kita tunggu saat yang tepat untuk membicarakan masalah putri kita dengan Kakak Yu."Perasaan tersing
Gadis itu sampai terbungkuk saat berhenti di depan Yu Zhen. Dia berusaha untuk mengatur napasnya yang kacau dan sedikit sesak akibat berlari dan merasa panik."Nona Xiao, ada apa?" Yu Zhen terkejut.Xiao Si Tian menunjuk ke suatu arah. "I--itu ....""Di--di di sana ....""Tenangkan dirimu terlebih dahulu, Nona. Setelah itu baru ceritakan ada kejadian apa di sana." Yu Zhen berkata menegangkan, tapi dia menjadi lebih khawatir.Xiao Si Tian sudah mulai merasa lebih baik setelah beberapa lamanya menenangkan diri. Dia pun berkata, "Mereka berhasil kabur dengan membawa salah seorang pelayan dari Keluarga Shen." "Membawa salah seorang pelayan Keluarga Shen?" Yu Zhen sedikit terkejut."Benar sekali. Dan gadis itu kulihat baru saja datang dari wisma selatan ...." "Wisma selatan?" Yu Zhen memenggal perkataan Xiao Si Tian."Tuan Muda Yu, tunggu!" Xiao Si Tian dibuat sangat terkejut atas menghilangnya Yu Zhen dari hadapannya. "Secepat itu dia pergi dengan ilmu peringan tubuh yang luar biasa cep
"Ilmu Pancaran Mata Dewa Api, bukankah konon ilmu itu milik Pendekar Yu Wulin?" Pria berbadan besar terkejut."Benar sekali. Aku pernah mendengar para petinggi sekte membicarakan tentang ilmu ini. Dan dengan kemampuan kita yang sekarang, kita masih bukan tandingannya!" Pria bertopeng lainnya berkata sambil berjalan mundur. "Lalu, kita harus bagaimana sekarang?" tanya orang lain. "Haruskah kita nekat menghadapinya, atau sebaiknya kita melarikan diri secepatnya?" "Jika kita tidak ingin mati konyol, kita memang harus melarikan diri," sahut pria berbadan besar, kemudian ia menoleh ke arah kawannya yang sedang menahan tubuh Shen Ning. "Cepat lemparkan gadis itu ke arahnya dan kita segera pergi secepat mungkin!" Dikarenakan tidak ada pilihan lain selain hanya melarikan diri, pria penyandera segera melakukan apa yang diperintahkan oleh kawannya. Dia segera mendorong keras dan kasar tubuh Shen Ning ke arah Yu Zhen. Bersamaan dengan itu, salah seorang dari komplotan pengacau melemparkan bol
"Jangan khawatir, Nona. Mereka ada di tempat yang aman. Hanya saja kita tidak bisa ke sana, karena kita tak akan bisa menerobos para pengacau itu!" jawab Shen Ning yang juga dengan napas memburu. "Itu sebabnya Tuan Muda Yu meminta kita lari dan bersembunyi ke tempat lain yang mungkin tidak diketahui oleh para pengacau itu, Nona!" Tiba-tiba saja, beberapa orang bertopeng mengejar mereka dengan pedang terhunus di tangan masing-masing.Kedua gadis itu pun menjadi semakin panik. Shen Ning yang tak ingin sang nona celaka, tiba-tiba berpikiran lain. Ia memutuskan hal ini dalam hati.Saat jarak keduanya semakin dekat dengan pintu gerbang yang sudah sedikit terbuka, Shen Ning dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Shen Ji agar melampaui pintu gerbang kokoh itu terlebih dahulu. "Nona, Nona pergilah sekarang! Aku akan menahan mereka dan akan segera menyusulmu nanti!" "Ah Ning! Tidaaak!" Shen Ji berteriak kaget saat tubuhnya terdorong keluar dari pintu gerbang."Nona, pergilah!" Shen Ning segera
Memikirkan hal ini, tubuh Shen Ji mulai terasa lemas.Jangankan harta untuk ditukar dengan keselamatan nyawa, sedangkan benda paling berharganya saat ini hanyalah baju dan jepit rambut kupu-kupu yang sedang dia kenakan pada rambutnya.Namun dia juga berpikir, memangnya siapa yang sudi meminta baju dari seseorang berpenyakit kulit seperti dirinya?Shen Ji memberanikan diri untuk menoleh ke arah datangnya sentuhan yang mendarat di tengkuk, lalu bergerak ke arah punggung kirinya.Pada saat lehernya bergerak ke arah samping, mata Shen Ji beradu tatap dengan sepasang mata yang membuat dia terkejut sekali lag, dan secara spontan dia berteriak, "Mo--mo ... monyeeeeeeet!""Monyeeet! Tolong, ada monyeeet!" Kerasnya suara teriakan Shen Ji membuat si monyet terkejut dan juga ketakutan. Binatang berbulu itu langsung meloncat ke ata dahan pohon, bersembunyi. Keduanya lalu sama-sama lari terbirit-birit berlawanan arah. Jika si monyet lari berloncatan melalui pepohonan, sedangkan Shen Ji berlari s
Qing Yuan sekarang dibuat sibuk mengutuki isi otaknya sendiri. Selama hidupnya, Qing Yuan tidak pernah merasakan getaran apa pun ketika ia bersentuhan dengan seorang gadis. Bahkan selama ini pun dia sangat jarang memerhatikan muridnya secara rinci. Tidak. Dia tidak pernah memikirkannya! Meskipun Shen Ji memang sangat cantik sekarang, tapi dia adalah murid yang diambil hanya sebagai budak catur untuk mempermulus langkahnya dalam mendekati Keluarga Shen, untuk kemudian menghancurkan mereka semua pada malam perjanjian satu tahun di puncak Gunung Que. Ini adalah susunan rencananya, karena hanya satu hal yang menjadi tujuan Qing Yuan, yaitu terbunuhnya Shen Ming di tangan putrinya sendiri. Qing Yuan dengan pemikiran gilanya ini benar-benar mengabaikan segalanya. Siapa suruh Shen Ji adalah anak Shen Ming, pembunuh paman besarnya? Siapa suruh pula gadis itu datang sendiri ke sarang serigala yang sedang mengincar nyawanya? Dalam hal ini, ia bahkan sudah merencanakan tentang
Qing Yuan menutup mulutnya yang baru saja sedikit mengeluarkan darah. "Aku tidak apa-apa, Hua'er. Aku hanya sedikit lelah akibat terlalu keras berlatih ilmu tingkat tinggi, dan mencoba menerobos paksa. Shifu akan baik-baik saja setelah beristirahat barang beberapa hari." Shen Ji rasanya tak 100 persen memercayai ucapan Qing Yuan. Suara itu terdengar lemah, seakan tengah menahan penderitaan yang dalam. Namun, ia tak ingin mempermasalahkannya untuk saat ini. Shen Ji lalu melepaskan topeng jelek dan menggantung benda itu di sabuk yang terpasang pinggang rampingnya. Baru setelah itu, ia menoleh ke arah sang guru. Melihat noda darah di sudut bibir Qing Yuan, hatinya merasa sakit dan khawatir. Shen Ji lalu mengambil sapu tangan dari balik hanfunya, dan membersihkan cairan merah itu dengan tanpa ragu. Anehnya, Qing Yuan juga tak menolak dan membiarkan lembutnya kain sapu tangan ungu muda itu menari-nari di sekitar bibir dan pipinya hingga semua noda darah tak ada lagi di sana. Ha
Yu Zhen tiba-tiba merasa yakin jika pemuda di hadapannya memiliki hubungan dengan ayahnya. Ataukah mungkin, dia salah seorang muridnya? "Karena kesamaan itulah, aku sangat ingin bertanya, mengapa pedangmu nyaris sama dengan Pedang Batu Bintang Merahku ini?" Qing Yuan balik bertanya seraya menghunus kedua pedangnya. "Kamu lihatlah dengan mata kepalamu. Bukankah pedang kita benar-benar sama?" Qing Yuan dengan sengaja memamerkan kedua pedangnya. "Memang sama." Yu Zhen mengakui. "Bahkan namanya pun sama! Siapa kamu ini sebenarnya, dan apa hubunganmu dengan pembuat pedang ini? Apakah kamu salah seorang murid dari Perguruan Wu Lin?" tanya Yu Zhen semakin merasa penasaran. "Aku?" Qing Yuan menunjuk dirinya sendiri. "Namaku bukanlah hal yang penting untuk kamu ketahui. Dan asal kamu tahu saja, aku sama sekali tidak memiliki hubungannya dengan pembuat pedang ini, ataupun dengan perguruan yang kamu sebutkan itu. Aku juga tidak tahu mengapa kita memiliki pedang ganda yang sama. Lal
Shen Ji tercekat. Ia hanya bisa pasrah tak berdaya saat merasakan adanya daya tarik suatu kekuatan yang menarik kedua pedang ganda milik Yu Zhen dari tangannya. Senjata kembar itu sekarang sudah berpindah tempat ke tangan Qing Yuan dan sedang diperiksa secara teliti oleh sang guru. Binar mata cerah Qing Yuan biasa cemerlang sekarang dipenuhi sorot keheranan. Berulang kali pemuda itu membolak-balik, meneliti hingga ke sudut paling rumit dari pedang di tangannya. SLING! Suara jernih dan nyaring pedang yang ditarik keluar masuk dari sarungnya, seakan sedang mengiris hati Shen Ji yang diliputi kekhawatiran dalam hati akan datangnya sosok sang guru. Mengingat sifat Qing Yuan yang sangat tidak suka disaingi, ini sungguh mencemaskan! Bagaimana jika Qing Yuan dan Yu Zhen nantinya berhadapan sebagai musuh? "Apakah shifu akan benar-benar bertarung dengan Kak Yu Zhen?" Shen Ji bertanya dalam hati dengan
Namun, suara Qing Wei tak didengar oleh Qing Yuan yang terlanjur mengira jika muridnya sedang dihukum oleh Yang Hua. Pemuda itu segera melesat pergi dengan pedang di tangan disertai niat membunuh di mata dan hatinya. "Ketua, kembali!" Qing Wei berteriak panik dan langsung ingin pergi menyusul Qing Yuan yang sudah melesat seperti orang kesurupan. "Ketua, jangan pergi! Tubuh Anda masih sangat lemah, jadi Ah Wei mohon kembalilah!" Feng Shaonian yang mendengar suara keributan bergegas mendatangi ruang perawatan Qing Yuan. Namun, ia hanya melihat dua orang sedang berkejaran menuju keluar. "Tuan Muda Yuan, bukankah tadi dia masih pingsan? Dan bahkan tubuhnya dipenuhi luka sengatan, tapi mengapa dia sekarang berlarian seperti itu?" Feng Shao sampai mengerutkan dahi saat memikirkannya. "Ah, sudahlah. Untung ada Nona Wei. Dia pasti bisa mengatasinya." Feng Shao tak ingin terlibat dalam urusan mereka. Pria itu kembali ke kamarnya u
"Baik, Paman." Yang Shui bangkit dari berlututnya dan melangkah mendekati Yang Hua. "Maafkan aku, Paman. Aku sungguh tidak mengetahui kedatangan Paman kali ini. Sepertinya, Paman sengaja membuat suatu kejutan." "Tidak mengetahui kedatanganku! Itu karena kamu dan semua orang di sini terlalu sibuk dengan anak dari pembunuh orang tuamu!" Yang Hua berkata dengan nada suara masih diliputi kemarahan. "Jadi, kamu sudah lupa, bagaimana ayah dan ibumu mati?" "Paman, tentu saja aku tidak akan lupa tentang bagaimana cara orang tuaku meninggal saat itu. Meskipun menurut kabar itu dilakukan oleh Shen Ming. Akan tetapi, bagaimanapun juga, anaknya tidak ikut bersalah atas hal itu. Ampun, Paman ... itulah yang aku pikirkan." Yang Shui berucap tetap dengan nada setenang gunung yang tak terusik. "Ah Shui!" Yang Hua membalikkan badannya dan mencengkeram kedua bahu Yang Shui dengan sangat kuat. Yang Shui menatap pamannya dengan sorot mata lembut. "Paman, tenangkan hatimu. Kebencian dan dendam ti
Huan Li ingin mengatakan sesuatu, tapi Qing Sha tak memedulikannya sama sekali dan bergerak pergi dengan cepat ke penjara Yu Zhen. "Orang itu benar-benar menyebalkan!" Huan Li hampir membanting mangkuk di tangannya guna melampiaskan rasa geram.Huan Li mendesah pasrah. "Semoga tidak terjadi apa-apa dengan tuan muda kedua." Shen Ji sendiri masih sibuk memeriksa sepasang pedang milik Yu Zhen yang terasa tidak asing baginya.Sepasang senjata kembar itu memiliki bentuk yang unik dihiasi gerigi-gerigi kecil pada sisi atas mata pedang. Warnanya hitam keabu-abuan dengan permukaan kasar bermotif guratan-guratan merah serupa akar yang memenuhi sepanjang bilahnya. Berat benda tersebut juga terbilang tidak terlalu ringan. "Rupanya pedang ini bukan terbuat dari logam, melainkan berbahan dasar batu," gumam Shen Ji sambil meraba permukaan pedang dengan jari-jemarinya. "Aku sendiri tidak pernah menyentuh pedang milik shifu. Apakah pedangnya juga sama persis seperti ini?"Yu Zhen menatap tak rela
"Baik, Nona!" Penjaga yang membawa kunci segera membuka pengunci dan membiarkan Ji Mei Hua masuk. "Silakan, Nona!" "Emmm." Shen Ji menganggukkan kepala dan melangkah masuk. Qing Sha bergegas ingin mengikuti sang nona, tetapi Shen Ji memintanya untuk memberikan keranjang lain untuk Huan Li. Qing Sha mengangguk patuh dan membawa keranjang makanan itu ke ruangan di mana Huan Li ditahan. Jika dibandingkan dengan Yu Zhen, pria itu lebih mudah untuk ditangani. Ji Mei Hua datang menghampiri Yu Zhen yang sengaja tak diikat sama sekali. Kondisi pemuda itu masih cukup lemah akibat dari asap racun pelumpuh yang dilemparkan oleh Ji Mei Hua kemarin. Terlebih lagi, selama ini Yu Zhen membiarkan dirinya kelaparan akibat merasa jijik dengan menu makanan yang diberikan kepada para tawanan. Ji Mei Hua meletakkan keranjang bambu di atas lantai yang kotor dan lembab. Gadis bertopeng itu lalu berjongkok di dekat Yu Zhen, memerhatikan secara saksama wajah tampan yang saat ini tengah tertidur pu
Seketika Yang Shui dan Qing Wei berlari ke arah empat orang yang ternyata membawa tubuh Qing Yuan."Adik Yuan!" Yang Shui langsung mengetahui siapa orang yang berada di atas tandu."Ketua!" Qing Wei juga menyadari sesuatu.Keduanya bergegas menyongsong kedatangan rombongan kecil tersebut. Rasa cemas tak terkira membuat wajah-wajah keduanya menjadi tegang dan pucat disertai debaran jantung tak beraturan.Rombongan para murid Sekte Lembah Kegelapan akhirnya berhenti. Mereka masih tidak meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan."Kakak Shui, kami diperintahkan oleh laoshi untuk membawa tuan muda." Yang Bin berkata sambil menunjuk ke arah tandu."Biar aku melihatnya." Bibir Yang Shui sampai bergetar saat berkata."Baiklah, Kakak Shui!" Yang Bin lalu memberi isyarat kepada para murid untuk meletakkan tandu yang membawa tubuh Qing Yuan di hadapan Yang Shui dan Qing Wei.Mata Yang Shui dan Qing Wei terbelalak lebar dengan mulut terbuka. Mereka benar-benar tercekat saat melihat kondisi Qi