'Aku menciptakan tempat ini dengan semua sisa kemampuan dan kekuatan yang aku miliki demi menjaga semua jurus dan teknik, serta olah kanuragan yang ku miliki, agar tidak di salah gunakan demi ambisi menjadi penguasa.Aku awalnya ingin mengubur semua kitab-kitab dan kemampuan bela diriku bersama dengan ragaku, akan tetapi pertemuanku dengan seorang pendekar sepuh membuatku membatalkan hal itu dan menyimpan semuanya di tempat ini, sampai pewaris sesungguhnya datang dan menemukan tempat ini yang ku beri nama Dimensi Alam Sukma.'Abinawa termenung untuk beberapa saat, mencoba memahami isi dari teks tersebut."Mungkinkah takdir yang membawaku kemari? Dan, apa mungkin akulah pewaris yang di katakan dalam lontar ini?" Merasa tidak menemukan jawaban, Abinawa memilih untuk menggeledah pondok itu lebih jauh sembari berharap akan menemukan petunjuk lainnya."Tempat ini benar-benar di penuhi dengan banyak kitab-kitab kanuragan, serta berbagai macam teknik bertarung. Sebenarnya seberapa kuat soso
Setelah melewati pertarungan yang panjang, Batari Ambar pada akhirnya berhasil mengalahkan semua lawannya. Walaupun dia harus mengalami pendarahan di beberapa bagian tubuhnya."Hampir saja, jika beberapa menit lagi aku memaksa tubuh ini untuk terus bertarung bukan tidak mungkin nyawa ini sudah tidak lagi tubuhku." Batari Ambar bersandar di atas pohon yang sudah dia pastikan bahwa tempat ini aman untuk beristirahat.Tanpa di sadari, Batari Ambar tertidur dengan begitu pulasnya. Dia benar-benar kehabisan tenaga dan kelelahan akibat pertarungan itu.Batari Ambar baru kembali mendapatkan kesadarannya ketika hari sudah berganti dan sinar matahari pagi menyilaukan matanya."Ekhhh, seperti tanpa aku sadari aku tertidur untuk waktu yang tidak sebentar."Suasana pagi tampak begitu indah, matahari pagi yang masih mengintip dari ufuk timur yang sedang berusaha untuk menampakkan dirinya menjadi sebuah keindahan yang hakiki. Di tambah suara kicauan burung yang saling bersahutan semakin membuat pag
Abinawa tanpa sadar menghabiskan beberapa tahun di dalam tempat misterius yang berada di dunia kecil."Aku terlalu terlena dengan semua ini, sehingga aku lupa menyadari jika aku sedang mengikuti sebuah Sayembara Pendekar Muda." Abinawa menggaruk kepalanya.Merasa sudah tidak ada alasan untuk menunda perjalanannya, Abinawa akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dunia yang di temukan olehnya melalui sebuah gua. Dia jelas harus cepat menemukan pintu keluar dari dunia kecil ini dan kembali ke alam manusia yang sesungguhnya.Tidak lupa pula, Abinawa membawa beberapa kitab di balik jubahnya. Dia sudah memilih Kitab Dewa Bumi, Kitab Raga Sukma Agung, dan Kitab Amukan Naga. Abinawa yakin jika dia mampu menguasai ke-tiga kitab ini, serta di tambah Kitab Naga Langit yang di milikinya, maka dia akan mencalonkan sesuatu yang terlihat mustahil untuk di raih, serta melindungi orang-orang yang di sayangi dan menciptakan dunia yang aman tanpa penindasan dan perbudakan.Setelah yakin tidak ada yang t
Abinawa dapat merasakan jika kemampuan siluman yang di hadapannya kali ini jauh lebih kuat dari siluman yang di hadapi beberapa waktu yang lalu."Gunung Tanpa Batas, jadi gunung ini adalah markas dari bangsa Siluman. Tidak heran jika aku merasakan banyak hawa panas di tengah-tengah hutan ini." Abinawa bergumam kecil, tanpa mengalihkan pandangannya.Tidak untuk menunggu terlalu lama, pria bertanduk yang merupakan siluman badak itu langsung menyerang Abinawa dengan ayunan pedangnya.Namun, Abinawa yang sudah dalam posisi siap dengan mudahnya mampu menghindari serangan itu. Bersamaan dengan itu pula, Abinawa mengubah kuda-kudanya dan memusatkan tenaga dalam di telapak tangannya."Tapak Samudera Hitam"Telapak tangan Abinawa menghantam tepat di bagian punggung siluman itu, hingga menghempaskan tubuh siluman beberapa langkah ke belakang.Siluman itu langsung berdiri kembali dan tanpa basa-basi dia langsung melesat cepat untuk membuat serangan."Sinar Halilintar Kuning"Secarik cahaya meles
"MagaDewi, apakah semua berjalan sesuai dengan rencana?" "Semua berjalan sesuai rencana, jenius terbaik aliran putih sudah ku kirim ke Gunung Tanpa Batas, sangat mustahil untuk dia dapat selamat dari amukan siluman di sana." Jawab MagaDewi dengan singkat."Bagus, kau menjalankan tugasmu dengan baik. Jangan pernah sekali saja lengah, karena kebangkitanku dan kematian anak dalam ramalan itu akan membuat kita menguasai alam semesta." Kata sosok yang berada di dalam bola hitam yang memancarkan aura jahat yang begitu kuat."Aku mengerti ayah, aku akab menyiapkan kebangkitanmu dan memastikan kematian anak dalam ramalan itu." Ucap MagaDewi dengan pelan dan di penuhi dengan keyakinan tinggi jika rencana yang di susunnya berjalan sesuai rencana."Aku percayakan ini kepadamu, aku akan segera pergi, karena jika terlalu lama maka hawa kehadiranku akan terdeteksi."Setelah itu, sosok itu menghilang tanpa bekas seolah kehadirannya tidak pernah terjadi. ***Abinawa terus berkelana mengelilingi wil
Dua siluman yang tersisa dengan kompak berubah menjadi wujud aslinya, yaitu dua ekor siluman serigala berukuran raksasa."Jadi lawanku ini siluman serigala? Tidak heran jika kalian memiliki fisik yang kuat dan perkasa." Abinawa tanpa sungkan melemparkan pujiannya kepada dua orang siluman yang menjadi lawannya saat ini.GerrrrrGererrDua siluman itu hanya menggeram keras, sebelum menyerang Abinawa dengan bringas. Dua serigala itu membentuk kombinasi serangan dalam sebuah formasi yang benar-benar membuat Abinawa mati kutu dan di desak dalam posisi bertahan total.Cakar dan terkaman datang silih berganti. Abinawa merasa beruntung karena memiliki kecepatan tinggi, sehingga memudahkan dia berpindah tempat guna menghindari serangan dua siluman itu.Dua siluman serigala terus mendominasi pertarungan dan berada di atas angin secara, bahkan setiap gerakan dari Abinawa seolah sudah terbaca oleh mata mereka."Formasi bertarung yang mereka gunakan sangat baik, sehingga mampu menutupi setiap cela
Setelah merasa tenaga dalam milikinya sudah kembali dan di rasa cukup untuk melanjutkan perjalanan, barulah Abinawa menyudahi meditasinya.Selama meditasi itu pula, Abinawa merasakan jika dirinya sedang di awasi oleh seseorang yang tidak mampu dia deteksi letak keberadaannya."Selama dia tidak menggangu perjalananku, maka aku akan menganggap dia tidak pernah ada ... " Abinawa berkata dengan pelan, sambil berharap sosok yang sedang mengawasi dirinya dapat mendengar perkataannya itu.Setelah itu, Abinawa kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Tanpa Batas. Dia harus cepat, karena dia tidak memiliki banyak waktu untuk terus berlama-lama di Gunung Tanpa Batas. Dia harus segera menemukan jalan keluar untuk melanjutkan langkah kakinya ke babak semi final Sayembara Pendekar Muda.Berbeda dari sebelumnya, kali ini Abinawa menggunakan ilmu meringan tubuh untuk mempercepat langkahnya dan menghindari pertarungan yang menguras tenaga dalamnya dan staminanya.Menggunakan ilmu meringan
Lexso yang mendapat tugas dari Wanda, tentu langsung bergerak dengan cepat. Dia jelas tidak ingin membuat Wanda merasa kecewa dengan dirinya, jikalau nanti dia gagal dalam tugasnya.Pengabdian Lexso kepada Wanda bukan tanpa alasan. Hal itu di dasari karena Wanda lah yang sudah membesarkan dirinya di saat begitu banyak orang yang mengabaikan dirinya kala itu, jauh sebelum dia menjadi salah satu yang terkuat seperti saat ini."Aku tidak tahu alasan Penasehat Wanda ingin aku menjaga pemuda itu, hingga mencapai puncak Gunung Tanpa Batas." Gumam Lexso sembari terus berjalan turun dari puncak Gunung Tanpa Batas.Dia dapat dengan cepat menemukan letak keberadaan dari pemuda yang di maksud oleh Penasehatnya Wanda."Apa yang sebenarnya di pikirkan oleh Penasehat Wanda dengan mengirim diriku untuk menjaga pemuda lemah seperti dia." Kata Lexso sembari mengamati pertarungan seorang pemuda yang di hadapkan dengan tiga siluman serigala.Lexso memilih ini mengamati pertarungan itu, dia jelas tidak i
Di saat Abinawa di sibukkan dengan melatih Maung Cana setiap harinya agar menjadi salah satu pendekar nomor satu di daratan dunia persilatan, dan akan menjadi sosok yang akan sangat di andalkan ketika perang pesar antar ras manusia dengan ras siluman nantinya.Sementara Sumbayu terlihat berkutat dengan Bebe lembar lontar di tangannya yang sudah di pembibitan oleh goresan coretan tinta. Sumbayu memang lebih banyak menghabiskan waktunya di meja kamarnya, dari pada berkutat dengan pengembangan kemampuan kanuragan dan silatnya. Hal ini tentunya, karena Sumbayu tahu betul jika kemampuan utamanya bukan pada olah kanuragan, akan tetapi di bidang konseptor/bermain di balik layar dengan strategi dan taktiknya.Seperti saat ini, Sumbayu bukan berantai, akan tetapi dia sedang menyusun beberapa bagan sekte yang harus di bangun dan juga terus di kembangkan, selain kemampuan silat dan kanuragan para murid. Hal ini tentu untuk mempersiapkan sekte ini menjadi kekuatan baru dunia persilatan di masa de
Pasca Liwandara yang mengalami kritis dan berada d kondisi hidup dan mati, Awundara langsung memberikan perintah kepada setiap anggota Sayap Emas untuk kembali berlatih dan meningkatkan kemampuan mereka.Liwandara yang sudah di kenal sangat kuat dan perkasa saja masih mampu di libas oleh dunia persilatan, apalagi mereka yang jauh lebih lemah dan malas untuk berlatih guna meningkatkan kemampuan dan kekuatan."Kalian bebas menggunakan setiap sumber daya yang kita miliki, akan tetapi jangan berlebihan dan tidak menimbulkan dampak pada perkembangan kemampuan kanuragan kalian," tutur Awundara.Awundara kali ini turun langsung memberikan perintah kepada setiap anggota, tentu hal ini membuat banyak persepsi di antara anggota mereka, apalagi berita tentang Liwandara kritis sudah menyebar dan hampir di keju oleh seluruh anggota Sayap Emas."Kemampuan kelompok kita hari ini masih belum cukup untuk membuat kelompok kita menguasai dunia persilatan, maka dari itu aku persilahkan kalian menggunakan
Awundara benar-benar murka, dia sangat sulit percaya jika sosok kepercayaannya itu menderita luka dalam yang sangat serius. Bahkan untuk menyelamatkan nyawanya, Awundara harus merelakan begitu banyak sumber daya berharganya.Misi yang sebelumnya di anggap mudah, kini malah memakan korban yang tidak sedikit bagi Sayap Emas. Padahal sebelumnya, Awundara sudah memberi perintah untuk mereka segera berkemas dan pindah ke Pulau Es Utara, karena dia meyakini jika Liwandara tidak akan mengalami kegagalannya."Kau harus selamat, Liwan. Kita masih memiliki misi besar untuk menjadi penguasa dunia persilatan bersama... Kau tidak boleh mati," ucap Awundara.Awundara dan Liwandara sudah bersama sejak puluhan tahun terakhir, di mulai dari hanya seorang pendekar perampok, kini menjelma menjadi salah satu kekuatan dunia persilatan. Awundara ingat betul, jika dalam sebuah aksi, mereka di pertemukan dengan sosok misterius yang memberikan kitab silat tingkat tinggi dan sumber daya berharga, yang pada akh
Detik berganti menit, dan menit berganti pula menjadi jam. Tidak terasa satu hari telah berlalu. Abinawa dan dua rekan seperjalanannya bergegas menuju wilayah bagian selatan yang akan di jadikan lokasi berdirinya sekte mereka.Hutan luas menyambut mereka, pepohonan menjulang tinggi, tidak jauh dari lokasi mereka berdiri terdapat air terjun yang akan menjadi sumber penghidupan sekte ini nantinya. "Di sinilah kita akan mendirikan Sekte, Sekte Naga Langit. Jadi sekarang waktunya untuk bekerja... " Seru Abinawa dengan semangat.Abinawa dengan pedang pusakanya mampu memotong pohon-pohon tinggi itu dengan mudahnya, dia bahkan tidak mengalami kesulitan memindahkan dan membelahnya. Pekerjaan yang harus memakan waktu lama, mampu di selesaikan oleh mereka hanya dalam waktu kurang dari satu hari.Sebuah komplek bangunan sudah berdiri dengan kokohnya. Terdapat tiga bangunan utama yang di fungsikan sebagai tempat latihan dan pembelajaran jurus-jurus. Sementara dua ruangan lainnya di fungsikan seb
Ini harusnya Bab 230. "Siapa dirimu sebenarnya anak muda!!! Aku tidak pernah memiliki urusan denganmu, aku mohon ampunilah aku, aku akan menjadi orang baik dan akan hidup dengan bertanam dan berkebun, aku berjanji," Sorkan memohon ampunan dari pemuda yang berdiri dengan pedang di genggaman tangan kanannya itu. "Mengampuni orang seperti dirimu hanya akan membuat masalah di masa depan, bisa jadi kau akan mencari cara untuk menjadi lebih kuat, setelah itu kau akan menciptakan banyak kekacauan yang akan membuat umat manusia menjadi sengsara, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi... Jadi sebaiknya orang-orang seperti dirimu ada baiknya di lenyapkan saja, " ucap pemuda itu dengan sorot mata yang tajam. Sorkan hanya bisa meneguk selivanya, semua bulu yang ada di tubuhnya berdiri dengan serempak. Pemuda di hadapannya seolah-olah menjelma menjadi iblis haus darah yang akan mencabut nyawanya sebentar lagi. Sorkan menggenggam erat pedangnya, dia tentu tidak ingin mati tanpa memberikan p
Setelah semua masalah yang mendera Kota Tanjung Hitam selesai dan kota itu kembali seperti sediakala, barulah Abinawa melanjutkan perjalanan menuju salah satu desa yang berada di ujung barat yang akan di jadikan berdirinya sekte yang akan mereka dirikan.Tujuan mereka kembali melanjutkan perjalanan memang untuk menuju ujung barat tepat hampir di bawah sinar matahari terbenam. Abinawa akan mendirikan sebuah sekte di sana dan di kemudian hari akan menjadi salah satu kekuatan utama dunia persilatan.Selain itu, Abinawa memiliki tujuan lain, yaitu pusaka legendaris milik salah satu pendekar kera bijaksana, yaitu tongkat Mahadewa. Konon kekuatan pusaka ini hampir sama kuatnya dengan kemampuan pedang naga langit milik Abinawa saat ini.Berita tentang pusaka tongkat Mahadewa tidak banyak di ketahui oleh para pendekar dunia persilatan, karena 100 tahun yang lalu sudah di lakukan pencarian akan tetapi tidak di temukan sehingga di anggap hanya mitos belaka.Namun, Banyu Aji yang memiliki banyak
Nafas Sorkan mulai memburu dan ngos-ngosan. Dia sudah sejak awal terus menyerang pemuda itu, akhirnya memilih bergerak mundur untuk mengatur ulang nafas dan tenaga dalamnya yang mulai terkuras."Siapa sebenarnya dirimu!!! Seingatku kita tidak pernah memilih masalah, aku bahkan tidak mengenalmu," ucap Sorkan.Sorkan yang cukup pintar, tentu memahami dengan betul jika pemuda itu belum menggunakan kemampuannya. Jika pemuda itu mulai serius, nyawanya akan sulit untuk di pertahankan."Siapa diriku itu tidak penting, dan kita memang tidak memiliki masalah, akan tetapi dengan kau mengusik kediama tuan Dasan, maka sama halnya kau sedang mencari masalah denganku... " Tukas pemuda itu, "Aku sudah memberimu pilihan di awal, akan tetapi kau lebih menyukai cara kekerasan, jadi aku tidak akan menahan diri lagi,"Sorkan mengumpat keras, dia tentu tidak bisa meninggalkan kediaman Dasan, tanpa membawa anaknya, Maung Cana bersama dengannya."Berapa yang telah di bayarkan oleh tua Bangka itu kepadamu? K
Sorkan tidak ingin berjudi dengan nasib dan mengambil resiko penyerangan ini gagal, sehingga dia sendiri yang akan turun langsung guna memastikan semuanya berjalan sesuai dengan rencana.Sorkan dan anggotanya menggunakan jubah berwarna hitam, sehingga mereka seolah menyatu dengan alam. Sangat sulit melihat Persero mereka di tengah gelapnya malam. Apalagi bulan dan bintang tidak tampak, seolah mereka tidak ingin melihat pertumpahan darah kembali terjadi di atas muka bumi.Sorkan dan anggotanya mulai masuk ke dalam kediaman walikota itu dengan senyap. Kedatangan mereka tentu tidak disadari oleh para prajurit yang berjaga, karena merekalah menyusup dengan menggunakan ilmu meringan tubuh yang tinggi. Alhasil pergerakan mereka tidak terendus.SRET!!! SRET!!! SRET!!!Tiga sabetan pedang berhasil membuat tiga prajurit kehilangan nyawa hanya dalam beberapa tarikan nafas saja. Gerakan mereka yang dinamis belum terbaca dan belum disadari, sekalipun tiga prajurit sudah kehilangan nyawanya.SRET!
"Jika benar cerita yang tuan sampaikan, apakah tuan tidak curiga jika pemilik kedai minuman itu terlibat dalam masalah yaitu melanda kota ini, di tambah lagi mereka sampai hari ini masih tetap beroperasi," ucap Sumbayu.Dasan yang mendengarnya seolah tersadarkan dari kebodohannya selama ini yang tidak menyadari hal itu. Harusnya sejak awal dia sadar jika pemilik kedai minuman terlibat dalam masalah yang melanda Kota Tanjung Hitam ini."Aku rasa dirimu sudah menyadarinya bukan, tuan. Sebab itulah kami datang kemari untuk membantu kalian, dirimu dan prajurit yang tuan miliki mungkinkah mampu mengalahkan penjaga yang di miliki kedai minuman itu, akan tetapi tidak dengan para pendekar yang berada di belakang kedai minuman itu," jelas Sumbayu.Dasan yang mendengar penjelasan dari Sumbayu merasa pundaknya seperti memikul batu yang berat di punggungnya."Anda tinggal perlu khawatir, Tuan. Seperti yang di katakan oleh rekanku tadi, kedatangan kami kemari untuk membantu kalian agar keluar dari